Tim pengajar dan mahasiswa menunjukkan cara kerja prototipe ventilator hasil inovasinya di Laboratorium Universitas Brawijaya (UB) Tech, Malang, Jawa Timur, Kamis (30/4). | ARI BOWO SUCIPTO/ANTARA FOTO

Wawasan

‘Kita tidak Bisa Meninggalkan Aspek Kualitas’

Kita mungkin boleh meningkatkan produksi, tapi kompetensi itu harus tetap dijaga.

Kurang lebih 117 dokter di Indonesia gugur selama masa pandemi Covid-19. Fenomena ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi fakultas-fakultas kedokteran di Indonesia. Mereka harus berupaya mengisi kekosongan dokter-dokter yang gugur akibat Covid-19. Berikut wawancara wartawan Republika, Wilda Fizriyani dengan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB), Wisnu Barlianto.

Bagaimana Anda melihat fenomena banyaknya dokter yang gugur akibat Covid-19?

Jadi sekarang kalau kita lihat yang kena Covid-19 bukan hanya yang usia tua, tapi juga usia muda sudah cukup banyak. Beberapa memang kalau kita lihat, telusuri lagi memang biasanya yang sampai meninggal itu ada faktor-faktor kormobid. Penyakit penyerta yang membuat Covid-19 semakin parah.

 
Banyaknya tenaga kesehatan/dokter yang menangani covid-19 gugur, apa yang menyebabkan sehingga kondisi ini terjadi?
(Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Brawija)
 

Dan yang kedua memang kalau kita lihat penularan kadang-kadang bukan didapatkan dari rumah sakit. Banyak yang didapatkan dari luar rumah sakit.

Banyak dokter yang gugur berarti pendidikan dokter harus menggenjot lulusannya agar bisa segera diberdayakan di rumah sakit?

Memang kita sebagai institusi pendidikan mempunyai tanggung jawab untuk menghasilkan dokter-dokter, apalagi dalam kondisi pandemi saat ini. Tapi, kita juga tidak bisa meninggalkan aspek kualitas. Artinya, kita mungkin boleh meningkatkan produksi, tapi kompetensi itu harus tetap dijaga. Tetap jaga kompetensi lulusan kita itu tetap dokter yang berkompetensi. Jadi tidak asal-asalan.

 
Mengisi kekosongan dokter
(Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Brawija)
 

Bagaimana dengan proses penerimaan calon dokter di FK UB selama pandemi?

Di FK UB kita mulai semester kemarin. Penerimaan dokter spesialis itu dilakukan setahun dua kali, Juli dan Januari. Juli, mulai tes itu Februari, sedangkan Januari tahun depan, kita mulai Agustus.

 
Menjaga kompetensi dokter
(Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Brawija)
 

Kita selama ini, apalagi yang bulan Juli kemarin, kita tetap adakan seleksi penerimaan pendidikan dokter spesialis. Jadi kita alhamdulilah sudah menerima kurang lebih 80 orang untuk seluruh prodi. Sedangkan institusi pendidikan yang lain, itu yang Juli kemarin ada beberapa yang tidak buka seleksi. Karena mereka masih kewalahan untuk mengatasi Covid-19.

Mengapa FK UB tetap melakukan proses penerimaan calon dokter?

Karena kita berpikir, pada saat seperti inilah kita perlu dokter. Kalau kita menyetop, tidak mengadakan penerimaan, tentunya akhirnya masyarakat yang rugi. Dokter spesialis misalnya akan berkurang.

Kebijakan apa yang perlu dilakukan FK UB untuk membantu mengisi kekosongan dokter?

FK UB ada pendidikan dokter umum dan pendidikan dokter spesialis. Untuk keduanya, kita tetap melaksanakan pendidikan.

Jadi pertama, pendidikan dokter umum kita memang sempat mengubah sementara untuk pendidikan profesi dokter, yang namanya koas dengan daring. Tapi 14 September kemarin sudah mulai lagi untuk pendidikan dokter profesi dokter khususnya adik-adik yang mau ujian kompetensi pada November dan Februari tahun depan. Karena kita menginginkan bahwa adik ini bisa tepat waktu. Kita berpikir, kita perlu tetap jaga kelangsungan dan produksi dari pada dokter.

Begitu juga dengan pendidikan spesialis, Juli kemarin tetap melakukan seleksi. Kemudian Januari sudah mulai seleksi juga. Sekarang sudah sampai tahap kedua. Kita tetap melangsungkan pendidikan, baik yang untuk profesi dokter maupun pendidikan spesialis.

Apa magang termasuk salah satu rintangan untuk menghasilkan dokter dalam waktu cepat?

Kalau dokter umum, mereka setelah lulus kedokteran harus menjalankan internship atau magang. Ini masih proses pendidikan. Jadi mereka melakukan internship yang kewenangannya masih terbatas tempat-tempat dan wahana internship, tapi ini tanggung jawab Kemenkes (Kementerian Kesehatan).

 
Jumlah dokter yang dihasilkan tiap tahunnya
(Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Brawija)
 

Sejauh ini, internship tidak ada masalah. Kemenkes tetap buka internship, malah ini banyak diperbantukan dalam penanganan Covid-19.

Bagaimana untuk spesialis?

Selama ini juga enggak ada masalah, mereka bisa didayagunakan. Jadi memang ada namanya program Pendayagunaan Dokter Spesialis dari Kemenkes dan ini beda dengan dulu Wajib Kerja Dokter Spesialis. Kalau program ini sifatnya sukarela dan ada lima bagian, spesialis anak, penyakit dalam, kandungan, bedah dan anestesi.

Dokter spesialis bisa secara sukarela ikut program Pendayagunaan Sukarela Spesialis. Kalau mereka tidak ingin mengikuti itu, mau langsung kerja, ya dipersilakan.

 
Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB)
(Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Brawija)
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat