Relawan Covid-19 dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Slamet Garut memberikan imbauan kepada warga terkait penggunaan masker di kawasan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Kamis (17/9). | CANDRA YANUARSYAH/ANTARA FOTO

Nasional

Pemerintah Diminta Standardisasi Bahan Masker

WHO dan Satgas Covid-19 merekomendasikan bahan masker kain tiga lapis.

JAKARTA -- Praktisi klinik sekaligus relawan Covid-19, dr Muhamad Fajri Adda'i, menilai pemerintah perlu membuat panduan mendetil mengenai masker kain yang direkomendasikan dipakai masyarakat. Hal itu terkait pemerintah yang melarang masyarakat menggunakan masker scuba yang tidak mampu melindungi diri dari penularan virus SARS-CoV2 penyebab Covid-19. 

Fajri menjelaskan, panduan yang dimaksud memuat soal bahan masker yang sebaiknya dipilih, jumlah lapisan kain, tingkat kerapatan, misalnya dalam bentuk infografis atau melalui iklan layanan masyarakat. "Karena masker kain yang beredar kan sangat banyak ya. Harus dikasih lihat maskernya, bentuknya seperti apa, harus ada contoh konkret. Masker beragam, bisa saja membuat masker sendiri. Kita support pemerintah keluarkan regulasi," ujar dia, Jumat (18/9).

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito awal pekan ini mengatakan, masker scuba hanya terdiri dari satu lapisan kain elastis dan cenderung bisa menjadi longgar saat dipakai. Karena itu, pemerintah tidak merekomendasikan masyarakat memakainya.

Menurut Fajri, masker ini memang tidak efektif melindungi diri dari paparan virus karena berbahan neoprene, cenderung elastis sehingga jika ditarik pori-pori kain akan membesar. "Padahal kita butuh kemampuan fitrasinya," ujar dia.

Sementara, masker kain telah terbukti secara ilmiah mampu menurunkan risiko penularan Covid-19, bahkan 85-90 persen, jika dipakai secara benar dan tepat memilih jenis bahannya.

Kain yang direkomendasikan salah satunya katun cult tiga lapis dengan kerapatan 180 benang per inci. Bisa juga masker sutra karena ada kemampuan untuk mencegah masuknya partikel halus atau sifon yang dipadukan dengan katun.

photo
Warga menggunakan masker scuba (kanan) dan masker medis saat berjalan di kawasan Sudirman, Jakarta, Rabu (16/9). - (Republika/Putra M. Akbar)

Fajri mengatakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Satgas Covid-19 merekomendasikan kain tiga lapis, yakni lapisan dalam yang menyerap, lapisan tengah untuk menyaring, dan lapisan luar yang terbuat dari bahan seperti poliester. Penelitian dari Universitas Illinois menemukan, tiga lapis kain 100 persen katun sama protektifnya seperti masker bedah atau medis.

Walau begitu, menurut Fajri, katun cult dua lapis sebenarnya sudah memberikan perlindungan. Jenis katun ini memiliki kerapatan 180 benang per inci dengan ketebalan 0,5 sentimeter. "Cotton cult paling bagus untuk (menyaring) partikel besar dan lebih kecil, 180 thread per inci, ketebalannya setengah sentimeter," ujar dia.

Dokter Spesialis THT Kepala Leher RSA UGM, dr Mahatma Sotya Bawono juga mengatakan, efektivitas masker scuba melindingi dari virus korona hanya 0-5 persen. Hal itu membuat masker scuba dirasa tidak cukup untuk melakukan perlindungan. "Masyarakat disarankan memakai masker kain tiga lapis yang memiliki efektivitas penyaringan partikel 50-70 persen," kata Mahatma, Jumat (18/9).

Pelarangan masker scuba sudah dilakukan di sejumlah daerah. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada Kamis (17/9) meminta warganya untuk beradaptasi terkait penggunaan masker. Termasuk, beradaptasi dengan imbauan untuk tidak menggunakan masker berbahan scuba dan masker buff. 

Emil berharap agar warga Jabar khususnya di Bogor-Bekasi-Depok (Bodebek) bisa menyesuaikan diri dengan aturan baru soal larangan penggunaan masker scuba dan buff di dalam Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line. "Dulu scuba oke (dipakai) karena mudah dan murah, sekarang tidak boleh, ya, sudah menyesuaikan atau beradaptasi saja karena ini bagian dari AKB," ujar Emil. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat