Ratusan jamaah melakukan tawaf mengelilingi Ka'bah dengan protokol jaga jarak di Masjidil Haram, Rabu (29/1) | STR/AP PHOTO

Kisah Mancanegara

Haji Sunyi Mereka yang Terpilih

Tahun ini hanya lima jamaah Indonesia dizinkan menunaikan haji.

OLEH ZAHROTUL OKTAVIANI

Hari-hari seperti ini pada tahun-tahun sebelumnya, wilayah Makkah dan sekitarnya di Arab Saudi bukan main ramainya. Jamaah dari berbagai negara, sekitar 2,5 juta jumlahnya, sejak pagi hari biasanya sudah mulai bersiap diberangkatkan ke tenda-tenda di Padang Arafah. 

Sebagian besar menunggu bus jemputan di depan hotel masing-masing menuju puncak pelaksanaan ibadah haji. Sebagian lainnya memilih berjalan kaki menuju Lembah Mina untuk melaksanakan tarwiyah. 

Ibadah sunah itu mensyaratkan jamaah berjalan kaki ke Mina, sekitar 7 kilometer ke arah timur laut dari Masjidil Haram pada 8 Dzulhijah, berdiam sebentar untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Padang Arafah guna melaksanakan wukuf pada 9 Dzulhijjah.

Sehubungan pembatasan pelaksanaan haji oleh Kerajaan Saudi tahun ini, mudah dibayangkan suasana yang jauh berbeda. Jika tarwiyah biasanya tak disarankan karena padatnya jamaah, kali ini  hanya sekitar 1.000 jamaah haji berkumpul di Lembah Mina.

Petugas kesehatan ditugaskan untuk membersihkan barang-barang mereka. Staf kesehatan dan keselamatan dengan bekal alat disinfektan bertugas membersihkan area di sekitar Ka’bah. Dilansir Arab News, tahun ini otoritas haji menutup akses mendekat ke Ka'bah. Jamaah tidak lagi diizinkan untuk menyentuh Ka'bah untuk membatasi kemungkinan tertular Covid-19.

photo
Petugas membakar kemenyan untuk mengharumkan areal Ka'bah menjelang musim haji 2020, Ahad (26/7). - (AP/Saudi Ministry of Media)

Otoritas haji setempat juga mendirikan pusat kesehatan khusus, klinik keliling dan ambulans untuk merawat para peziarah. Selama pelaksanaan haji, jamaah diminta untuk mengenakan masker dan mematuhi jaga jarak sosial.

Peziarah diberi perlengkapan kenyamanan, mencakup kerikil yang sudah disterilkan untuk ritual lempar jumrah, cairan penyanitasi tangan, masker, sajadah, serta ihram atau pakaian putih mulus yang dikenakan oleh para peziarah selama haji.

"Tidak ada masalah terkait keamanan dalam ibadah haji ini, tetapi langkah pencegahan diambil untuk melindungi peziarah dari bahaya pandemi," kata Direktur Keamanan Publik Arab Saudi Khalid bin Qarar al-Harbi, dilansir di Arab News, Rabu (29/7).

Kamis (30/7), bertepatan dengan 9 Dzulhijah, para peziarah akan melakukan perjalanan ke Padang Arafah untuk mendengarkan khutbah dan berdiam diri sembari berzikir melaksanakan wukuf, inti dari ibadah haji. 

Padang seluas 8 kilometer persegi itu pada kondisi normal adalah lautan tenda dan orang-orang berihram. Jabal Rahmah, bukit yang terletak di tengah hamparan itu tertutup sepenuhnya oleh manusia dari kaki hingga puncaknya. Tak ada keramaian tersebut tahun ini.

photo
Petugas membalurkan wewangian ke Hajar Aswad, Senin (27/7). - (AP/Saudi Ministry of Media)

Sekitar 70 persen dari jamaah tahun ini merupakan warga negara asing yang berdiam di Arab Saudi. Sisanya bagi warga Saudi. Sebanyak 160 negara asal ekspatriat memperebutkan izin berhaji tahun ini. "Lima warga negara Indonesia mendapatkan izin untuk melaksanakan haji tahun ini," ujar Konsul Haji KJRI Jeddah Endang Jumali saat dihubungi Republika, Selasa (28/7).

Dibandingkan kuota Tanah Air biasanya, sekitar 200 ribu jamaah, yang berangkat tahun ini seakan benar-benar mereka yang terpilih. Salah satunya, Muhammad Wahyu seorang guru di SIR di Riyadh.  "Dari sebelum lockdown sudah berniat haji, semoga Allah SWT mengundang dan memberi kesempatan. Niat dan doanya ingin menjadi haji yang istimewa," ujar Wahyu dalam video yang dilansir KJRI Jeddah, Rabu (29/7).

Saat akhirnya Saudi memutuskan melaksanakan haji terbatas dan membuka pendaftaran, ia bersama teman-teman lain pun mencoba peruntungan. Melalui situs resmi yang disediakan Kementerian Haji, Wahyu mendaftar pada hari terakhir. "Sudah waktu terakhir dan mepet. Saya konsultasi dan minta restu juga dengan orang tua di Indonesia," lanjutnya.

Awalnya, Wahyu ingin mengajak serta istri dan anak untuk pelaksanaan haji 2020. Namun, persyaratan yang diberikan, termasuk batasan usia, membuat ia akhirnya mencalonkan diri sendiri.

Beberapa hari kemudian, Kementerian Haji mengumumkan siapa saja ekspatriat maupun warga Saudi yang lolos haji. Pria yang baru satu tahun bekerja di Riyadh ini merasakan haru, bingung, dan bahagia. Ia kebingungan mengingat tak memiliki teman untuk berdiskusi. Namun, ia juga merasa bersyukur karena ini adalah panggilan Allah SWT untuknya.

Haji kali ini menjadi pengalaman pertama bagi Wahyu. Usai pengumuman tersebut, ia langsung dimasukkan dalam satu grup Whatsapp berisi jamaah haji 2020 dan diberikan pengarahan.

Jamaah diminta tidak keluar rumah dan diarahkan untuk melakukan tes swab Covid-19. Setelahnya, mereka dipasang gelang tangan untuk mendeteksi pergerakan jamaah. "Saya karantina di Riyadh dua minggu. Berangkat ke Makkah kemarin 4 Dzulhijah, 25 Juli. Pakai pesawat dari Pemerintah Saudi, tiket Saudi Airlines. Semua jamaah haji dari Riyadh totalnya 171 jamaah," kata dia.

photo
Petugas hotel mensterilkan bawaan jamaah di Makkah.  - (AP/Saudi Ministry of Media)

Setibanya di Bandara Jeddah, ia langsung disambut oleh petugas haji dan diarahkan. Dengan gelang yang terpasang di tangan, menandakan identitas mereka sebagai jamaah haji 2020. Wahyu menyebut petugas haji sangat ramah, nyaman, dan terbuka. Selama di Makkah, jamaah ditempatkan di Hotel Four Point.

Melalui grup aplikasi percakapan, Wahyu berhasil mengontak empat jamaah haji ekspatriat Indonesia lainnya. Masing-masing berasal dari Madinah, Makkah, Jeddah, dan Yanbu. Kelimanya baru pertama kali melaksanakan haji.

Selasa (28/7) malam, sebelum jamaah haji memulai hari tarwiyah, petugas kesehatan didatangkan ke hotel untuk melakukan tes swab terhadap jamaah haji. "Kesiapan kesehatan, insya Allah peregangan otot sendiri di kamar. Tidak boleh keluar sama sekali, kalau ketahuan keluar bisa didiskualifikasi. Kami rutin diantarkan makanan sehat, madu, dan air oleh Kementerian Haji," ucap Wahyu.

Keistimewaan tahun ini juga disadari Abdullah al-Kathiri seorang jamaah dari Uni Emirat Arab. “Saya tak menyangka, di antara jutaan umat Islam, saya yang diberkati dengan persetujuan,” ujarnya dilansir Aljazirah. “Ini perasaan yang luar biasa. Terlebih ini haji pertama saya,” kata dia.

Zaker Kareem dan Saifullah al-Mohammedani, juga di antara mereka yang berada di Mina sejak Selasa (28/7). Dua rekan dari Iran ini bertemu di Universitas di Madinah enam tahun yang lalu, serta tinggal di Kerajaan Saudi.

photo
Jamaah dan petugs dibariskan dengan protokol jaga jarak setibanya di Bandara Jeddah, Selasa (28/7). - (AP/Yasser Bakhsh/Saudi Ministry of Media)

Al-Mohammedani sedang menyelesaikan tahun terakhirnya di universitas. Mereka berdua mendaftarkan nama mereka di portal haji secara bersamaan. "Saya memeriksa portal sepanjang waktu untuk melihat apakah aplikasi saya diterima atau tidak. Saya senang ketika melihat mendapatkan izin. Saya menelepon Zaker dan dia memberi tahu saya bahwa dia juga diterima," kata al-Mohammedani.

Seorang peziarah Azerbaijan yang tinggal dan bekerja di Jubail, Zelkin, juga lolos. Ia merasa tidak percaya dengan apa yang ia alami saat ini. Pelaksanaan haji merupakan kesempatan sekali seumur hidup. "Ini bukan keberuntungan, ini kehendak Allah dan kita harus mengikuti kehendak-Nya," ujar dia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat