Seorang perempuan memegang poster berisi protes atas uji coba vaksin Covid-19 di Johannesburg, Afrika Selatan, beberapa waktu lalu. | Themba Hadebe/AP

Internasional

 AS Gelar Eksperimen Vaksin Terbesar

Uji coba vaksin juga digelar di Inggris pekan depan.

 

BINGHAMTON -- Uji coba atau eksperimen terbesar digelar Amerika Serikat (AS) untuk mengetahui efektivitas vaksin Covid-19, mulai Senin (27/7). Sekitar 30 ribu warga AS menyingsingkan lengan baju untuk menerima suntikan vaksin yang dikembangkan Pemerintah AS. 

Tahap akhir uji coba ini dimulai dengan pendataan para sukarelawan dari berbagai lokasi di seantero AS. Mereka diberi dosis sesungguhnya, namun tanpa diberitahu apakah itu vaksin atau zat lain yang akan menjadi pembanding. Vaksin yang diuji coba ini dikembangkan National Institutes of Health and Moderna Inc. Ini adalah bagian dari upaya global untuk menghentikan pandemi Covid-19.

"Saya sangat tertarik untuk ikut kegiatan seperti ini. Ini besar-besaran," kata Melissa Harting, perawat berusia 36 tahun dari Binghamton, New York. Ini amat berarti bagi dirinya dan orang yang memiliki anggota keluarga yang bekerja sebagai tenaga kesehatan (nakes) yang berada di garis depan melawan virus. 

"Melakukan bagian dari tugas kami untuk memberantas (virus) adalah hal yang amat penting buat saya," katanya. 

Perusahaan lain, Pfizer Inc., juga mengumumkan pada Senin malam bahwa mereka juga akan memulai uji coba sendiri di AS dan wilayah lain. Rencananya, mereka akan merekrut sekitar 30 ribu orang sukarelawan.

Semua itu tentu akan memakan waktu berbulan-bulan sebelum hasilnya terlihat satu per satu. Tak ada pula jaminan bahwa vaksi tersebut akan berhasil dalam melawan Covid-19 yang telah membunuh lebih dari 650 ribu orang di seluruh dunia, termasuk hampir 150 orang di AS.

Amerika Serikat (AS) juga memberikan kontrak senilai 265 juta dolar AS atau setara Rp 3,8 triliun (kurs 1 dolar AS senilai Rp 14.856,9) kepada Fujifilm Holdings Corp di Texas. Presiden AS Donald Trump mengatakan, kontrak tersebut digunakan untuk meningkatkan produksi kandidat vaksin Covid-19.

Trump membuat pengumuman itu pada Senin (27/8) saat mengunjungi fasilitas Fujifilm lain di North Carolina. Perintah itu memperluas perjanjian antara Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan, sistem universitas Texas A&M, dan Fujifilm Diosynth Biotechnology.

Dikutip Reuters pada Selasa (28/7), dengan dana tersebut, Fujifilm akan mempercepat beberapa bulan ekspansi yang direncanakan di Texas, College Station. Fujifilm menyatakan, penyelesaian sekarang diharapkan musim gugur ini.

Pekan lalu, Fujifilm Diosynth, anak perusahaan bahan obat dari perusahaan Jepang, mengatakan, akan membuat substansi obat massal untuk kandidat vaksin virus Novavax Inc, NVX-CoV2373. Fujifilm setidaknya akan menghabiskan 928 juta dolar AS untuk menggandakan kapasitas di fasilitas Denmark, yang juga terlibat dalam membuat vaksin virus. Hal tersebut membuat saham perusahaan naik 3,2 persen di Tokyo saat kondisi pasar keseluruhan yang datar.

Saat berita ini ditulis, data Johns Hopkins University menunjukkan kasus global Covid-19 mencapai 16,6 juta kasus. Kasus terbanyak ada di AS yaitu 4,4 kasus. Negara berikut dengan kasus terbanyak adalah Brasil dan India.

Terobosan Inggris

Uji coba vaksin juga digelar di Inggris, pekan depan. Kali ini, uji coba akan dilakukan di enam rumah sakit di Inggris. Sukarelawan berusia 18-75 tahun akan menerima dua imunisasi dalam waktu empat minggu.

Keterangan tertulis Pemerintah Inggris pada Selasa (28/7) menyebutkan, vaksin ini dikembangkan Imperial College, London. Vaksi ini didasarkan pada pendekatan baru yang menggunakan untaian kode genetik sintetis (disebut RNA), dari bahan genetik virus. 

Setelah disuntikkan ke dalam otot, untaian RNA akan memperbanyak diri dan menginstruksikan sel-sel tubuh untuk membuat salinan protein yang ditemukan di bagian luar virus. Lapisan ini akan melatih sistem kekebalan tubuh untuk merespons virus korona sehingga tubuh dapat dengan mudah mengenali dan mempertahankan diri terhadap virus COVID-19 di masa depan.

Jika percobaan ini berhasil, vaksin Imperial College ini dapat memberikan dosis efektif dari volume yang relatif rendah. Hal ini memungkinkan vaksin untuk diproduksi secara masif dengan biaya yang relatif rendah. “Kami mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan kami dapat memvaksinasi masyarakat dengan cepat setelah vaksin COVID-19 yang tepat tersedia," Menteri Bisnis Inggris Alok Sharma. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat