Perempuan-perempuan berkimono mengenakan masker saat berjalan di area Kuil Kiyomizudera di Kyoto, Jepang, Kamis (23/7). | EPA-EFE/DAI KUROKAWA

Internasional

Masker Jadi Gerakan Global Kemanusiaan

Pemakaian masker kini bahkan menjadi bagian dari gerakan global miliaran warga dunia.

LONDON -- Inggris mewajibkan orang-orang di tempat umum untuk memakai masker, Jumat (24/7). Pelanggar aturan ini akan dikenai denda 100 poundsterling jika memang terpaksa. Secara global, saat berita ini ditulis data John Hopkins University menunjukkan ada lebih dari 15,5 juta dan lebih dari 633 ribu kematian.

Peraturan ini disampaikan Kamis (23/7) dan langsung berlaku dalam waktu 12 jam. Laman BBC melaporkan, aturan memakai masker berlaku untuk orang-orang yang berada di tempat umum seperti pasar swalayan, pusat perbelanjaan dalam ruangan, terminal, bank, hingga tempat pemesanan makanan atau layanan takeaway.  

Polisi bisa menggunakan wewenangnya untuk memaksa pembeli keluar dari toko jika ia tidak memakai masker. Sebaliknya, polisi juga bisa menahan dan melarang orang-orang yang tak memakai masker agar tidak masuk toko. 

Namun, kewajiban bermasker ini memiliki sejumlah kekecualian. Kelonggaran diberikan kepada anak-anak di bawah usia 11 tahun, orang dengan disabilitas atau mengalami kondisi kesehatan khusus seperti mengalami gangguan pernapasan sehingga sulit memakai masker.

photo
Pekerja Palestina mengenakan masker di sebuah warung kopi di Gaza, Rabu (22/7). - (EPA/MOHAMMED SABER)

Namun, pemakaian masker tak hanya berlaku di Inggris. Pemakaian masker kini bahkan menjadi bagian dari gerakan global miliaran warga dunia melawan penyebaran Covid-19. Meski, tak semua orang setuju memakai masker. 

Saat ini, mungkin masker menjadi perlengkapan selain pakaian yang dipakai begitu meluas oleh masyarakat dunia, mulai dari Melbourne hingga Mexico City, Beijing hingga Bordeaux. Penggunaan masker bahkan melintasi batas negara, budaya, agama, generasi, dan jenis kelamin.  

"Mungkin, belum pernah ada perubahan yang begitu pesat dan dramatis seperti ini dalam perubahan prilaku manusia secara global," kata Jeremy Howard, salah satu pendiri inisiatif #Masks4All, kelompok lobi yang mendukung pemakaian masker. "Kemanusiaan harus menjadi alasan."

Sebaliknya, belum pernah ada bagian dari pakaian yang begitu mengundang kemarahan dan bahkan menjadi komoditas politik seperti masker, khususnya di Amerika Serikat. Di AS, belum pernah terjadi ada orang yang menodongkan senjata karena sesuatu yang dipakai orang lain. Namun ini terjadi di pasar swalayan Walmart di Florida, orang yang tidak memakai masker menodongkan senjata kepada pembeli lain yang memakai masker. 

Seperti kebiasaan manusia lainnya, masker kini menjadi cermin bagi sifat manusia. Begitu banyak orang yang berbagai latar belakang, kini menjuang melawan rasa tidak nyaman, namun tetap memaksakan diri memakai masker. Alasannya, memakai masker adalah bentuk peduli pada kepentingan umum. 

photo
Pekerja kesehatan membagikan masker pada penjual hewan kurban di pasar hewan Hyderabad, Pakistan, Selasa (21/7). - (EPA-EFE/NADEEM KHAWAR)

Penolakan pun tak kalah gencarnya. Seorang pengunjuk rasa di London, Inggris, menentang pemberlakukan kewajiban bermasker, Jumat.  "Orang setiap hari ada yang meninggal. Tidak ada hal yang baru," teriaknya. 

Jika sebelumnya penilaian orang tertuju pada pakaian atau potongan rambut, kini ada satu elemen lain, yaitu masker. Di Mexico City, Meksiko,  Estima Mendoza mengaku tak habis pikir saat melihat orang tak memakai masker. 

"Saya merasa begitu tidak berdaya. Di satu sisi saya menilai merekam dan di sisi lain saya bertanya-tanya, 'mengapa?'" ujarnya. "Sebagai manusia biasa, sudah wajar kita menilai orang lain."

Sebagai Muslim kulit hitam di Prancis, Maria Dabo tentu amat memahami penilaian orang terhadap penampilan. Namun, kini memakai masker menjadi berkah tersendiri baginya: ia tak lagi sendirian memakai penutup wajah di negara yang sebelumnya melarang pemakaian cadar. 

"Saya merasa seperti lebih dipahami," kata Dabo. "Setiap orang kini mendapat kewajiban sama seperti kami, yang membuat kami yakin bahwa Allah juga memberi pelajaran pada orang bahwa menutup wajah bukan hanya sekadar soal agama atau yang lain. Juga bukan sesuatu yang bodoh, namun ini adalah melindungi diri sendiri," ujarnya menambahkan.

photo
Seorang perempuan membenahi letak maskernya saat berjalan di depan pameran grafiti di Beijing, Cina, Senin (20/7). - (AP/Andy Wong)

Di antara orang yang berubah pikiran adalah Presiden AS Donald Trump. Ia yang sebelumnya menolak memakai masker, akhirnya baru memakai masker setelah sekurangnya 134 ribu warga AS meninggal akibat Covid-19. Pekan ini, ia bahkan mencicit di Twitter dan menyebut memakai masker adalah tindakan patriotik.  

Di Prancis, penjual buah dan sayuran Montassar Yoinis menyadari bahwa orang tak mau belanja di tokonya jika ia tak menutup wajahnya. Maka ia pun memakai masker dan mempromosikan tokonya sambil berteriak di balik masker. "Rasanya mengganggu, tapi tak ada pilihan lain," katanya. "Orang cemas jika kita tidak memakai masker. Mereka tak mau datang." 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat