Masjid Nabawi di Kota Madinah al-Munawarah, Rabu (21/8/2019). | Syahruddin El-Fikri/Republika

Kisah

Kala Adu Domba Nyaris Membelah Madinah

Dua suku di Madinah itu menyadari tipu daya musuh Islam.

OLEH HASANUL RIZQA

Hijrahnya Nabi Muhammad SAW membawa perubahan yang sangat berarti bagi penduduk Yastrib. Tidak hanya nama kota tersebut yang berubah menjadi Madinah al-Munawarah. Suasana konflik berganti menjadi penuh kedamaian.

Dahulu, masyarakat setempat selalu dicekam ketakutan. Di sana ada dua suku yang sama kuat dan karena itu saling bersaing untuk memperebutkan pengaruh, yakni bani Aus dan Khazraj. Puluhan tahun lamanya keduanya bertempur. Bahkan, pada Perang Bu'ats yang terjadi lima tahun sebelum hijrah, semua pemimpin kedua belah pihak tewas.

Dalam suasana pascaperang itulah enam orang utusan Aus dan Khazraj bertemu untuk pertama kalinya dengan Rasulullah SAW. Mereka tak hanya menyatakan iman dan Islam, tetapi juga bersedia melindungi Nabi SAW dengan sepenuh kekuatan.

Berbeda sikapnya dengan pemuka musyrikin Quraisy yang menguasai Makkah, mereka menerima dengan terbuka kepemimpinan beliau. Apalagi, di tempat asal mereka kaum Yahudi acap kali mengancam akan melancarkan serangan.

Kira-kira satu tahun kemudian Rasulullah SAW mengutus seorang sahabatnya, Mush'ab bin Umair, untuk membina kepribadian individu-individu Yatsrib. Akhirnya terbentuklah suatu iklim persaudaraan. Loyalitas mereka hanya tertuju pada Islam, bukan lagi fanatisme kesukuan.

Alhasil, suasana ukhuwah Islamiyah sudah kukuh begitu Nabi SAW bersama dengan Abu Bakar ash-Shiddiq tiba di sana. Kota itu segera menjadi bercahaya--madinah al-munawarrah-- dinaungi solidaritas atas dasar keimanan dan ketakwaan.

Kondisi demikian membangkitkan perasaan dengki kaum Yahudi. KH Moenawar Chalil dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW menjelaskan, salah satu suku Yahudi yang memusuhi Islam di Madinah adalah bani Qainuqa'. Seorang tokohnya, Syasy bin Qais, sangat piawai dalam memata-matai Muslimin untuk mencari kelemahan umat Rasulullah SAW itu.

Pemuka Yahudi itu akhirnya menyadari bahwa memori tentang Perang Bu'ats masih menancap cukup kuat dalam benak kolektif penduduk Madinah. Hal itu dianggapnya sebagai celah untuk melancarkan adu domba.

Zaid bin Aslam menuturkan kepada Ibnu Jurir bagaimana fitnah disebarluaskan Syasy bin Qais pada waktu itu. Suatu ketika, Ibnu Qais melewati beberapa sahabat Nabi SAW dari kalangan Aus dan Khazraj. Mereka tampak sedang mengobrol dan bercengkerama sewajarnya. Melihat mereka tampak akrab dan rukun, Ibnu Qais dongkol bukan main.

Dengan penuh kebencian, ia lantas berbisik kepada pemuda Yahudi di sebelahnya, "Lihatlah orang-orang bani Aus dan Khazraj itu! Mereka kini telah bersatu di kota ini. Demi Allah, saya tidak akan pernah bersama mereka meskipun mereka bersatu!"

photo
Umat Islam menanti waktu berbuka puasa dengan takjil yang dibagikan warga Madinah di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, Selasa (7/5/2019) - (ANTARA FOTO)

Syasy bin Qais merasa bahwa inilah kesempatan baginya untuk memengaruhi mereka. Ia dan kawannya lantas menghampiri mereka. Saat obrolan sedang mengalir, Ibnu Qais menyebut tentang kehebatan Khazraj atas Aus dalam Perang Bu'ats. Ia terus mengungkit-ungkit kembali hari kemenangan Suku Khazraj dan betapa kekalahan telah memalukan Aus dalam peristiwa pada tahun-tahun belakangan itu. Bahkan, pemuda yang mendampingi Syasy menyanyikan lagu-lagu permusuhan yang sudah biasa dilantunkan prajurit Khazraj saat memerangi Aus.

Taktik yang dilakukan Syasy akhirnya menyulut kenangan akan permusuhan lama yang pernah terjadi pada zaman prahijrah. Orang-orang Islam itu pun mulai bersitegang urat leher. Mereka terbelah menjadi dua dan membanggakan kedudukan sukunya masing-masing.

Mulanya, beberapa dari mereka saling mengejek. Aus bin Qadhi (dari Suku Aus) dan Jabbar Sakhar (dari Khazraj) bahkan saling adu mulut. Keduanya menyatakan siap berkelahi, sementara pendukung masing-masing berupaya mengumpulkan kekuatan siap. Benih konflik yang dapat membelah Madinah lagi seperti baru saja dimulai.

Seorang sahabat kemudian melaporkan kejadian itu kepada Rasulullah SAW. Nabi SAW segera mendatangi mereka, dengan ditemani beberapa orang Muhajirin. "Ya Allah, ya Allah!" gumam beliau di sepanjang perjalanan.

Sesampainya di lokasi, Nabi SAW kemudian berseru, "Wahai kaum Muslimin, apakah kamu sekalian akan tetap dengan kebiasaan-kebiasaan jahiliyah, padahal saya masih berada di tengah-tengah kalian? Bukankah Allah telah menunjukkan kepada kalian jalan yang lurus? Dengan Islam, Allah telah memuliakan kalian, memisahkan kalian dari tradisi-tradisi jahiliyah, dan melunakkan hati kalian. Apakah kalian akan kembali kepada kekufuran yang lama?"

Seketika, dua kelompok yang tadinya berkelahi langsung terdiam. Mereka menyadari tipu daya musuh-musuh Islam telah membuatnya emosi dan saling menjelekkan. Akhirnya, orang-orang itu saling berpelukan dan bermaafan. Mereka kemudian pulang bersama Rasulullah SAW dalam keadaan mendengarkan dan patuh.

Mengenai Syasy bin Qais dan ulahnya, turunlah firman Allah SWT, yakni surah Ali Imran ayat 98-99. Artinya: "Katakanlah (Muhammad), 'Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan?' Katakanlah (Muhammad), 'Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan Allah, kamu menghendakinya (jalan Allah) bengkok, padahal kamu menyaksikan?' Dan, Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan."

Ayat berikutnya sebagai peringatan bagi Muslimin agar tidak kembali berpecah belah. "Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk." (QS Ali Imran:103).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat