Aktivitas di rumah ketika pandemi Covid-19 mengharuskan bekerja dari rumah. | EPA

Keluarga

Bekerja dari Rumah Asyik Sih, Tapi ...

Ada tantangan tersendiri saat harus bekerja seraya mengurus anak.

Imbauan untuk bekerja dari rumah atau work from home (WFH) sudah digaungkan hampir satu bulan lamanya. Hingga kini, sebagian besar perusahaan telah menerapkan metode tersebut untuk para karyawannya. Menerapkan metode WFH tak pelak menghadirkan tantangan tersendiri. Ada yang menyukainya, ada pula yang menghadapi sejumlah kendala saat harus bekerja dari rumah.

Seperti yang dialami animator film kartun atau artist 2D di perusahaan studio animasi yang berbasis di DI Yogyakarta, Fera Herlina Sari. Fera mengaku cukup menikmati bekerja di rumah. Selain selalu bisa bersama anak, dia juga tak perlu khawatir ke luar rumah. "Pertama, nggak capek, bisa istirahat di rumah, terus sama anak juga lebih terkontrol, bisa jauh dari hal yang tak bisa kita prediksi," ujar Fera.

Untuk urusan pekerjaan, dia mengaku tidak memiliki kendala apa pun selain pengiriman file. Pekerjaannya yang berhubungan dengan produksi animasi memang membutuhkan file besar sehingga pengirimannya membutuhkan waktu lama.

"Tantangannya itu bagaimana kita bisa (memenuhi) dead line pekerjaan kita biar semua produksi di kantor nggak terhambat," kata Fera. Untuk urusan pekerjaan, Fera dan teman-temannya tetap perlu menyelesaikan target, tetapi fasilitas di rumah tak sebanding dengan kantor. Karena itu, kantornya membuat kebijakan sistem kerja menjadi shift. Setiap tim juga dibagi menjadi dua kelompok.

"Kalau hari ini kelompok satu masuk, besok kelompok dua masuk. Jadi, selang-seling, tujuannya untuk meminimalisasi kepadatan orang dalam satu ruangan. Jadi, nggak terlalu padat, biar bisa physical distancing," ujar dia. Bekerja dari rumah juga membuatnya harus pintar membagi waktu antara bekerja dan memperhatikan anak.

Biasanya, dia selalu mengajak bermain anaknya yang masih batita itu setelah bangun tidur. Kemudian saat jam tidur, Fera memaksimalkan waktu itu untuk menyelesaikan pekerjaan. Ada beberapa jam dirinya mencuri-curi waktu bekerja, sementara anaknya bermain atau menonton kartun.

"Pas lagi nonton gitu, aku sambil ngerjain, tapi aku nggak bisa terlalu fokus ke pekerjaan. Pokoknya yang paling maksimal itu pas dia tidur," kata dia. Sang suami pun sangat mendukung Fera bekerja di rumah. Apalagi, di tengah wabah Covid-19 di Yogyakarta, bekerja dari rumah mengurangi rasa waswas sang suami dan keluarga besarnya.

Fera tetap bekerja saat malam hari, terutama jika anaknya sudah tidur. Jika anak-anaknya sudah tidur pukul 19.00 WIB, Fera bisa menyelesaikan pekerjaan sampai pukul 24.00 WIB. "Jadi, dukanya itu lebih lembur daripada kerja di kantor," kata dia.

 
Jadi, dukanya itu lebih lembur daripada kerja di kantor
 

Meski begitu, Fera tak memiliki kiat atau rutinitas khusus bekerja di rumah. Baginya, bekerja dari rumah adalah soal pintar membagi waktu. Bekerja dari rumah memang tidak seperti di kantor yang memiliki penugasan yang jelas. Sementara saat bekerja dari rumah adalah yang penting pekerja menyelesaikan pekerjaannya.

"Kalau di kantor, kita fokus. Kalau di rumah, kan kita nyambi-nyambi. Perbedaannya hanya di jam kerjanya. Kalau di kantor pukul 08.00-17.00 WIB, sementara di rumah karena ada pekerjaan lainnya, baru bisa ngerjainnya malam," kata dia.

 

Lebih populer

Konsultan perekrutan profesional Robert Walters, Eric Mary, menilai ada kemungkinan bekerja dari rumah akan menjadi lebih populer, bahkan ketika pandemi Covid-19 berakhir. Kendati begitu, menurut dia, hal itu bergantung pada industri dan peran karyawan di perusahaan.

Sebagai contoh, dalam bidang manufaktur atau customer service yang membutuhkan karyawan untuk bekerja pada jam-jam tertentu dan melakukan pekerjaan keahlian tertentu di kantor atau pabrik. "Tetapi, secara umum, krisis global yang tidak terencana ini menunjukkan bahwa pekerjaan masih dapat dilakukan dan diselesaikan tanpa harus berada di tempat kerja atau kantor," ungkap pria yang menjabat sebagai country manager tersebut kepada Republika.

Dia pun memprediksi bekerja dari rumah mungkin akan menjadi lebih populer setelah ini. Akan tetapi, sejauh ini dia melihat bahwa karyawan masih menghargai interaksi sosial satu sama lainnya, seperti ketika mereka datang dan bekerja di kantor mereka.

 
Dia pun memprediksi bekerja dari rumah mungkin akan menjadi lebih populer setelah ini.
Eric May
 

Dia melanjutkan, dengan maraknya kerja jarak jauh, perusahaan perlu memastikan manajer dan pemimpin tim mereka agar mengarahkan para karyawannya dengan baik untuk memastikan produktivitas dalam tim mereka. Alih-alih menilai kinerja berdasarkan apa yang karyawan sedang lakukan, manajer harus memperhitungkan hasil kerja mereka atau hasil lainnya dan membangun lingkungan atau rasa saling percaya saat bekerja dari rumah.

"Mengatur waktu setiap harinya untuk bisa bertatap muka secara daring, dengan sesama anggota tim bisa membantu menjaga komunikasi dan membimbing para karyawan untuk memastikan produktivitas mereka," tutur dia. Hal ini, kata dia, tidak harus dilakukan dengan waktu yang lama.

Dia menyarankan untuk tetap melakukan video call yang memungkinkan setiap orang bisa melakukan koneksi dan bertatap muka satu sama lainnya seperti halnya saat bekerja di kantor. 

photo
Pelajar belajar dari rumah di Ambarketawang, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (23/3/2020). - (Antara Foto)

Pakaian Hingga Tempat Kerja yang Nyaman

Psikolog klinis dari Personal Growth, Veronica Adesla, menilai ada beberapa hal yang dibutuhkan untuk menunjang bekerja dari rumah agar bisa lebih efektif. Berikut di antaranya:

1.BUTUH PENGATURAN WAKTU YANG BAIK

Ini terutama untuk mereka yang sudah berkeluarga dan memiliki anak. Terlebih, saat ini anak juga dianjurkan untuk belajar di rumah. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi suami istri yang juga bekerja dari rumah.

2.BERKOLABORASI

Veronica menyarankan, pasangan suami dan istri sangat disarankan untuk berdiskusi dan berkolaborasi bersama perihal mengurus anak pada waktu kerja. Pasangan suami istri juga bisa berkolaborasi dengan orang dewasa lainnya agar bisa mendukung efektifnya bekerja di rumah. Kolaborasi itu, kata dia, bisa berupa mengasuh anak secara bergantian sesuai dengan jam yang telah disepakati bersama sehingga anak pun tidak lepas dari pengawasan.

Bekerja sama juga tak hanya bisa diaplikasikan kepada pasangan suami istri saja. Orang dewasa lain, seperti baby sitter, yang telah lama bekerja di keluarga atau anggota keluarga lain juga bisa diajak kerja sama untuk mengurus anak. "Sebisa mungkin optimalkan yang ada di rumah saja. Ini jadi challenge untuk pasangan suami istri dapat mencari cara untuk berkompromi menghadapi situasi ini bersama," ujar dia menjelaskan.

3. KOMUNIKASIKAN PADA ANAK

Selain itu, pasangan suami istri bisa berkomunikasi kepada anaknya yang juga belajar di rumah. "Beri tahu kepada anak bahwa ketika orangtuanya sedang berada di area yang telah disepakati untuk bekerja, artinya jangan diganggu," kata Vero.

Hal itu, kata dia, juga akan membuat anak lebih paham bahwa orang tuanya juga tengah bekerja. Oleh karena itu, penting bagi orang yang bekerja dari rumah untuk memiliki tempat tertentu di rumah untuk bekerja, yang kemudian dipahami anak agar tak mengganggu di wilayah itu.

Hal itu akan jadi lebih mudah bagi anak untuk memahaminya, dibandingkan orangtuanya bekerja di tempat yang tidak pasti, berganti-ganti tempat, lalu anak jadi bingung setiap disamperin dibilangin nggak boleh diganggu. "Padahal, biasanya kalau orangtua di rumah artinya punya waktu main sama dia," tutur dia.

4. ATUR TEMPAT UNTUK BEKERJA

Agar bekerja dari rumah berjalan efektif, dia menyarankan untuk mengatur sebuah tempat untuk bekerja. Hal itu bisa dilakukan dengan menentukan satu area khusus untuk dijadikan tempat bekerja. Penting pula bagi orang yang bekerja dari rumah, untuk mendekorasi tempat tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk bekerja. Dengan demikian, ketika orang bekerja pun bisa terhindar dari hal-hal yang bisa mengalihkan perhatian.

5. PILIH TEMPAT KERJA YANG TEPAT

Veronica pun menyarankan agar memilih tempat yang memang notabene jauh dari distraksi seperti televisi atau tak berdekatan dengan tempat anak biasa bermain. "Selain itu, tidak juga berdekatan dengan tempat makan karena mungkin sekali jadi tergoda untuk bolak-balik mengambil makanan," kata dia menjelaskan.

Trik berikutnya adalah, jauhkan benda-benda yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, yang sangat mungkin mendistraksi, pada tempat dan di meja yang telah diatur untuk bekerja. Vero menyarankan untuk isi meja dengan berbagai hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Misalnya, laptop atau komputer, alat cetak, kalender, dan sticky notes atau catatan-catatan yang ditempel yang berisi tugas-tugas dan deadline yang harus dipenuhi. "Siapkan juga air putih di botol biar tidak harus banyak bolak-balik untuk mengambil air," ujar dia.

6. CIPTAKAN SUASANA KONDUSIF

Agar suasana kondusif untuk bekerja, dia menyarankan untuk memasang lagu instrumental atau menggunakan aromaterapi untuk meningkatkan konsentrasi. Selain itu, pilih bangku dan meja yang ada di rumah yang nyaman untuk bekerja.

7. KENAKAN PAKAIAN YANG NYAMAN

Jangan lupa gunakan pakaian yang sesuai juga dapat mendukung suasana kerja. "Meskipun sehari-hari di rumah, berpakaian formal maupun semiformal ketika jamnya bekerja di rumah dapat mendukung mood dan vibe untuk bekerja," ungkap dia.

photo
Warga saat menunjukan aplikasi dukungan bekerja dari rumah menggunakani layanan Telkomsel di Kota Sorong, Papua Barat, Minggu (29/3/2020). - (ANTARA FOTO)

LEBIH Menantang

Pandemik Covid-19 membuat pemerintah mengambil kebijakan agar masyarakat untuk bekerja, bersekolah, dan beribadah dari rumah. Hal itu bertujuan untuk meminimalisasi penyebaran Covid-19 di Indonesia.

Bagi pekerja kantoran, bekerja dari rumah atau work from home (WFH) boleh jadi memiliki tantangan tersendiri. Belum lagi rasa bosan yang dirasakan selama anjuran di rumah saja. Namun, karyawan perusahaan bidang public relationship (PR) di SCBD, Jakarta Pusat, Indhina Saraswati, justru merasa nyaman bekerja dari rumah.

Jika dibandingkan, menurut dia, bekerja dari rumah jauh lebih produktif. Alasannya, dia tak perlu mengeluarkan biaya untuk transportasi sehingga lebih efisien dari segi biaya. Sementara, dari segi pekerjaan, dia mengatakan tak ada perbedaan signifikan.

Kondisi bekerja dari rumah juga membuat Indhina yang bekerja dalam bidang hubungan masyarakat (PR) terpaksa menghentikan atau menunda banyak kegiatan atau acara klien. "Selebihnya, dari dulu untuk meeting dan discussion pekerjaan inti, saya juga sudah sering menerapkan //online meeting// dengan platform meeting online, jadi nggak begitu sulitlah ya," kata Indhina kepada Republika, beberapa waktu lalu.

Bekerja dari rumah pasti memiliki cerita suka dan duka masing-masing. Bagi Indhina, bekerja dari rumah membuatnya lebih santai dalam berpakaian. Sebagai tim berpiyama, dia sangat menikmati sistem bekerja dari rumah. Selain itu, dia juga bisa mengerjakan kegiatan lain, seperti bermain gim dan menonton film.

 
Bekerja dari rumah membuatnya lebih santai dalam berpakaian.
 

Namun, tak dimungkiri, bekerja dari rumah menimbulkan rasa bosan. Apalagi, dalam kondisi anjuran untuk tidak ke luar rumah. Pun terkadang, Indhina merasa badannya pegal-pegal. Entah hanya sugesti atau karena sebab apa. "Soalnya biasanya kan saya jalan, tapi sekarang kan kita //nggak// boleh keluar jauh-jauh ya, jadi ya mobilitas badan kayaknya jadi minimal banget," ujar dia.

Selain mobilitasnya yang minimal, kendala lainnya adalah dari sisi pekerjaan sendiri. Jika biasanya dia bekerja di luar kantor, sekarang harus memasang strategi agar aktivitas PR tetap jalan meski melalui jalan digital. Sebenarnya, menurut dia aktivitas itu lebih menantang.

"Kita kan selalu koar-koar era digital, nah sekarang kita dihadapkan dengan situasi di mana produktivitas juga harus tetap jalan, walau tidak tatap muka, nyatanya masih tidak segampang itu kan," kata dia.

photo
Seorang warga melakukan proses pembuatan Jamu Kunyit di Denpasar, Bali, Rabu (8/4/2020). - (FIKRI YUSUF/ANTARA FOTO)

Akan tetapi, jika ditanya lebih enak mana bekerja dari rumah atau di kantor dengan kondisi seperti sekarang, Indhina beranggapan sistem WFH perlu diterapkan beberapa hari dalam sepekan, minimal dua kali. Baginya, untuk produktivitas tidak ada bedanya, jika sistem dari masing-masing perusahaan sudah bagus. "Saya kira sistem WFH cukup recommended sih," ujar dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat