Hikmah | Republika

Hikmah

Menjaga Wudhu

 

Oleh Dr Prita Kusumaningsih

Banyak kisah tentang seseorang yang konsisten menjaga wudhu. Bilal, sahabat Rasulullah SAW, salah satunya. Rasulullah bahkan mendengar suara sandal sang muazin tersebut di surga.

"Wahai Bilal, mengapa engkau mendahuluiku masuk surga? Aku tidaklah masuk surga sama sekali, melainkan aku mendengar suara sandalmu di hadapanku. Aku memasuki surga di malam hari dan aku mendengar suara sandalmu di hadapanku," tanya Rasulullah SAW. Bilal menjawab, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tidak pernah mengerjakan amalan yang menurutku besar pahalanya, tapi aku tidak wudhu pada waktu malam dan siang, melainkan aku akan menunaikan shalat yang diwajibkan bagiku untuk mengerjakannya." (HR Tirmidzi).

Jadi, selain selalu mengerjakan shalat sunah wudhu dua rakaat, Bilal juga selalu dawam (menjaga) wudhu, yakni setiap batal, ia akan langsung berwudhu kembali. Ternyata kebiasaan Bilal yang selalu menjaga agar dirinya selalu dalam kondisi berwudhulah yang menyebabkannya masuk surga.

Di Indonesia, kita punya contoh pahlawan yang selalu berusaha menjaga wudhu. Beliau adalah Panglima Besar Jenderal Soedirman. Jenderal yang terkenal tak mudah ditangkap penjajah Belanda itu pernah ditanya, apa resepnya? Ternyata pahlawan nasional yang sangat religius ini selalu menjaga agar dirinya selalu suci (selalu dalam keadaan berwudhu), shalat di awal waktu, dan berbakti kepada orang tua. Tiga resep inilah yang membuat dirinya bisa bertahan dalam perang gerilya walaupun dalam kondisi sakit parah sehingga harus ditandu.

Kita pun sebenarnya sangat bisa menjaga wudhu. Cukup mudah asalkan dilandasi dengan kemauan kuat dan niat karena Allah. Pertama, setiap kali batal karena buang angin maka segeralah berwudhu kembali. Demikian juga seusai mandi/buang air kecil, langsung saja disambung dengan berwudhu, tentu saja dengan memperhatikan kesucian tempat.

Kedua, saat dalam perjalanan, berwudhulah pada setiap kondisi yang memungkinkan. Artinya, tidak hanya saat hendak shalat. Salah satu penyebab batalnya wudhu yang dirasakan mengganggu adalah seringnya buang angin. Sebenarnya buang angin merupakan proses fisiologis, artinya normal dan memang proses itu diperlukan demi kesehatan tubuh.

Namun, frekuensi buang angin sedikit banyak terpengaruh juga dengan makanan dan pola hidup kita. Berikut ini merupakan kiat yang bisa dicoba. Pertama, usahakan buang air besar setiap hari. Untuk itu, kita perlu mengonsumsi sayur dan buah-buahan serta minum air yang cukup setiap hari dan ditambah dengan olahraga teratur.

Kedua, hindari makanan/minuman yang memproduksi gas. Misalnya, kacang, sayur/buah tertentu, dan minuman bersoda. Ketiga, berolahraga secara teratur. Khusus untuk Muslimah, akan lebih mudah untuk memperbarui wudhu apabila mengenakan busana Muslimah yang sederahana sehingga memudahkan dalam proses berwudhu di tempat umum.

Semoga kita dimudahkan dalam usaha agar selalu dalam kondisi berwudhu. Dengan demikian, kita akan mendapatkan keuntungan berupa kemudahan dalam menjalankan ibadah shalat atau membaca mushaf. Selain itu, dengan berwudhu, tangan dan anggota badan yang lain akan terjaga kebersihannya, terutama di saat-saat, seperti wabah Covid-19 sudah memasuki Indonesia. Wallahu a'lam. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat