Penyanyi Indonesia Nadin Amizah berpose usai konferensi pers jelang konser tunggalnya di 39th Restoran, Hotel Perdana, Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (20/1/2023). MYdeteksi bersama TAPAUasia, Sorai dan Tap Projects akan mengadakan konser tunggal Nadin Amiz | ANTARA FOTO/ Rafiuddin Abdul Rahman

Gaya Hidup

Belajar Pentingnya Consent dari Pengalaman Nadin Amizah

Amat tidak manusiawi jika penggemar

Penyanyi Nadin Amizah mengalami perlakuan tidak menyenangkan saat manggung di Cihampelas Walk Bandung, Ahad (24/9/2023) petang. Saat melintas di kerumunan penggemar, banyak orang berebut menyentuh tubuh Nadin hingga dia merasa terganggu.


Pelantun lagu "Rayuan Perempuan Gila" itu lantas menyuarakan keresahannya lewat akun Instagram @cakecaine. Lewat fitur Story, Nadin mengunggah sejumlah video serta pernyataan tertulis yang membahas apa yang sudah dia alami pada momen tersebut.


"Audience membeludak itu kadang rejeki kadang juga malapetaka ya. Naudzubillahimindzalik, mungkin ya orang tadi ga sengaja karena kondisinya se-chaos itu, tapi kalau emang udah serame itu mohon banget MOHON BANGET MOHON BANGET ga usah rebutan untuk nyentuh badan aku? Untuk apa?" kata Nadin.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Nadin Amizah (@cakecaine)


Menurut perempuan 23 tahun itu, sangat tidak manusiawi jika seseorang disentuh tubuhnya di sana-sini hanya karena dia adalah figur publik. Dia meminta kepada semua penggemarnya untuk tidak menyentuh badannya dalam kondisi apa pun, kecuali sudah ada izin.


Nadin menyatakan tidak akan heran jika videonya berteriak saat hal itu terjadi akan menjadi viral. Sementara, ada juga video lain yang beredar di media sosial, menunjukkan banyak orang memegang Nadin sepanjang jalan di tengah lautan manusia.


Sudah ada beberapa penjaga yang mengawal Nadin, tapi kerumunan massa tetap berusaha menjangkau tubuh Nadin. Nadin mengaku, dia sadar yang disentuh hanya bagian tangan dan bahu, tapi dia tetap menganggap itu termasuk pelecehan atau harassment.


Meski begitu, Nadin tidak menganggap ada pelecehan seksual, minimal dengan kesengajaan. Dia hanya menyebutnya pelecehan, bukan pelecehan seksual. Akan tetapi, dia tetap pada pendiriannya bahwa figur publik, termasuk penyanyi, tidak sepantasnya mendapatkan perlakuan seperti itu dari siapa pun.


"Publik figur yang ga keliatan marah kalian sentuh-sentuh itu bukan berarti dalam hatinya tidak meraung untuk diperlakukan seperti itu juga. Mari kita alihkan pembicaraannya ke arah: bagianmana pun, tidak ada orang yang boleh menyentuhmu tanpa izin," ujar Nadin.


Batasan Interaksi

Insiden kurang menyenangkan yang dialami penyanyi Nadin Amizah membuka ruang diskusi mengenai batasan interaksi antara penggemar dan figur publik yang diidolakan. Menurut Nadin, amat tidak manusiawi dan tidak sepantasnya jika penggemar "seenaknya" menyentuh tubuh figur publik tanpa izin.


Benarkah yang dialami Nadin adalah salah satu bentuk pelecehan? Psikolog anak, remaja, dan keluarga Sani Budiantini Hermawan berpendapat, apa yang dialami Nadin memang bisa dikategorikan pelecehan fisik atau physical harassment. Sani menjelaskan, pelecehan fisik merupakan sentuhan atau segala sesuatu yang menyentuh badan orang lain tanpa izin dan membuat orang itu merasa tidak nyaman.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Sani Budiantini Hermawan (@sanibudiantini)


"Kalau nyaman, tidak masalah. Tapi kalau ada yang menyentuh badan dan membuat seseorang merasa nyaman dan pelakunya tidak meminta izin, itu bisa disebut physical harassment," ujar Sani saat dihubungi Republika, Selasa (26/9/2023).


Ketika Nadin "curhat" di media sosial soal apa yang dia alami, ada seorang warganet berpendapat itu sudah jadi konsekuensi sebagai figur publik. Menurut Sani, tidak demikian. Idealnya, batasan interaksi antara manusia sudah seharusnya sesuai dengan norma sosial.


Termasuk, penerapan etika tidak boleh menyentuh tubuh orang lain tanpa izin, meski itu anggota badan yang dianggap "biasa" ataupun dengan gender yang sama. Kendati demikian, Sani menyadari, terkadang hal serupa sukar diterapkan dalam relasi antara idola dan penggemarnya.

photo
Penyanyi Indonesia Nadin Amizah bersiap menghadiri konferensi pers jelang konser tunggalnya di 39th Restoran, Hotel Perdana, Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (20/1/2023). MYdeteksi bersama TAPAUasia, Sorai dan Tap Projects akan mengadakan konser tunggal Nadin Amizah bertajuk Selamat Ulang Tahun dengan membawa lagu andalan seperti "Bertaut", "Sorai", dan lainnya pada 21 Januari 2023 di Zepp Kuala Lumpur. - (ANTARA FOTO/ Rafiuddin Abdul Rahman)

Meski tidak semua bisa digeneralisasi, Sani menyoroti bahwa terkadang sebagian penggemar fanatik berlaku anarkis dan tidak bisa dibendung. Misalnya, saling dorong untuk sekadar bisa bersalaman, mendekat, atau menyentuh sosok yang sangat diidolakan.


Itu sebabnya, dalam situasi tertentu seperti saat manggung atau acara jumpa penggemar, sudah disiapkan penjaga yang mengawal ketat sang figur publik. Sani yang menjabat sebagai direktur Lembaga Psikologi Daya Insan itu juga mengatakan bahwa batasan interaksi juga bergantung pada kebutuhan dan kenyamanan setiap figur publik.


Misalnya, ada penyanyi yang enggan "diserbu", maka dia tidak mendekat ke penggemar, melainkan hanya melambaikan tangan dari jauh. Tetapi, ada kalanya penyanyi datang mendekat ke penggemar, terkadang membiarkan tangan atau badannya disentuh, seperti berfoto atau bersalaman, dengan situasi terkontrol karena ada penjaga.


"Jadi, sebenarnya situasi itu bisa di-set up, dikontrol, sebatas mana yang dirasa nyaman. Makanya public figure kalau jalan-jalan sering memilih tempat, memakai body guard. Tujuannya untuk itu, karena tidak semua fan bisa dikendalikan, tidak bisa dituntut juga," ujar Sani.

 

 
Idealnya, batasan interaksi antara manusia sudah seharusnya sesuai dengan norma sosial.
 
SANI BUDIANTINI HERMAWAN, Psikolog anak, remaja, dan keluarga. 
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Menyikapi Isu Kesehatan Mental Secara Proporsional

Banyak Gen Z yang menjadikan isu kesehatan mental sebagai alasan.

SELENGKAPNYA

Potensi Pelecehan Seksual di Toilet Gender Netral

Disdik Pemprov DKI Jakarta menegaskan sekolah tak boleh menerapkan toilet gender netral.

SELENGKAPNYA

Marak Perundungan, Revolusi Mental Gagal?

Sebanyak 16 kasus perundungan jadi sorotan sejak Januari.

SELENGKAPNYA