ILUSTRASI Pada masa dahulu, ada dua orang yang bernasib masing-masing beda hanya karena perkara lalat. | DOK PIXABAY

Kisah

Masuk Surga dan Terjerumus Neraka Akibat Lalat

Dua orang pemuda mengalami ujung hayat yang berbeda karena perkara lalat.

“Jarak antara surga dan neraka," sabda Nabi Muhammad SAW, seperti dikutip Syekh Muhammad bin 'Abdul Wahhab dalam Fath al-Majid fi Kitab at-Tauhid, "tidak lebih dekat dari alas kakinya."

Para sahabat pun penasaran. Kemudian, Rasulullah SAW menjelaskan maksudnya dengan sebuah cerita tentang dua orang lelaki. Di ujung hayat, yang satu masuk neraka, sedangkan kawannya justru menjadi penduduk surga. Uniknya, Allah SWT memasukkan mereka ke dua tempat yang amat berlainan itu hanya karena perkara lalat.

Dikisahkan, dua orang sekawan berkelana melintasi negeri demi negeri. Hingga kemudian, mereka memasuki sebuah perkampungan yang dihuni mayoritas kaum musyrikin. Warga setempat umumnya menyembah patung-patung, yang diyakininya sebagai tuhan.

Di gapura pintu masuk desa itu, terdapat papan amaran. Isinya berupa perintah yang mewajibkan setiap pengunjung atau tamu di perkampungan itu agar membuat pengorbanan demi menghormati berhala, tuhan-tuhan mereka. Begitu melihat dua orang asing ini, seorang warga yang sepuh mendekati mereka.

 

 
Setiap pengunjung atau tamu di perkampungan itu agar membuat pengorbanan demi menghormati berhala.
   

 

Kepada si lelaki pertama, orang tua yang ternyata penjaga kuil berhala itu berkata, "Berkorbanlah! Demi keagungan berhala sesembahan kami! Jika tidak demikian, kalian dalam masalah."

“Aku tidak punya sesuatu pun yang bisa aku korbankan," kata si pengelana kepada lelaki tua tersebut.

"Berkurbanlah! Tidak mengapa walaupun korbanmu hanyalah seekor lalat!" kata si penjaga kuil berhala.

Maka, orang pertama ini segera menangkap lalat yang kebetulan hinggap di bajunya. Tanpa basa-basi, ia pun menyembelih serangga kecil itu selayaknya kurban. Sesudah itu, si penjaga kuil pun mempersilakannya masuk area perkampungan dengan selamat.

Maka tinggal kawannya yang seorang di dekat gapura. Kepada orang ini, warga sepuh itu pun berkata, "Berkurbanlah demi keagungan berhala sesembahan kami! Jika tidak melakukannya, engkau dalam masalah besar!"

"Aku tidak akan berkurban sesuatu pun selain untuk Allah. Ibadah kurban yang kulakukan hanyalah untuk Allah. Aku berlindung dari segala perbuatan yang hendak menyekutukan-Nya dengan apa pun," jawab lelaki saleh ini tegas.

 

 
Ibadah kurban yang kulakukan hanyalah untuk Allah.
   

 

Tiga kali orang tua tersebut mendesaknya agar berkurban kepada berhala. Namun, selalu perintah itu dijawab dengan jelas oleh orang asing ini. Dirinya hanya akan berkurban untuk Allah.

Maka, si penjaga kuil membunuhnya seketika. “Namun, Allah berfirman, ‘Orang ini masuk surga,’” demikian sabda Rasulullah SAW, menuturkan kisah nan menakjubkan ini.

Hikmah kisah

Hadis Nabi Muhammad SAW di atas secara mendasar mengajarkan kepada kita betapa pentingnya menjaga akidah Islamiyah hingga tidak terkotori oleh noda-noda syirik (menyekutukan) kepada Allah, meskipun sedikit, atau meskipun syirik dalam kadar terkecil yakni dalam wujud riya (pamer), sum'ah (ingin didengar kebaikannya), 'ujub (kagum akan amal ibadahnya sendiri), dan sejenisnya.

Syirik merupakan dosa amat besar yang tak terampuni. Perbuatan maksiat ini menghempaskan kita ke jurang neraka, menjauhkan kita dari wanginya surga. Bahkan, alih-alih memasukkan ke surga, syirik menghalangi kita untuk bertemu Allah Azza wa Jalla.

Dalam ayat terakhir surat Al Kahfi, Alquran menjelaskan, artinya, "Siapa yang berharap bisa bertemu Tuhannya, maka hendaklah ia beramal saleh dan tidak menyekutukan Dia dan beribadah dengan sesuatu pun.”

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar" (QS an-Nisa: 48).

Dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama ayat tersebut menerangkan, Allah SWT sekali-kali tidak akan mengampuni perbuatan syirik yang dilakukan oleh hamba-Nya, kecuali apabila insan tersebut bertobat sebelum mati.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Bermula dari Mimpi yang ‘Ditertawakan’

Haji Syudja’ awalnya ditertawakan karena memimpikan Muhammadiyah bisa memiliki rumah sakit.

SELENGKAPNYA

Merintis Amal Usaha, Wujudkan Teologi al-Ma’un

Tokoh Muhammadiyah, Haji Syudja’, sungguh-sungguh melaksanakan teologi Surah al-Ma’un.

SELENGKAPNYA

Jejak Sejarah Rasulullah di Masjid al-Ghamamah

Inilah lokasi yang dahulu alun-alun, tempat Nabi Muhammad SAW menyelenggarakan shalat istisqa.

SELENGKAPNYA