Mahasiswa jurusan tari Institut Seni Budaya (ISBI) Bandung mengikuti ujian akhir semester membawakan Tari Gaplek asal Karawang, di Gedung Pusat Pengembangan Kebudayaan (PPK), Kota Bandung, Kamis (25/5/2023). | Edi Yusuf/Republika

Safari

Karawang (Tak Selalu) Si Lumbung Padi

Karawang bisa diakses dari berbagai penjuru mata angin

Berkendara di jalan bergelombang menuju Karawang, mengingatkan saya pada lagu dangdut Goyang Karawang.

Pagi-pagi sekali saya sudah berkemas. Perlengkapan pribadi, buku catatan kecil, ballpoint, tisu, dompet, dan tak lupa kamera pocket saya kemas dalam satu tas tangan.

Hari itu, Sabtu (24/3), cuaca cerah, bahkan cenderung panas. Akhir pekan itu sudah saya niatkan untuk mengunjungi beberapa daerah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Selama ini, Karawang lebih dikenal sebagai kota lumbung padi. Kali ini, saya ingin melihat Karawang dengan sudut pandang berbeda.

Berbekal kelana di dunia maya, saya menemukan beberapa daerah yang menarik untuk dikunjungi. Tujuan pertama saya Rengasdengklok, satu dari 30 kecamatan di Karawang. Kecamatan ini, sekitar 20 kilometer dari pusat Kota Karawang. Karena lokasinya lumayan jauh, saya harus berangkat pagi.

Bagai berdangdut ria

Karawang bisa diakses dari berbagai penjuru mata angin. Begitu pula dari Purwakarta. Jasa angkut an umum bisa dimanfaatkan, seperti naik bus jurusan Bandung-Cikarang via Karawang.

Naik sepeda motor atau kendaraan pribadi lebih asyik lagi. Agar cepat sampai sebaiknya menggunakan jalan bebas hambatan Tol Jakarta-Cikampek. Saya memilih keluar gerbang tol (GT) Karawang Barat, cara lebih cepat menuju Rengasdengklok.

photo
Sejumlah anak mengamati sejumlah barang peninggalan dan arsip foto sejarah di Rumah Pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta, di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, Senin (14/8/2017). - (ANTARA FOTO/Risky Andrianto)

Jalan penghubung GT Karawang Barat ke arah Tanjung Pura ternyata tak seperti yang dibayangkan. Jalan provinsi itu bergelombang dan berlubang sehingga seluruh badan saya bergoyang-goyang. Saya tersenyum sendiri, teringat lagu dangdut Lilis Karlina Goyang Karawang.

Tanjungpura merupakan wilayah perbatasan Karawang dengan Kabupaten Bekasi. Dari Terminal Tanjungpura, kita mengambil jalur ke utara. Sekitar 17 kilometer baru saya memasuki kawasan Rengasdengklok.

Bagi pengunjung yang tak membawa kendaraan pribadi, bisa menggunakan angkutan kota arah Rengasdengklok. Jasa ojek pun banyak tersedia asalkan terampil menawar tarif.

Saya langsung ke rumah Djiauw Kie Siong, tempat penculikan duo proklamator RI oleh para pemuda menjelang Proklamasi Kemerdekaan. Sebuah tempat yang kata banyak orang wajib dikunjungi bila kita ke Rengasdengklok.

Udara di Rengasdengklok lumayan panas. Mungkin sekitar 29-30 derajat Celcius. Karena itu, bila takut kulit terbakar sebaiknya menggunakan baju berlengan panjang dilengkapi penutup kepala.

photo
Rumah bersejarah yang pernah disinggahi Proklamator RI Soekarno-Hatta di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. - (ANTARA FOTO)

Sungai itu menghilang

Dari Rengasdengklok, saya memilih melanjutkan perjalanan menuju Kecamatan Pedes. Tujuannya, ingin menikmati keindahan Laut Jawa. Saya memilih ke sebuah pantai yang banyak diperbincangkan orang, Pantai Samudera Baru.

Dari Rengasdengklok, jarak yang ditempuh menuju pantai ini sekitar 20 kilometer. Jika menggunakan kendaraan beroda empat, lajunya bagai merangkak. Begitu banyak hambatan, jalan berlubang di beberapa titik belum seberapa ketimbang gangguan pengguna sepeda motor yang tidak tertib berlalu lintas.

Tambahan lagi, di sepanjang jalan banyak sekali hewan ternak yang merumput. Kambing dan domba itu sewaktu-waktu, tanpa terduga, bisa saja menyeberang jalan.

Semakin ke utara, jalan semakin menyempit. Tapi, masih cukup dilalui oleh dua kendaraan roda empat dari masing-masing lajur. Setibanya di Pedes, saya bertanya kepada warga mengenai jalan ke arah Sungaibuntu.

Ya, Pantai Samudera Baru memang berada di Desa Sungaibuntu. Ternyata, sesuai namanya, sungai pembuangan Citarum yang dari Rengasdengklok cukup lebar, setibanya di Sungaibuntu jadi menciut. Dari sekitar enam meter menjadi dua meter saja. Kemudian, sungai ini menghilang di muara pantai.

photo
Foto udara suasana pekerja mengoperasikan alat berat saat perbaikan proyek jembatan KW 6 yang ambles di Kelurahan Karangpawitan, Karawang, Jawa Barat, Ahad (13/2/2022). - (ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar)

Dari kejauhan, aroma laut sudah tercium. Angin yang berembus seolah-olah membawa bau garam yang asin. Pantai Samudera Baru terletak di bagian ujung utara area pertambakan. Jalan masuknya hanya pas untuk satu kendaraan roda empat.

Di gerbang kawasan wisata ini, empat petugas menyapa pengunjung dengan ramah. Harga tiketnya Rp 5.000 per orang untuk kendaraan roda empat. Sedangkan roda dua Rp 10 ribu.

Kawasan ini cukup asri, pohon mangrove, kayu si api-api dan ketapang berjejer rapi menghiasi tempat wisata ini. Halaman parkir kendaraan juga cukup luas. Bagaimana tidak, kawasan ini memiliki luas mencapai satu hektare.

Primadona dan sang’mantan’

Air laut yang hijau kebiruan, menandakan cuaca hari ini cukup cerah. Gelombang air laut sangat tenang. Akan tetapi, pengunjung yang berenang hanya sedikit. Ban yang biasa disewakan juga masih menumpuk tinggi. Sepertinya, pada akhir pekan ini tingkat kunjungan ke Samudera Baru mengalami penurunan.

photo
Dua orang anak bermain ayunan di destinasi wisata Pantai Sedari, Cibuaya, Karawang, Jawa Barat, Ahad (5/9/2021). - (ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar/aww.)

Tergoda air laut yang jernih, saya sempat ingin berenang di pantai. Tapi, teringat tak membawa baju ganti, niat itu saya urungkan. Sebagai gantinya, saya memilih duduk santai di warung yang menjajakan kuliner khas laut.

Harga seafood di sini lumayan mahal. Untuk ikan etong harganya Rp 40 ribu per kilogram. Sedangkan udang, kepiting, dan cumi Rp 90 ribu per kilogram. Tapi, jika kita memiliki bujet terbatas, jangan malu untuk membeli setengahnya.

Setelah menunggu setengah jam, makanan ini datang juga. Ternyata, uang yang dikeluarkan untuk membeli makanan ini sebanding dengan harganya. Makan seafood sambil menghadap ke laut merupakan pengalaman yang menyenangkan. Otak kembali segar seolah semua kepenatan pikiran terbang bersama angin laut.

Saya melanjutkan perjalanan ke Kecamatan Cibuaya, ingin mendatangi Pantai Pisangan. Dari Pantai Samudera Baru menuju Pantai Pisangan, jaraknya sekitar tujuh kilometer masih satu arah jalan.

Menurut pengelola Pantai Samudera Baru, dulunya Pantai Pisangan menjadi kawasan wisata favorit. Akan tetapi, tujuh tahun silam Pantai Pisangan yang ada di wilayah Desa Cemara Jaya ini, terhantam abrasi.

photo
Sejumlah burung bangau bertengger di atas hutan bakau atau mangrove Pantai Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang, Jawa Barat, Jumat (3/9/2021). - (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.. )

Pantai yang indah akan pasirnya yang hitam bersih ini tergerus arus laut. Kini, kondisinya rusak parah. Jarak air laut dengan bibir pantai tinggal semeter. Sebanyak 3.000 rumah milik warga pesisir ini terancam hilang.

Saya mencium kewaspadaan di bibir pantai yang belum rusak. Karung-karung ukuran besar berisi pasir ditumpuk menyerupai pembatas beton yang memanjang, menahan hempasan ombak ke daratan. Tapi, penanganan seperti ini tak efektif. Air tetap masuk, banyak karung plastik yang dedel-duel oleh tangan-tangan jahil.

Hari menjelang petang, saya ingin mengakhiri kunjungan hari itu di Monumen Rawagede di Kecamatan Rawamerta. Sebuah monumen lambang penderitaan rakyat yang menjadi korban pembantaian tentara Belanda pada 9 Desember 1947. Beberapa tempat layak kunjung masih tersisa. Perjalanan saya tuntaskan pada keesokan harinya.

BENDUNG PARISDO WALAHAR

Dibangun pada 1925 pada masa penjajahan Belanda, bendungan ini bertujuan menahan banjir di wilayah timur Karawang. Selain itu, bendungan ini mengairi persawahan seluas 97.396 di wilayah Karawang dan Subang. Bendung Parisdo Walahar terletak di Desa Walahar, Kecamatan Klari, sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Karawang.

PEPES JAMBAL

Di sekitar Bendung Parisdo Walahar, Desa Walahar, Kecamatan Klari, ada hidangan khas pepes ikan jambal dari Sungai Citarum. Warung H Dirja ini yang berdiri sejak 1985 terletak tepat di depan pintu keluar Bendung Walahar. Pepes dimasak dengan kayu bakar.

photo
Atlet Dayung Maluku Chelsea Corputty mengayuh dayungnya pada nomor Rowing Single Sculls Kelas Ringan Putri 2000 meter pada PON XIX di Situ Cipule, Karawang, Jawa Barat, Jumat (16/9/2016). - (ANTARA FOTO)

SITU CIPULE

Situ di sebelah kiri Sungai Citarum ini terletak di Desa Mulyasari, Kecamatan Ciampel. Lokasinya 10 km dari Bendung Walahar, 20 km dari pusat kota. Situ seluas 280 hektare ini merupakan sisa eksplorasi dari galian pasir di kawasan tersebut. SEA Games 2011 menggunakan situ ini sebagai salah satu lokasi arena bertanding.

Disadur dari Harian Republika edisi 1 April 2012 dengan reportase oleh Ita Nina Winarsih.

Kisah Hijrah Eks LGBT, Berjuang Kembali ke Fitrah

Karim juga memutus seluruh komunikasinya dengan teman-temannya sesama gay.

SELENGKAPNYA

Isyarat Perpisahan Rasulullah

Dalam Haji Wada, Nabi Muhammad SAW menyampaikan sempurnanya Islam dan tanda beliau dekati ujung usia.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya