Ilustrasi Hikmah Hari ini | Republika

Hikmah

Muhasabah Diri

Sebelum ajal menjemput, sudahkah kita terbiasa menghisab diri?

Oleh ASEP SAPA'AT

OLEH ASEP SAPA'AT

Titik akhir kehidupan seorang manusia adalah rahasia Allah SWT. Tak satu pun manusia yang mengetahui persis waktu kematiannya. Sebelum ajal menjemput, sudahkah kita terbiasa menghisab diri?

Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan, orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.” (HR Imam Turmudzi).

Muhasabah diri sangat bermanfaat. Karena kita tak sekadar rutin menjalani hidup di dunia. Namun secara sadar memahami setiap ucap, gerak, dan langkah akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.

Firman Allah SWT: “Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Hasyr: 18).

Umar bin Khattab berkata, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk akhirat (yaumul hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang memperbanyak hisab terhadap dirinya di dunia.”

Ada tiga hal yang harus dibiasakan agar kita menjadi pribadi yang gemar bermuhasabah. Pertama, timbang-timbanglah sebelum kita berucap dan berperilaku dalam keseharian kita. Tanyakan pada diri sendiri, “Apakah Allah SWT ridha dengan ucapan dan perilaku kita? Apakah ucapan dan perilaku kita akan membawa keselamatan di akhirat atau tidak?”

Kedua, renungkan apa yang sudah kita lakukan dengan usia, masa muda, harta, dan ilmu kita? Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan bergerak telapak kaki Ibnu Adam pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang lima perkara: Umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya untuk apa dipergunakannya, hartanya dari mana diperolehnya dan dibelanjakan untuk apa, dan ilmunya sejauh mana pengamalannya.” (HR Imam Turmudzi).

Ketiga, berhias diri untuk hari penampakan amal yang besar. Allah SWT berfirman: “Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tidak ada sesuatu pun dari kamu yang tersembunyi (bagi Allah).” (QS al-Haqqah: 18).

Dengan cara apa kita berhias? Berakhlak baik, menjaga kemuliaan akhlak. Muhasabah diri adalah puncak kesadaran tertinggi untuk terus menata pergerakan hidup, memperbaiki kesalahan, memohon ampunan Allah, dan gemar melakukan kebajikan.

Karena di hari penghisaban kelak, setiap amal kebaikan dan amal keburukan yang dilakukan pasti akan diperlihatkan dan mendapatkan balasan atas setiap perbuatannya (QS az-Zalzalah: 7-8).

Wallahu a’lam bissawab.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat