Warga enyemprotkan cairan disinfektan di area Rumah Singgah Sehat di Antapani, Kota Bandung, Rabu (9/2/2022). Pemerintah Kota Bandung menyiapkan tempat isolasi mandiri di 30 kecamatan guna mengantisipasi kasus Covid-19 yang terus mengalami kenaikan. | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Kabar Utama

Kondisi Lonjakan Kasus Covid-19 Saat Ini Serius

Pemerintah akan menerapkan strategi lain untuk meredam kasus Covid-19 yang terus melonjak.

JAKARTA – Tren penularan Covid-19 di Tanah Air saat ini dinilai berada dalam situasi yang tidak baik-baik saja. Berbagai indikator penanganan pandemi belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Angka kematian dan keterisian tempat rawat pasien Covid-19 bahkan meningkat dalam beberapa hari terakhir.

Dalam lima hari ke belakang, kasus harian selalu berada di atas 40 ribu orang per hari. Bahkan, pada Sabtu (12/2), jumlah konfirmasi positif mencapai 55.209 orang. Begitu juga dengan angka kematian. Meski secara persentase relatif rendah atau tak sampai satu persen dari kasus harian, tapi angka kematian terus meningkat.

Pada Ahad (13/2) tercatat kematian sebanyak 111 orang, lebih banyak dibandingkan Sabtu (12/2) yang 107 orang, Jumat (11/2) sebanyak 100 orang, dan Kamis (10/2) angka kematian 74 orang. Namun, pada saat yang sama angka kesembuhan menunjukkan tren peningkatan seiring banyaknya orang yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Indikator lain yang patut diwaspadai adalah naiknya keterisian rumah sakit rujukan pasien Covid-19. Tempat rawat yang terpakai saat ini sudah menyentuh angka 31 persen. Sedangkan, ICU yang terpakai sudah 21 persen. Di sisi lain, berbagai daerah juga melaporkan tenaga kesehatan (nakes) yang terpapar Covid-19 terus bertambah.

photo
Petugas pemikul jenazah tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD) menggotong peti jenazah pasien Covid-19 di TPU Cikadut, Jalan Cikadut, Kota Bandung, Kamis (10/2/2022). Berdasarkan keterangan petugas pemikul jenazah, ketidaktersediaan APD lantaran belum turunnya stok bantuan dari pihak atau instansi terkait. - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

“Kondisi saat ini serius ya, (varian) omikron ini serius tidak bisa dianggap enteng,” kata epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, kepada Republika, Ahad (13/2).

Dicky mengatakan, situasi saat ini belum mencapai puncak gelombang. Angka yang dirilis oleh pemerintah saat ini bukanlah angka sesungguhnya. Ia meyakini, masih banyak kasus yang tidak terdeteksi mengingat pasien terpapar varian omikron yang sering tanpa gejala hingga gejala ringan serta keterbatasan testing dan tracing atau pelacakan.

Dia yakin kasus omikron bisa melebihi 150 ribu kasus per hari di Indonesia. Namun, jumlah tersebut sangat bergantung dari testing dan pelacakan yang dilakukan. Jika testing dan pelacakan dilakukan secara masif, bukan tidak mungkin kasus harian saat puncak gelombang ketiga jauh lebih tinggi dari perkiraan Kementerian Kesehatan.

Menurutnya, meskipun pasien varian omikron yang membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih sedikit dibanding varian delta, tetapi hal itu bergantung kepada mitigasi yang dilakukan. Apabila pencegahannya minim, jumlah yang sedikit itu bisa menjadi banyak. “Jelas ini tanda serius melindungi dan antisipasi beban rumah sakit, terutama lansia dan anak-anak,” ujar dia.

Epidemiolog dari Universitas Diponegoro (Undip) Ari Udijono mengatakan, melihat pergerakan angka yang cukup progresif dari hari ke hari, membutuhkan inovasi baru dalam penerapan disiplin protokol kesehatan. Targetnya adalah menekan laju peningkatan kasus Covid-19 yang hingga kini belum menunjukkan tanda penurunan.

“Kalau ditinjau dari sifat virus varian terbaru yang mempunyai potensi penyebaran cepat, maka perilaku yang selama ini dilakukan oleh masyarakat perlu dievaluasi kembali. Ada sesuatu yang harus diinovasi dalam pelaksanaan prokes ini,” kata Ari.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Kemenkes memprediksi puncak kasus varian omikron bisa mencapai tiga hingga enam kali lebih tinggi dibandingkan varian delta. Puncak gelombang ketiga diprediksi tiba akhir Februari atau awal Maret mendatang.

Pemprov Banten mencatat, dalam dua pekan terakhir, kasus Covid-19 di Banten mengalami kenaikan signifikan, bahkan hingga sekitar 7.000 kasus baru per hari. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten Ati Pramudji Hastuti mewanti-wanti masyarakat agar lebih berhati-hati serta mengikuti vaksinasi Covid-19 untuk menekan penyebaran Covid-19.

photo
Pasien Covid-19 menjalani masa karantina di Shelter Tangguh Patmasuri, Bantul, Yogyakarta, Ahad (13/2/2022). Saat ini, ada 43 pasien Covid-19 menjalani karantina di Shelter Tangguh Patmasuri. Beberapa tempat isolasi dibuka kembali dengan naiknya kasus Covid-19 sepekan terakhir. - (Wihdan Hidayat / Republika)

“Puncaknya itu Februari akhir dan Maret. Tapi bisa saja tidak sampai Maret, bergantung kepada masyarakat lagi. Kalau yang bergejala ringan tapi ada komorbid, itu disarankan dirawat di tempat isolasi terpusat (isoter) yang telah disediakan oleh pemerintah daerah,” ujar Ati.

Pemprov Banten telah menyiapkan 3.019 tempat tidur untuk isolasi di rumah sakit dengan tingkat keterisian saat ini mencapai 47 persen. Sedangkan untuk tempat tidur isolasi terpusat mencapai 1.313 unit dengan tingkat keterisian 56,43 persen. Ati mengatakan, Pemprov Banten siap menambah kapasitas jika diperlukan.

Kasus di Banten lebih banyak disumbang dari Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Ketiganya dalam wilayah aglomerasi DKI Jakarta yang kini menerapkan PPKM Level 3. Jakarta, Banten, dan Jawa Barat menjadi daerah dengan kasus harian tertinggi saat ini.

Satgas Penanganan Covid-19 mengatakan, kebijakan PPKM Level 3 di wilayah aglomerasi Jabodetabek perlu waktu agar membuahkan hasil. “Untuk memiliki dampak, suatu kebijakan perlu dijalankan dalam beberapa pekan,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.

Jika terus melonjak dalam beberapa pekan ke depan atau saat PPKM Level 3 berakhir pada 15 Februari mendatang, pemerintah bisa saja menerapkan strategi lain untuk meredam kasus yang terus melonjak. “Tunggu saja perkembangannya. Nanti akan disampaikan kepada publik bila ada perubahan,” ujar Wiku.

Mobilisasi Mahasiswa

Kementerian Kesehatan meminta pengelola rumah sakit (RS) melakukan sejumlah upaya guna mengatasi kondisi apabila jumlah tenaga kesehatan berkurang. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan merekrut relawan dari mahasiswa semester akhir yang siap terjun ke lapangan.

Juru Bicara Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, banyaknya nakes yang tertular dapat menyebabkan kondisi kontigensi hingga krisis. Kondisi kontigensi terjadi ketika fasilitas kesehatan kekurangan nakes, tapi masih dapat diatasi dengan pengaturan sumber daya manusia (SDM) sehingga tidak berdampak pada pelayanan kesehatan.

“Sedangkan kondisi krisis tenaga kesehatan merupakan kondisi kekurangan tenaga kesehatan yang terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga berdampak pada pelayanan kesehatan,” kata Nadia dalam siaran persnya, Ahad (13/2).

photo
Pasien Covid-19 menaiki bus untuk di evakuasi di Puskesmas Kecamatan Setiabudi, Jakarta, Rabu (9/2/2022). Sebanyak 13 warga yang terinfeksi Covid-19 dievakuasi menuju Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran untuk menjalani perawatan. - (Republika/Thoudy Badai)

Apabila dua kondisi tersebut terjadi, menurut dia, pengelola rumah sakit dapat mengatasinya dengan strategi internal dan eksternal. Strategi internal bisa dilakukan dengan pengaturan jadwal shift dan mobilisasi nakes dari unit lain untuk membantu pelayanan di layanan Covid-19. Bisa juga dengan menyediakan transportasi antar jemput dan akomodasi untuk staf, mengurangi atau menunda layanan nonemergensi, dan meningkatkan layanan telemedisin.

Strategi internal ini, lanjut dia, juga bisa dilakukan dengan cara melibatkan dokter atau nakes yang sedang isolasi mandiri (isoman) tanpa gejala untuk memberikan layanan telemedisin. Bisa juga dengan menugaskan dokter yang bertugas di bagian manajemen untuk membantu pelayanan sebagai konsultan.

“(Cara lainnya adalah) memobilisasi dokter di luar Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) Covid-19 untuk membantu tata laksana pasien di bawah supervisi DPJP serta meningkatkan kompetensi petugas dalam perawatan isolasi, terutama isolasi intensif,” ujar dia.

Adapun untuk strategi eksternal, juga bisa dilakukan dengan banyak cara. Misalnya, mobilisasi relawan untuk membantu pelayanan. Relawan ini bisa berasal dari dokter yang sedang koas ataupun Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).

Dia mengatakan, strategi eksternal juga dapat dilakukan dengan cara berkoordinasi dengan organisasi profesi dalam penyediaan tenaga cadangan untuk membantu. Lalu memobilisasi tenaga kesehatan rumah sakit dari wilayah kasus Covid-19 rendah.

“(Strategi eksternal bisa juga dengan) memobilisasi mahasiswa akhir di institusi pendidikan kesehatan, terutama membantu dalam administrasi dan memobilisasi tenaga kesehatan yang bertugas di non-faskes atau administrasi kesehatan untuk membantu merawat pasien Covid-19 (dipayungi regulasi izin praktik),” kata Nadia.

Nadia menjelaskan, nakes yang positif Covid-19, baik asimptomatik maupun gejala ringan dengan perbaikan gejala serta hilang demam lebih dari 24 jam tanpa obat, dapat kembali bekerja minimal lima hari setelah gejala pertama muncul ditambah dua kali pemeriksaan NAAT dengan hasil negatif selang waktu 24 jam.

Sedangkan nakes dengan risiko kontak erat atau terpapar Covid-19 yang sudah menerima vaksin dosis ketiga dapat kembali bekerja setelah hasil negatif pada hari kedua usai terpapar. “Nakes yang sudah mendapat vaksin dosis kedua atau belum divaksin dapat kembali bekerja jika tes NAAT negatif pada hari pertama dan kedua setelah terpapar dan dapat diulang pada hari kelima hingga ketujuh dan tetap bekerja dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat,” ujar Nadia.

Nadia menyebut, pihak rumah sakit sebaiknya memprioritaskan nakes tanpa gejala untuk kembali bekerja daripada nakes yang bergejala ringan. Mereka bisa bekerja memonitor pasien di ruang isolasi. “Hal tersebut harus berdasarkan persetujuan dari yang bersangkutan,” ujar dia.

photo
Pasien Covid-19 tiba untuk menjalani isolasi di Hotel Singgah Covid-19, Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (11/2/2022). - (ANTARA FOTO/Fauzan/rwa.)

Nadia pun berharap agar pengelola rumah sakit dapat menerapkan dua strategi itu apabila terjadi kontingen ataupun krisis nakes. “Upaya ini kami harapkan segera dipersiapkan oleh setiap kepala dinas kesehatan provinsi atau kabupaten dan direktur rumah sakit,” ujar dia.

Puluhan nakes di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, dilaporkan terkonfirmasi positif saat menghadapi lonjakan kasus Covid-19 di daerah itu sejak pertengahan Januari 2022. Akibatnya, para nakes itu harus menjalani isolasi dan tak bisa memberikan pelayanan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Aseh Hendra mengatakan, setidaknya 80 nakes yang terkonfirmasi positif Covid-19 sejak pertengahan Januari 2022. Namun, sebagian besar dari nakes itu sudah sembuh dan kembali memberikan pelayanan.

“Sudah hampir 80 atau 90 orang nakes yang terpapar sejak pertengahan Januari. Namun, sebagian sudah sembuh karena sudah melewati isolasi selama 14 hari,” katanya.

Banyaknya nakes yang positif Covid-19 sempat membuat pelayanan kesehatan terhambat. Namun, pelayanan tak sampai harus dihentikan karena masih ada nakes lain yang menggantikan. “Kami masih berjalan normal, tapi memang ada sedikit timpang karena kekurangan orang,” ujar dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat