Perenang Marinus Melianus Yowei (dua kiri) membawa obor Peparnas XVI Papua di halaman Gedung Negara, Jayapura, Papua, Kamis (4/11/2021). Obor Peparnas XVI Papua akan diarak hingga ke Stadion Mandala yang menjadi lokasi pembukaan Peparnas pada 5 November 2 | ANTARA FOTO/Indrayadi TH/hp.

Olahraga

Rombongan Atlet Peparnas Tiba di Papua

Di Peparnas Papua, National Paralympic Committe Indonesia (NPCI) mengeluarkan ketentuan penyebutan cabang olahraga.

JAKARTA -- Rombongan atlet Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2021 mulai berdatangan dan tiba di Jayapura, Papua, pada Selasa (2/11). Mereka akan berlaga dalam pesta olahraga disabilitas Tanah Air itu yang akan resmi dibuka di Stadion Mandala, Jayapura, pada Jumat (5/11).

Dilansir laman resmi Kementerian Pemuda dan Olahraga, kontingen pertama yang tiba di Jayapura adalah  Jawa Barat. Juara Peparnas 2016 tersebut datang dengan kekuatan 306 orang yang terdiri atas atlet dan ofisial. Mereka tercatat sebagai rombongan terbesar yang memasuki Papua melalui Bandar Udara Internasional Sentani, Kabupaten Jayapura.

Setelah Jawa Barat, kontingen Kalimantan Selatan yang mengirimkan 206 orang itu juga sudah menginjakkan kakiknya di Bumi Cenderawasih, disusul rombongan asal Riau dengan jumlah 175 orang. Dalam waktu hampir bersamaan, mendarat pula atlet-atlet dan ofisial asal Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah 139 orang, diikuti kontingen Sumatra Selatan dengan jumlah rombongan 126 orang.

Peparnas 2021 Papua rencananya akan dibuka Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Ajang olahraga berlangsung sampai 13 November mempertandingkan 12 cabang olahraga dan 648 nomor lomba. Tercatat ada 1.985 atlet yang akan mentas di Peparnas tahun ini untuk memperebutkan 695 medali emas.

Papua menerapkan sistem kelas elite dan kelas nasional agar terjadi pemerataan prestasi bagi semua atlet. Penerapan kelas elite dan nasional diberlakukan di sejumlah cabang olahraga, yakni bulu tangkis, catur, judo, menembak, dan renang. Kelas elite wajib diikuti oleh atlet nasional yang pernah terjun di ajang internasional dan tiap atlet hanya bolehkan turun bertanding di satu nomor saja. 

Ada pula kelas nasional yang diikuti oleh atlet daerah dan nasional yang belum pernah ikut dalam pertandingan internasional. Ketentuan tersebut dibuat agar terjadi pemerataan prestasi pada seluruh peserta Peparnas Papua.

Di ajang Peparnas Papua, National Paralympic Committe Indonesia (NPCI) juga sudah mengeluarkan ketentuan khusus soal penyebutan cabang olahraga. Salah satunya tentang penyebutan nama cabang olahraga tanpa menambahkan "para" di depannya. Sebaliknya, beberapa cabang olahraga disematkan kata sesuai spesifikasi pesertanya, misalnya judo tunanetra, sepak bola cerebral palsy, tenis lapangan kursi roda, dan bulu tangkis kursi roda. 

Peparnas Papua diikuti oleh atlet-atlet penyandang disabilitas dari 34 provinsi yang akan berupaya mencetak sejarah sebagai yang terbaik. Mereka akan berlomba menyumbangkan keping medali untuk kontingen masing-masing pada Peparnas ke-16 tersebut.

Para atlet akan berlaga pada 12 cabang olahraga, terdiri atas angkat berat, atletik, boccia, bulu tangkis, catur, judo, menembak, panahan, renang, sepak bola cerebral palsy (CP), tenis lapangan kursi roda, dan tenis meja.

Mengutip Buku Pegangan Teknis Peparnas Papua yang dikeluarkan oleh NPCI, dicantumkan nomor-nomor dari 12 cabang olahraga yang dipertandingkan. NPCI pun mencantumkan persyaratan ketat agar para peserta dapat dikategorikan sebagai atlet penyandang disabilitas dan layak mengikuti pertandingan. Misalnya, mereka wajib melengkapi diri dengan bukti-bukti pendukung berupa laporan pemeriksaan medis dari rumah sakit dan dokter bersangkutan mengenai kondisi fisik masing-masing.

Atlet dengan disabilitas

Rangkaian kegiatan dalam gelaran Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVI Papua telah dimulai dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin bakal secara resmi membuka pesta olahraga terbesar di Tanah Air untuk atlet disabilitas itu di Stadion Mandala, Kota Jayapura, pada Jumat (5/11). Peparnas Papua menjadi momentum bagi atlet disabilitas untuk menunjukkan kemampuan mereka di bidang olahraga.

Selain itu, pesta olahraga empat tahunan ini juga bakal menjadi tolok ukur sejauh mana setiap daerah dalam melakukan pembinaan terhadap atlet disabilitas.

Olahraga disabilitas makin populer setelah menjadi sorotan atas raihan di Paralimpiade Tokyo 2020 yang bergulir pada 24 Agustus-5 September 2021. Indonesia membawa pulang dua medali emas, tiga perak dan empat perunggu.

Lebih dari itu, semua target yang dicanangkan terlampaui dalam pesta olahraga terbesar untuk atlet disabilitas tersebut. Mulai dari pengiriman atlet yang semula 15 menjadi 23 atlet di Paralimpiade Tokyo dan cabang olahraga yang diikuti dari target enam, terlampaui menjadi tujuh.

Pun demikian dari segi perolehan medali yang semula hanya menargetkan satu emas, satu perak dan tiga perunggu dan klasemen akhir finis di urutan ke-43 dari target yang dicangkan peringkat ke-60.

photo
Sekda Papua Ridwan Rumasukun menyalakan tungku api Peparnas XVI Papua di halaman Gedung Negara, Jayapura, Papua, Kamis (4/11/2021). Obor Peparnas XVI Papua akan diarak hingga ke Stadion Mandala yang menjadi lokasi pembukaan Peparnas pada 5 November 2021. - (ANTARA FOTO/Indrayadi TH/hp.)

Peran pemerintah pusat

Semua pencapaian tersebut tak lepas dari peran pemerintah pusat yang memberikan perhatian lebih kepada atlet disabilitas. Ketua Umum Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia Senny Marbun dalam berbagai kesempatan selalu mengucapkan terima kasih kepada pemerintah pusat, khususnya Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).

Sebab mulai dari persiapan hingga pelaksanaan Paralimpiade Tokyo, pemerintah pusat selalu memberikan dukungan penuh. Pemerintah pusat memang tak membedakan atlet disabilitas dan non-disabilitas. Salah satu contoh konkret adalah pemberian bonus untuk atlet peraih medali di Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo.

Pemerintah pusat memberikan nilai yang sama, yakni Rp 5,5 miliar untuk peraih medali emas, sementara peraih medali perak dan perunggu secara berurutan menerima bonus Rp 2,5 miliar dan Rp 1,5 miliar. Bahkan, Menpora Zainudin Amali belum lama ini juga menegaskan pemerintah menjamin kesejahteraan atlet disabilitas dan tidak akan membeda-bedakan dengan atlet non-disabilitas.

Hal itu telah tertuang dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang didasari oleh Peraturan Presiden Perpres No.86 Tahun 2021. Jaminan kesejahteraan juga akan diberikan kepada mereka yang masih atlet maupun yang telah purnaprestasi.

Saat ini, landasan mengenai jaminan kesejahteraan sedang dirumuskan bentuknya bagi mereka yang purnaprestasi. Bagi mereka yang masih aktif dan berprestasi, Zainudin mengatakan pemerintah telah memberi kesempatan untuk yang berminat berkarier sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Bahkan, beberapa perusahaan BUMN juga sudah menawarkan kesempatan untuk bergabung.

"Jadi, luar biasa perhatian pemerintah sekarang ini, dan tentu ini akan kita teruskan, bahkan sekarang ini kita sedang membahas revisi undang-undang tentang sistem olahraga nasional, salah satu poin penting di situ adalah kesejahteraan atlet dan setelah mereka purnaprestasi, ini benar-benar menjadi perhatian pemerintah dan DPR," ujar Zainudin.

photo
Perenang Marinus Melianus Yowei (tengah) membawa obor Peparnas XVI Papua di halaman Gedung Negara, Jayapura, Papua, Kamis (4/11/2021). Obor Peparnas XVI Papua akan diarak hingga ke Stadion Mandala yang menjadi lokasi pembukaan Peparnas pada 5 November 2021. - (ANTARA FOTO/Indrayadi TH/hp.)

Dalam penyelenggaran Peparnas Papua, ia juga mengatakan pemerintah pusat memberikan fasilitas yang sama dengan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua. Bagaimana dengan pemerintah daerah?

Tak dapat dipungkiri, perlakukan pemerintah pusat dan daerah sejauh ini belum setara. Senny Marbun pun mengakui hal tersebut. Kata dia, ada beberapa daerah yang masih memandang sebelah mata atlet disabilitas dengan tidak memperhatikan keberadaan NPC di daerahnya. Setidaknya dari 34 provinsi di Indonesia, ada sekitar 20 provinsi yang belum melakukan pembinaan terhadap atlet disabilitas.

"Sebetulnya (pembinaan atlet pelatnas dan daerah) tidak sama, sebab gubernur-gubernur daerah banyak yang belum mau sounding ke NPC daerah," kata Senny beberapa waktu lalu. "Masih banyak yang memarjinalkan kami. Kami berdoa supaya gubernur-gubernur yang tidak mau tahu dengan kami dibuka hatinya oleh Tuhan," tambahnya.

Dalam kesempatan berbeda, Rima Ferdianto selaku Wakil Sekretaris Jenderal NPC Indonesia juga pernah mengatakan masih ada daerah yang belum mengenal olahraga disabilitas.

Kini, dengan adanya Peparnas Papua diharapkan pemerintah daerah pun mulai melirik dan berbenah memberikan perhatian yang sama kepada atlet-atlet disabilitas di daerah mereka masing-masing.

Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Chandra Bakti mengatakan Peparnas adalah ajang olahraga prestasi bagi atlet disabilitas. Adanya kesetaraan di dalam fasilitas terhadap atlet-atlet menjadi mutlak, termasuk kesetaraan menyangkut bonus.

photo
Perenang Marinus Melianus Yowei (dua kiri) membawa obor Peparnas XVI Papua di halaman Gedung Negara, Jayapura, Papua, Kamis (4/11/2021). Obor Peparnas XVI Papua akan diarak hingga ke Stadion Mandala yang menjadi lokasi pembukaan Peparnas pada 5 November 2021. - (ANTARA FOTO/Indrayadi TH/hp.)

"Pak Menteri (Zainudin Amali) menyampaikan Peparnas nanti bonus atletnya harus sama, karena upaya yang dilakukan atlet disabilitas ini juga sama, keluar keringatnya sama, pembinaannya sama," ujar Chandra.

Dalam sejumlah pemberitaan, provinsi di sejumlah daerah telah menjanjikan bonus yang akan diberikan kepada atlet yang bisa membanggakan nama daerah pada Peparnas Papua nanti.

Semoga semua yang diungkapkan itu dapat terealisasi dan bukan omong kosong belaka. Semoga PeparnasPapua juga tidak berubah menjadi ajang cari panggung.

Janji-janji tersebut kiranya dapat diwujudkan demi pembinaan ke depan agar lahir-lahir atlet potensial dari daerah yang nantinya bisa membawa Indonesia unjuk gigi di pentas internasional.

Ini penting dilakukan untuk menjaga regenerasi, mengingat atlet elite Indonesia dan yang berlaga di Paralimpiade Tokyo kemarin mayoritas sudah berusia 30 tahun. Sebut saja Leani yang saat ini sudah berusia 33 tahun dan Hary Susanto 49 tahun.

Selain itu, peraih perak angkat berat Paralimpiade Tokyo, Ni Nengah Widiasih berusia 31 tahun. Pun demikian dengan peraih perunggu para tenis meja David Jacobs yang kini berusia 47 tahun. Semoga dengan adanya Peparnas Papua, akan lahir atlet-atlet baru yang bisa melanjutkan tongkat estafet prestasi Indonesia di pentas dunia.

NPC Indonesia juga membatasi atlet elite yang tampil di Peparnas Papua dengan hanya boleh mengikuti satu nomor pertandingan. Semoga langkah ini bagus untuk pembinaan atlet disabilitas ke depan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat