Pelajar mengikuti pembelajaran tatap muka di SDN Pondok Labu 14 Pagi, Jakarta Selatan, Senin (30/8/2021). Sebanyak 610 sekolah di DKI Jakarta saat itu menggelar pembelajaran tatap muka secara terbatas dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. | Republika/Thoudy Badai

Nasional

DKI Tambah 3.050 Sekolah Ikut PTM

Pemprov DKI menargetkan ada total 10 ribu sekolah yang ikut PTM terbatas hingga Oktober 2021

JAKARTA -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana menambah sekitar 3.050 sekolah untuk pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas pada November mendatang. "Seluruhnya berjumlah 3.050 (sekolah) yang dibuka PTM terbatas pada 8 November 2021," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, di Jakarta, Jumat (29/10).

Sebagian besar dari ribuan sekolah itu, ungkap Wagub, sedang melakukan persiapan, yaitu pelatihan remedial atau perbaikan tahap enam sebanyak 1.817 sekolah. Kemudian, sebanyak 1.091 sekolah yang mengikuti pelatihan perbaikan tahap dua hingga tahap lima. Namun, ada juga 142 sekolah yang belum siap sehingga menunda mengikuti PTM terbatas.

"Saat ini sebagian sekolah sedang mengikuti pelatihan dan sebagian juga ada yang mengikuti remedial pelatihan dan ada pula yang menunda PTM, walaupun sudah mengisi asesmen dan mengikuti pelatihan," kata ketua DPD Partai Gerindra DKI tersebut.

Riza menjelaskan, sekolah membuka PTM ditentukan dari penilaian termasuk penilaian belajar dari rumah, kesiapan sekolah, serta mengikuti pelatihan.

photo
Pelajar mengikuti pembelajaran tatap muka di SDN Pondok Labu 14 Pagi, Jakarta Selatan, Senin (30/8/2021). - (Republika/Thoudy Badai)

Kepala Bagian Humas Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta, Taga Radja Gah mengatakan, hingga saat ini sudah ada 7.614 sekolah di Jakarta yang mengikuti PTM terbatas. Rinciannya, pada tahap pertama sebanyak 6.623 sekolah dan terakhir pada 25 Oktober 2021 sebanyak 991 sekolah. Total mencapai 7.614 sekolah di Jakarta ikut PTM terbatas. "Sedang dipersiapkan lagi pelatihan juga. Untuk November akan ada penambahan lagi," kata Taga.

Pemprov DKI menargetkan ada total 10 ribu sekolah yang ikut PTM terbatas hingga Oktober 2021. Namun, target tersebut belum tercapai karena pengajar sekolah sedang mengikuti pelatihan perbaikan.

Sekolah yang telah melaksanakan PTM di Jakarta Barat juga mengikuti program bank sampah untuk menampung sampah dari siswa yang ditukar menjadi uang ataupun barang berharga lain. "Program bank sampah ini sudah mulai, tapi sekolah yang melaksanakan PTM, siswa yang masuk masih terbatas. Jadi, sampah di bank sampah belum penuh," kata petugas pengawas Sudin Lingkungan Hidup (LH) Jakbar, Subarna Martadinata, beberapa waktu lalu.

Pengurus Bank Sampah Induk Satu Hati Divisi Sosialisasi ini menyatakan, belum bisa memastikan sekolah mana yang telah melaksanakan program bank sampah. Subarna juga tidak bisa merinci berapa jumlah sampah di setiap selokan sejak PTM dilaksanakan selama satu bulan terakhir. "Sekolah dengan gelar Adiwiyata sudah melakukan program ini," katanya.

photo
Seorang guru mengukur suhu tubuh siswa sebelum memasuki lingkungan sekolah saat pembelajaran tatap muka (PTM) di SDN Pasar Baru 1, Kota Tangerang, Banten, Senin (25/10/2021). Pemerintah Kota Tangerang mulai melakukan PTM terbatas tingkat SD yang diikuti 45 sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. - (ANTARA FOTO/Fauzan)

Kalau mencermati kegiatan bank sampah di sekolah, sambung dia, setelah terjadi pandemi Covid-19, setiap sekolah selalu memanfaatkan uang hasil bank sampah untuk kebutuhan operasional. Bahkan, beberapa sekolah ada yang memanfaatkan hasil dari bank sampah untuk ditukar menjadi alat tulis.

"Ada sekolah yang menukar sampah dengan alat tulis. Ada yang ngambil uangnya saat kenaikan kelas," kata Subarna. Subarna berharap, intensitas PTM semakin tinggi sehingga program bank sampah di setiap sekolah bisa berjalan normal kembali. 

Di Yogyakarta, pelaksanaan PTM secara terbatas masih terus berlangsung meskipun di beberapa sekolah ditemukan ada kasus terkonfirmasi positif Covid-19, salah satunya di SMA Negeri 1 Sedayu, Kabupaten Bantul. Sekretaris Daerah DIY, Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, sosialisasi harus dilakukan secara masif kepada siswa agar kasus Covid-19 tidak meluas di lingkungan sekolah.

Sebab, dari kasus Covid-19 yang ditemukan di sekolah, dikarenakan dibawa dari luar. "Satgas Covid-19 di sekolah punya tugas bukan hanya mengukur suhu tubuh, bukan hanya mengatur tempat duduk, mengatur jam pelajaran, tapi juga punya tugas mensosialisasikan kepada siswa bahwa bagi anak-anak yang bergejala itu jangan berangkat ke sekolah," kata Aji kepada wartawan, Jumat (29/10).

photo
Siswa mengikuti tes swab antigen di SD Negeri Samirono, Yogyakarta, Kamis (21/10/2021). Tes swab antigen bagi guru dan murid ini untuk mengetahui kesehatan siswa dan guru saat uji coba pembelajaran tatap muka (PTM). Tes ini diadakan acak di beberapa sekolah di Yogyakarta. - (Wihdan Hidayat / Republika)

Bagi siswa yang bergejala maupun masuk dalam kriteria kontak erat, diminta untuk memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan. "Diperiksakan saja ke puskesmas supaya kalau memang tatap muka itu bisa segera ditangani," ujar Aji.

Aji menyebut, Satgas Covid-19 di sekolah juga harus berkoordinasi dengan satgas yang ada di tingkat kelurahan hingga tingkat kecamatan. Sosialisasi tidak hanya dilakukan di lingkungan sekolah.

Terkait dengan kasus positif yang ditemukan di sekolah, Aji menyebut, langsung dilakukan pelacakan. Dengan begitu, potensi meluasnya penyebaran Covid-19 dapat ditekan. "Memang ada laporan dari beberapa sekolah ke dinas pendidikan anak terkonfirmas positif, dia masuk sekolah. Saat itu kita langsung lakukan tracing kepada anak-anak itu," kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat