Umat Islam saling menyapa selepas shalat Idul Fitri di Baghdad, Irak, Kamis (13/5/2021). | AP/Hadi Mizban

Internasional

Ulama Sunni Syiah Irak Bertemu di Saudi

Pertemuan itu diklaim pertama kalinya menyatukan para cendikiawan Irak di Mekah.

RIYADH -- Ulama Suni dan Syiah dari Irak telah bertemu di Makkah, Arab Saudi, untuk mempromosikan persatuan dan koeksistensi antara dua kelompok utama Islam. Forum Cendekiawan Irak berkumpul sejak Rabu (4/8).

"Kami menyatakan ini sebelumnya dan akan terus melakukannya, tidak ada antara Suni dan Syiah kecuali pemahaman persaudaraan, koeksistensi, kerja sama dan integrasi," kata Sekretaris Jenderal MWL, Dr Mohammed Al-Issa, dalam pidato pembukaan.

Pertemuan tersebut diselenggarakan oleh Muslim World League (MWL) yang berbasis di Makkah. Sekitar 80 pemimpin agama dan ulama terkemuka ambil bagian dalam upaya menjembatani perpecahan sektarian.

"Acara hari ini mewakili prinsip-prinsip Islam yang sebenarnya," ujar Al-Issa dikutip dari Middle East Monitor, Kamis (6/8).

Al-Issa menyatakan, iman peserta yang hadir mengajarkan umat Islam untuk berjuang demi perdamaian dan rekonsiliasi. Islam, menurutnya memerintahkan untuk merangkul keragaman dan menghormati perbedaan satu sama lain.

"Islam mengajarkan kita untuk hidup berdampingan dan harmonis dengan semua. Dan Islam mengarahkan kita untuk membangun jembatan kerja sama dan pemahaman," ujar Al-Issa.

photo
Umat Islam menjalankan shalat Idul Fitri di Masjid Abu Hanifah, Baghdad, Irak, Kamis (13/5/2021). - (AP/Hadi Mizban)

Dengan melakukan perkumpulan itu, Al-Issa melihat, para pemimpin dan cendekiawan Muslim sedang menunjukkan komitmen untuk mempromosikan nilai-nilai tersebut. Pertemuan tersebut pun menetapkan terbukanya saluran dialog dan komunikasi antar ulama dalam menangani isu-isu penting dengan menekankan pentingnya menyebarkan nilai-nilai bersama dan saling menghormati sambil menolak ekstremisme serta fanatisme.

Menurut laman resmi MWL, pertemuan itu diklaim pertama kalinya menyatukan para cendikiawan Irak di Mekah.. Kegiatan ini mengikuti upaya serupa oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 2006.

Ketika itu Dokumen Makkah ditandatangani oleh para cendikiawan Irak dengan tujuan untuk mengakhiri kekerasan sektarian yang mencengkeram negara itu setelah invasi dan pendudukan pimpinan Amerika Serikat (AS) sejak 2003.

Namun, menurut laporan The National, para peserta yang hadir di Saudi tidak berasal dari kalangan pemimpin agama paling senior di Irak. Kondisi ini membuat mereka tidak memiliki pengaruh yang signifikan atas kelompok-kelompok politik dan paramiliter.

Sebelumnya, Irak dikuasai minoritas Suni pimpinan presiden saat itu, Saddam Hussein. Namun, sejak invasi AS, kelompok Syiah yang mayoritas di Irak masuk ke dalam sistem pemerintahan. Mereka melawan milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Sedangkan kelompok Syiah dukungan Iran dikenal dengan serangan mereka yang canggih terhadap personel AS dan sekutunya di Irak. Iran disebut-sebut membangun jaringan bawah tanah di Irak. Mereka dilatih dalam perang drone, pengintaian, dan propaganda daring.

photo
Presiden Iran terpilih, Ebrahim Raisi. - (EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH)

Negara tetangga

Di tengah dinamika kawasan, Iran melantik presidennya yang baru, Ebrahim Raisi, Kamis. Mantan hakim agung ini disebut-sebut sebagai sosok garis keras.

Banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikannya. Salah satunya adalah menyelamatkan kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Dalam pidatonya, Raisi menegaskan sikapnya untuk mengutamakan diplomasi agar AS mencabut sanksinya. Ia juga mengatakan akan memperbaiki hubungan dengan para tetangga. Ucapan itu diyakini sebagai isyarat mengacu pada Arab Saudi.

Namun, Raisi juga menyiratkan kesiapan Iran melebarkan pengaruhnya di mana pun. “Di mana pun ada penjajahan dan kejahatan di dunia, baik di jantung Eropa, AS, Afrika, Yaman, Suriah, dan Palestina… kami akan berdiri bersama rakyat,” kata Raisi, mengacu pada pemberontak Houthi di Saudi dan Hizbullah di Lebanon.

Saat pidato, suaranya meninggi penuh perasaan. Kata-katanya mengundang emosi. “Pesan dari pemilu (Iran) adalah perlawanan terhadap. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat