Anggota TNI berjaga di dekat envirotainer yang berisi bahan baku vaksin Covid-19 Sinovac setibanya di PT Bio Farma (Persero), Jalan Pasteur, Kota Bandung, Selasa (27/7/2021). | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Nasional

Virolog: Dua Dosis Sudah ‘Kenal’ Virus

Dua dosis vaksin cukup untuk mencegah perburukan gejala agar tak menyebabkan kematian

JAKARTA – Ahli virologi dari Universitas Udayana Bali, Gusti Ngurah Kade Mahardika mengatakan, dua dosis vaksin Covid-19 yang disuntikkan sudah bisa membuat tubuh mengenali virus. Hal tersebut cukup untuk mencegah terjadinya perburukan gejala sehingga tidak sampai menyebabkan kematian.

“Kalau sudah divaksin dua kali, tubuh kita sudah mengenal virus Covid-19 dengan baik karena sudah ada memorinya. Kalaupun terpapar lagi kemudian tubuh sudah mengenal virus itu, maka meskipun antibodinya rendah atau respons imunnya rendah maka tidak akan jadi sakit parah,” kata Mahardika saat dihubungi Republika, Rabu (28/7).

Penelitian yang dilakukan di Cina menemukan, antibodi yang dibentuk oleh vaksin Covid-19 Sinovac akan menurun sekitar enam bulan setelah dosis kedua disuntikkan. Temuan itu diungkapkan para peneliti di Cina, negara produsen Sinovac, seperti dilansir Reuters.

Peneliti Cina melaporkan temuan melalui studi sampel darah dari orang dewasa sehat berusia antara 18-59. Laporan ini dituangkan dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada Ahad (25/7) dan belum ditinjau oleh rekan sejawat.

Dalam penelitian itu, peserta yang menerima dosis ketiga vaksin Sinovac sekitar enam bulan setelah dosis kedua, menunjukkan peningkatan antibodi sekitar 3-5 kali lipat.

Mahardika tak mempermasalahkan pemberian vaksin dosis ketiga jika vaksinnya sudah ada. Sebaliknya, kata dia, kalau vaksin belum tersedia maka lebih bijak Indonesia tidak memberikan vaksin dosis ketiga. “Sekarang pandemi, kita (Indonesia) tidak dihadapkan banyak pilihan dan yang ada mayoritas Sinovac mestinya cukup,” ujar dia.

Sejauh ini, lanjut Mahardika, masyarakat yang sudah divaksin Sinovac meski tertular virus telatif tidak menderita gejala berat dibandingkan orang yang tidak divaksin. “Kemudian kalau 70 persen penduduk sudah divaksin lengkap sesuai ketentuan WHO maka kekebalan komunitas (//herd immunity//) bisa diwujudkan. Bahkan, 50 persen penduduk yang telah divaksin lengkap sudah terasa kok dampaknya,” ujar dia.

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Hariadi Wibisono menilai, kekebalan seseorang usai mendapatkan vaksin dosis lengkap memang bisa menurun dan bisa saja mendapatkan dosis ketiga. Namun, menurut dia, yang terpenting saat ini seharusnya mengutamakan pengendalian wabah.

Kepala Bidang Pengembangan Profesi PAEI, Masdalina Pane, menambahkan, bisa saja masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin dosis lengkap, mendapatkan vaksinasi kembali yang ketiga kalinya. “Namun, tidak ada vaksin untuk mengendalikan wabah karena vaksin itu hanya untuk melindungi, bukan untuk mengendalikan wabah,” ujar dia.

photo
Pelaku wisata mendaftar vaksinasi Covid-19 di kawasan wisata Hutan Pinus Mangunan, Bantul Yogyakarta, Rabu (28/7/2021). Sebanyak 2.000 pelaku wisata menjadi target vaksinasi massal Covid-19 oleh Pemerintah Kabupaten Bantul. Pada vaksinasi massal kali ini menggunakan vaksin Sinovac. - (Wihdan Hidayat / Republika)

Pengendalian wabah, menurut dia, tak ada cara selain melakukan tes, lacak, isolasi (test, trace, dan treatment) atau 3T hingga mencapai titik kasus terendah. Ia menegaskan, dalam mengendalikan wabah harus dilakukan dengan tekun.

“Jiika upaya 3T dirasa susah kemudian mengejar vaksin, kemudian ketika vaksin juga dirasa susah ternyata kembali lagi ke upaya 3T. Padahal, upaya pengendalian wabah jadi berantakan, upaya 3T belum beres kemudian lompat ke vaksin,” kata dia.

Kalaupun kemudian masyarakat umum harus divaksin lagi dengan yang mayoritas digunakan Indonesia yaitu Sinovac, menurutnya masalah pandemi tidak akan selesai. Sebab, kunci pengendalian wabah adalah menekankan upaya 3T untuk melindungi kelompok berisiko.

Dalam situasi pandemi yang belum jelas kapan selesainya ini, Pane berharap pemerintah memprioritaskan pembuatan vaksin buatan dalam negeri, yaitu Merah Putih. PAEI berharap vaksin ini sudah diproduksi dalam jumlah massal tahun depan sehingga tidak perlu lagi impor vaksin.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Kemenkes belum berencana memberikan vaksin dosis ketiga untuk masyarakat umum karena belum ada rekomendasi organisasi kesehatan dunia PBB (WHO). “Kita tunggu rekomendasi WHO,” ujar dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat