
Nasional
Para Vendor Bansos Akui Berikan Fee
Vendor diminta membeli goodybag khsusus dari PT Sritex untuk setiap paket bansos.
JAKARTA -- Sejumlah direktur perusahaan vendor bansos sembako Covid-19 di Kementerian Sosial (Kemensos) mengakui telah memberikan fee karena sudah mendapatkan jatah pengadaan barang tersebut.
Mereka dihadirkan sebagai saksi dalam sidang mantan menteri sosial Juliari Peter Batubara yang didakwa menerima suap Rp 32,482 miliar dari 109 perusahaan penyedia bansos Covid-19.
"Saya kasih tiga kali Rp 50 juta, jadi total Rp 150 juta kepada Pak Joko (Pejabat pembuat komitmen (PPK) pengadaan bansos, Matheus Joko Santoso)," kata Direktur PT Andalan Pesik International Rocky Josep Pesik di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Rabu (9/6).
Menurut dia, pemberian itu sebagai bentuk terima kasih karena tidak ada kesepakatan nominal sebelumnya. Rocky mendapatkan tiga paket pengadaan bansos, yaitu DKI 1, Bodetabek 1, dan DKI 3 dengan total 115 ribu paket senilai Rp 30 miliar. Dari paket itu, ia mengambil keuntungan 12—13 persen dari nilai pengadaan.
Selain Rocky, Direktur PT Global Trijaya Raj Indra Singh juga mengaku memberikan Rp 100 juta kepada Matheus. Raj mendapatkan 100 ribu paket bansos pada tahap 7 senilai Rp 27 miliar dengan mengambil keuntungan sekitar 13 persen.

Direktur PT Total Abadi Solusindo M Iqbal mengaku memberikan Rp 400 juta kepada Matheus Joko. "Saya memang diminta kontribusi untuk kegiatan Kemensos oleh Pak Joko dan Pak Adi (Kabiro Umum Kemensos Adi Wahyono), nominalnya tidak diminta, hanya diminta agar ada kontribusi," kata Iqbal.
Direktur PT Era Nusantara Prestasi Go Erwin mengaku mengeluarkan Rp 27 juta untuk tim administrasi bansos. Erwin mendapatkan 307.301 paket bansos dengan nilai Rp 88.195.260.000.
Selian soal fee di Kemensos, terungkap para vendor juga diminta komisi oleh para pemegang kuota. Rocky Josep mengaku diminta Iman Ikram dan Agustri Yogasmara alias Yogas untuk memberikan fee 5 persen yang disebut akan diberikan kepada Juliari Batubara. "Menurut pengakuan mereka, Pak Iman dan Pak Yogas, diminta 5 persen dari nilai proyek untuk bapak menteri," kata Rocky.
Iman yang dimaksud adalah Muhamad Rakyan Ikram alias Iman Ikram yang merupakan adik mantan Wakil Ketua Komisi VIII DPR dari Fraksi PDIP Ihsan Yunus. Sedangkan Yogas disebut sebagai operator untuk kuota bansos 400 ribu paket milik Ihsan Yunus dalam pengadaan bansos tahap 7-12.

"Tapi tidak saya berikan karena tidak berani. Saya sejak awal hanya tahu harus beli tas (goodybag) ke Pak Iman dan Pak Yogas," kata Rocky. Namun, Rocky mengaku tidak membeli tas PT Sri Rejeki Isman Tbk atau PT Sritex tersebut. Sebagai gantinya, dia memberikan Rp 670 juta kepada Iman dan Yogas.
Harus tas Sritex
Rocky menjelaskan, mereka memang diminta membeli goodybag khsusus dari PT Sritex untuk setiap paket bansos. "Saat itu saya bertemu dengan Pak Iman dan Pak Yogas di restoran Padang, saya diminta beli goodybag kalau saya ditunjuk. Arahan dari kantor Kemensos, saya harus beli dari PT Sritex," kata dia.
Meski begitu, Yogas kemudian mengembalikan Rp 670 juta kompensasi tidak membeli tas tersebut. Yogas, kata Rocky, tidak memberikan alasannya. "Tapi asumsi saya karena saya berulang kali menolak memberikan 5 persen untuk menteri," kata Rocky.
Ia mengaku menolak memberikan 5 persen karena khawatir bila memberikan uang kepada pejabat di Kemensos. "Saat uangnya dikembalikan, katanya 'untuk bantu bapak saja', tapi setelahnya saya tidak dapat pekerjaan lagi," kata dia.
Rocky mengaku berulangkali melobi berbagai pihak tersebut, namun tidak berhasil.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.