Abdillah Onim atau yang akrab disapa Bang Onim sejak 11 tahun lalu hingga kini tinggal di Gaza, Palestina. Lelaki kelahiran Maluku Utara itu terus membersamai masyarakat Palestina, turut menyalurkan bantuan dari bangsa Indonesia kepada mereka. | DOK IST

Hiwar

Abdillah Onim dan Kesaksian dari Jalur Gaza

Menurut Onim, masyarakat Palestina menaruh harapan besar kepada Indonesia.

 

Sekitar tiga hari sebelum Idul Fitri 1442 H/2021 M, situasi memanas di Palestina. Penyebabnya, pasukan Israel membombardir kawasan Jalur Gaza. Tidak hanya itu, ulah entitas Zionis ini juga terjadi di Tepi Barat.

Hingga tulisan ini disunting pada Kamis (20/5), Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan, sebanyak 227 warga Palestina gugur akibat serangan Israel di Jalur Gaza. Di antara para korban jiwa adalah 64 anak-anak dan 38 wanita. Sementara, di Tepi Barat tercatat 25 orang Palestina gugur, termasuk empat anak-anak.

Seorang aktivis kemanusiaan Indonesia, Abdillah Onim, memberikan kesaksian. Lelaki yang akrab disapa Bang Onim itu mengatakan, Israel terbiasa melakukan serangan atas Palestina tiap Ramadhan tiba. Alhasil, Muslimin Palestina tidak akan bisa merayakan Lebaran dengan penuh kegembiraan dan kedamaian.

“Ini sungguh sangat menyedihkan. Padahal, di mana-mana seluruh dunia umat Islam menyambut Lebaran dengan suka cita,” ujar sosok yang berasal dari Galela, Maluku Utara, itu.

Sudah belasan tahun Bang Onim tinggal di Jalur Gaza, Palestina. Ia pun mengaku telah mewakafkan dirinya untuk berkontribusi bagi perjuangan Palestina.

Bagaimana sesungguhnya muasal kejadian saling serang antara Israel dan pejuang Palestina baru-baru ini? Apa saja dampak yang dirasakan warga Palestina akibat barbarisme yang dilakukan Zionis? Lebih lanjut, bagaimana Indonesia dapat ikut meringankan beban mereka?

Beberapa waktu lalu, wartawan Republika Muhyiddin berkesempatan mewawancarai sang pendiri Nusantara Palestina Center itu melalui sambungan telepon. Saat bincang-bincang jarak jauh ini berlangsung, suara ledakan bom sempat terdengar beberapa kali.

Dari pengamatan Anda, bagaimana kondisi Jalur Gaza, Palestina, di tengah gempuran Israel?

Alhamdulillah, saya akan menyampaikan tentang situasi di Palestina. Sudah delapan hari agresi Israel dilakukan. Dan, hampir setiap malam tidak kurang dari delapan rudal yang dilontarkan Israel ke Jalur Gaza.

Perlu saya sampaikan bahwa saya sekarang sedang berada di Gaza City. Sampai dengan detik ini, tanggal 17 Mei 2021 pukul 12.00 siang waktu Palestina, situasi belum kondusif dan kian memburuk.

Keadaan rakyat Palestina di Jalur Gaza?

Hingga saat ini (Senin, 17/5) Kementerian Kesehatan Palestina merilis pernyataan tentang jumlah korban akibat serangan Israel. Tercatat, sebanyak 197 warga Gaza meninggal dunia. Termasuk di antaranya adalah 58 anak-anak dan 34 perempuan serta lansia.

Sebanyak 1.235 orang menderita luka-luka. Tentunya, sampai dengan saat ini seluruh rumah sakit di Gaza dipenuhi banyak pasien, melampaui kapasitas yang ada.

Untuk proses evakuasi para korban, terimbas gempuran-gempuran yang dilakukan Israel. Akses jalan raya yang menghubungkan dengan sejumlah rumah sakit telah dihancurkan oleh pesawat tempur jet F-16. Pesawat-pesawat Israel ini menjatuhkan rudal sehingga situasi di rumah sakit saat ini sangat krisis, sangat memprihatinkan.

Seluruh rumah sakit di wilayah Gaza juga dilanda krisis obat-obatan, sementara para korban kian berjatuhan. Pada kesempatan ini, saya mengimbau seluruh masyarakat Indonesia untuk terus memberikan bantuan, termasuk obat-obatan bagi pasien yang ada di Jaur Gaza.

Kronologis kejadian saling serang antara pejuang Palestina dan Israel baru-baru ini?

Gempuran yang dilakukan Israel memang tidak hanya bulan suci Ramadhan tahun ini saja. Ini memang problem klasik. Setiap kali tiba bulan Ramadhan, pasti pihak Israel melakukan gangguan kepada masyarakat Palestina. Seperti tahun 2014, saya melihat langsung bagaimana peperangan besar itu terjadi.

Yang terjadi sekarang, kronologisnya itu bermula sejak sebelum bulan puasa. Ada sebuah wilayah besar di sebelah timur Baitul Maqdis atau Yerusalem Timur. Ratusan rumah warga Palestina di sana mau dicaplok Israel. Warga Palestina di Sheikh Jarrah hendak diusir dari rumah-rumah mereka.

Padahal, wilayah Sheikh Jarrah serta rumah-rumah tersebut adalah milik warga Palestina. Mereka pun bertahan, tidak mau keluar. Akhirnya terjadi demonstrasi besar-besaran. Pihak militer Israel pun melakukan pemukulan serta pengadangan. Pasukan ini berhadapan langsung dengan warga Palestina di Sheikh Jarrah.

Eskalasi di Sheikh Jarrah ini merembet ke Masjid al-Aqsha?

Ya, konflik berlanjut sampai dengan kejadian di Masjid al-Aqsha. Saat itu, ribuan Muslim Palestina melaksanakan shalat Tarawih dan iktikaf bersama. Namun, tiba-tiba datang segerombolan Zionis Yahudi memasuki Kompleks al-Aqsha. Terjadilah bentrokan di dalam sana.

Setelah bentrokan, pejuang Palestina di Gaza tidak tinggal diam. Mereka tidak rela. Akhirnya, pejuang Palestina di Gaza melontarkan roket-roket ke wilayah Israel. Pecahlah peperangan seperti yang terjadi hingga kini.

Menurut Anda, Israel sengaja memprovokasi pejuang Palestina dengan cara merangsek ke dalam al-Aqsha?

Ini bukan provokasi lagi, tetapi memang serangan yang dilakukan oleh Israel. Pertamanya itu roket-roket dilontarkan pejuang Palestina. Ini sebagai bentuk dukungan kepada warga Palestina di Masjid al-Aqsha dan juga di Sheikh Jarrah.

Kemudian, dibalaslah oleh pihak Israel. Ini dibalas lagi oleh pejuang Palestina. Maka, terjadi saling barter rudal, pecahlah perang besar.

Anda tadi mengatakan, Israel biasa melakukan serangan saat Ramadhan. Berarti Zionis pun kerap merusak momen Idul Fitri?

Selama Idul Fitri, seperti tahun ini, tentunya warga Palestina juga tidak bisa merasakan keceriaan dan kegembiraan. Tidak seperti umat Islam di belahan dunia lain, semisal Indonesia, yang mana (Muslimin) bisa berkumpul dengan keluarga, membeli baju baru, dan menyiapkan makanan untuk Lebaran.

Warga Palestina seluruhnya tidak bisa merasakan hal tersebut. Ini sungguh sangat menyedihkan. Padahal, di mana-mana seluruh dunia umat Islam menyambut Lebaran dengan suka cita. Satu-satunya yang tidak menyambut Hari Fitri dengan kebahagiaan yang utuh itu adalah saudara-saudara kita di Palestina.

Banyak pihak, seperti Amerika Serikat, yang menuding keberadaan Hamas di Gaza sebagai teroris. Pendapat Anda?

Siapapun bebas berbicara tentang isu Palestina. Namun, kita tetap menyaring, mana yang sesuai realitas, mana yang hanya mencari kambing hitam. Bahkan, mana pula yang hanya cuci tangan.

Terkait ini, sekali lagi saya katakan bahwa serangan besar yang dilancarkan pihak Israel ini tentunya atas dukungan Amerika. Sebab, Presiden AS Joe Biden pun mengatakan, pemerintah otoritas Israel berkewajiban untuk melindungi rakyatnya.

Padahal, sebenarnya tidak seperti itu. Kita lihat sendiri dari hasil peperangannya. Yang banyak menjadi korban adalah pihak warga sipil di Palestina. Jadi, kalau ada pernyataan bahwa tindakan Israel adalah self-defense atau melindungi rakyatnya, itu tidak masuk akal. Sebab, yang dilakukannya adalah dengan membunuh warga Palestina, termasuk yang di Jalur Gaza.

Seberapa besar peranan AS dalam menghentikan saling serang antara Israel-Palestina ini?

Kalau Joe Biden menyatakan setop, maka peperangannya (Israel-Palestina) akan berhenti. Sebab, pejuang Palestina akan cenderung patuh terhadap aturan-aturan yang diambil negara-negara, termasuk keputusan yang diambil Joe Biden.

Namun, tentunya warga Palestina punya persyaratan tersendiri untuk menghentikan peperangan di Gaza.

Kalau menurut saya pribadi, seharusnya AS bisa menengahi. AS harus berupaya menghentikan kontak senjata (antara Israel dan Palestina –Red) agar tidak ada lagi pembunuhan. Bukan lantas mencari-cari siapa yang salah, cuci tangan, terus saling membela. Nah, semua keputusan saat ini sebenarnya ada di tangan Joe Biden.

Indonesia termasuk negara yang berpihak pada perjuangan Palestina. Bagaimana kesan umumnya masyarakat Palestina?

Masyarakat Palestina sangat mengenal Indonesia. Mereka pun sangat mengetahui kecintaan Indonesia terhadap Palestina. Pun mereka sangat mengetahui, bagaimana posisi Indonesia terkait isu Palestina. Perlu saya sampaikan, masyarakat Palestina menaruh harapan besar kepada Indonesia.

Walaupun kita jaraknya sangat jauh, masyarakat Palestina mengetahui bahwa jumlah Muslim terbesar di dunia itu ada di Indonesia. Dan, sampai dengan saat ini masyarakat Indonesia masih memberikan dukungan kepada Palestina.

Alhamdulillah, baik yang Muslim maupun non-Muslim, dari Indonesia selalu mendukung Palestina. Jadi, saya katakan bahwa seluruh elemen bangsa Indonesia memberikan dukungan bagi masyarakat Palestina, tanpa terkecuali.

Itu realitasnya. Saya sendiri sering menerima WA (pesan WhatsApp), pesan-pesan di Instagram, Facebook, atau YouTube, yang berisi dukungan moril rakyat Indonesia untuk Palestina. Tidak hanya support dari lembaga-lembaga kemanusiaan atau NGO, kita menyaksikan ada pula lobi-lobi diplomatik dari pemerintah Indonesia.

Pesan Anda untuk publik Indonesia?

Yang pertama, saya meminta kepada masyarakat Indonesia, khususnya Muslimin di Tanah Air, untuk terus berdoa. Sebab, Palestina mendambakan doa dan dukungan kalian. Dalam melihat isu Palestina, kita jangan hanya berpatokan dengan bantuan materi saja. Kita pun mesti melihat lebih dari itu.

Saya sebagai Muslim, alhamdulillah, melihat isu Palestina ini menjadi bagian dari akidah saya. Namun, saya pun melihat di lapangan, isu Palestina ini sudah menjadi isu global. Isu Palestina adalah isu kemanusiaan. Kita sebagai manusia harus memperjuangan nyawa sesama manusia di Palestina.

Perlu saya sampaikan bahwa Indonesia dan Palestina juga mempuyai kekhususan historis. Salah satu negara yang memberikan dukungan kemerdekaan RI paling awal adalah Palestina. Dan, sampai saat ini satu-satunya negara di dunia yang belum meraih kemerdekaan, sudah lebih dari 90 tahun lamanya, adalah Palestina.

Mereka mempunyai tanah dan rumah, tetapi seakan tidak tinggal di dalam rumah mereka sendiri. Sebab, mereka sering diintimdasi, diusir, dan digusur. Jadi imbauan saya kepada generasi muda Indonesia, marilah kita melihat isu Palestina ini sebagai sesuatu yang sangat spesial di dalam hati sanubari kita.

photo
Bang Onim telah menikah dengan seorang wanita Palestina, Rajaa Al Hirthan. Ia dikaruniai dua putra, yakni Nusantara dan Bahari. Adapun anak perempuannya diberi nama Marwah Filindo, gabungan antara nama Palestina dan Indonesia. - (DOK IST)

Suka-Duka Sang Aktivis Kemanusiaan RI di Gaza

Dukungan terhadap Palestina tentunya tidak hanya datang dari elemen pemerintah Indonesia. Masyarakat sipil pun dalam banyak kesempatan menunjukkan kepeduliannya, baik dalam wujud wacana maupun tindakan nyata. Di lapangan, banyak kalangan aktivis kemanusiaan yang terus dan akan selalu menyalurkan bantuan-bantuan ke negeri ini.

Sebagai salah seorang aktivis Muslim, Abdillah Onim memandang, dukungan untuk Palestina tidak hanya didasari panggilan empatis, tetapi juga iman. Sebab, Palestina merupakan rumah bagi Masjid al-Aqsha di Yerusalem. Inilah kota suci ketiga bagi umat Islam, setelah Masjidil Haram (Makkah) dan Masjid Nabawi (Madinah).

Pria yang akrab disapa Bang Onim ini sudah 11 tahun menetap di Jalur Gaza, Palestina. Hari-harinya diisi dengan menyalurkan berbagai bantuan dari misi-misi kemanusiaan. Seiring waktu, kedekatan itu menumbuhkan kecintaannya terhadap rakyat Palestina.

Malahan, kini ia telah menikah dengan seorang perempuan Palestina, Rajaa Al Hirthan. Pasangan ini dikarunia dua orang putra, yaitu Nusantara dan Bahari. Adapun anak perempuannya diberi nama Marwah Filindo—nama belakang ini menggabungkan antara Palestina dan Indonesia. Setiap dua tahun sekali, keluarga ini pulang ke Indonesia.

photo
Walaupun aktif di Palestina, Bang Onim tak pernah melupakan Tanah Air tercinta. Menurutnya, ia dan keluarganya rutin pulang ke Indonesia setidaknya tiap dua tahun sekali. - (DOK IST)

Selama di Palestina, Bang Onim dan keluarganya tinggal sebuah rumah di Gaza City. Masyarakat lokal mengenalnya dengan baik. Sebab, dalam kehidupan sehari-harinya pendiri Nusantara Palestina Center (NPC) ini selalu membantu warga sipil, termasuk anak-anak yatim dan dhuafa setempat.

“Saya berada di Gaza tentunya untuk misi kemanusiaan atas nama Indonesia, atas nama Islam, atas nama al-Aqsha,” ujar Bang Onim kepada Republika, awal pekan lalu.

Saat pertama kali dikirim ke Palestina, dia diberikan amanah oleh (almarhum) dr Joserizal Jurnalis untuk misi pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Fasilitas ini merupakan inisiasi MER-C.

Tidak hanya itu, Bang Onim pun pernah turut serta dalam Kapal Mavi Marmara, yang diserbu pasukan Israel pada 2010. Ia termasuk yang dijebloskan ke dalam penjara Zionis.

Selama menetap di Palestina, dia pun bersyukur bisa turut memperkenalkan Indonesia, mengabarkan tentang situasi Palestina. Selain itu, pria asal Maluku Utara ini juga menjalankan kantor berita Suara Palestina News Agency.

Bang Onim selalu menyambut baik siapapun yang ingin bekerja sama membantu warga Palestina. Ia menuturkan, beberapa waktu lalu dirinya dihubungi langsung oleh Menteri Luar Negeri RI Ibu Retno Marsudi untuk mengungkapkan perkembangan terkini di Palestina.

“Hampir setiap hari ibu Retno menanyakan kabar Palestina, gimana situasi Gaza, gimana pasien, dan gimana warga Indonesia di sini (Palestina). Dan, itu saya laporkan secara kontinyu,” ucapnya.

Pada 2017 lalu, Bang Onim mendirikan NPC dengan terlebih dahulu meminta restu dari sejumlah dai, termasuk Aa Gym dan Ustaz Yusuf Mansur. Alhamdulillah, niatnya ini disambut baik.

Ia menambahkan, NPC merupakan sebuah lembaga sosial kemanusiaan yang netral. Bang Onim sendiri merupakan seorang aktivis yang murni bergerak dalam bidang kemanusiaan. Dirinya tidak berpolitik, baik di Palestina maupun Indonesia.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat