Ketua Umum Partai Masyumi, Ahmad Yani dalam keterangan pers video pengumuman kepengurusan Partai Masyumi. | (Tangkapan layar)

Nasional

Masyumi Ingin Bentuk Fraksi Islam

Penyatuan parpol Islam dinilai tidak memberikan garansi bagi kemenangan dalam pemilu.

JAKARTA—Ketua Umum Partai Masyumi, Ahmad Yani mengaku ingin menjadikan partainya sebagai lokomotif bersatunya partai politik Islam di Indonesia. Ia menegaskan, parpol Islam yang saat ini sudah ada merupakan sahabat dalam perpolitikan nasional.

Ahmad Yani menuturkan, ia ingin menjadikan Masyumi Reborn sebagai pemersatu bagi seluruh partai politik Islam di parlemen. "Insya Allah melalui Masyumi ini, nanti ke depan, Insya Allah, Allah takdirkan kita bisa menjadi lokomotif, menjadi pemersatu. Kita akan membentuk fraksi Islam di parlemen," ujar Ahmad Yani dalam keterangan pers video pengumuman kepengurusan Partai Masyumi yang dikutip Selasa (6/4).

Ia berpesan kepada seluruh kader Masyumi untuk menjadikan parpol Islam yang sudah ada sebagai sahabat dan mitra perjuangan. Mantan politikus Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini menyatakan Masyumi tidak akan mengambil ceruk yang sama dengan partai Islam lain yang sudah ada. Berdasarkan hasil survei yang dikutipnya, saat ini baru 10 persen masyarakat yang secara resmi terasosiasi dengan partai politik tertentu.

Sedangkan masih ada 90 persen lainnya yang dinilainya masih dapat berubah arah politiknya. "Kita ingin mengambil suara-suara umat Islam yang lagi piknik, saya selalu mengatakan suara umat Islam yang lagi bertamasya. Nah itu sasaran kita itu," ujar Ahmad Yani.

Masyumi mengeluhkan perolehan suara partai-partai Islam yang tidak mencapai 30 persen pada Pemilu 2019. Padahal, mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam.

photo
Ketua Majelis Syuro Partai Masyumi, Abdullah Hehamahua dalam keterangan pers video pengumuman kepengurusan Partai Masyumi. - ( (Tangkapan layar))

"Habisnya suara Islam juga tidak masuk ke partai-partai Islam, artinya ada potensi cukup besar untuk kita mencari ceruk yang berbeda. Kita tidak ingin mengambil ceruk yang sama," tegasnya. Rencananya, peluncuran secara resmi Masyumi Reborn dilakukan pada 10 atau 17 Ramadhan mendatang.

Ketua Majelis Syuro Partai Masyumi, Abdullah Hehamahua mengajak masyarakat yang pernah bernaung di bawah bendera bulan dan bintang. Jika persatuan kembali terjadi di partainya, kejayaan Masyumi dinilainya akan kembali pada 2049.

"Satukan hati, luruskan niat kibarkan bendera merah putih dan hijau hitam, Masyumi untuk bisa mencapai kejayaan minimal (pada) 2049. Paling jauh 2045, syukur-syukur 2024, Anda bisa menjamin kejayaan," ujar Abdullah.

Pada kejayaannya di Pemilu 1955, Partai Masyumi meraih 57 kursi untuk Konstituante. Sama dengan jumlah yang diperoleh Partai Nasional Indonesia (PNI) saat itu.

Setelah pembubaran Partai Masyumi pada 1959, cerita Abdullah, partai berlambang bulan dan bintang itu sebetulnya berusaha untuk bangkit kembali. Namun usaha yang dilakukan pada Orde Baru disebutnya sulit. Baru setelah reformasi, Partai Masyumi kembali lahir. Meski waktu itu, perolehan suara yang diperoleh pada pemilihan umum 1999 tak seperti kejayaannya di masa lalu.

Tantangan

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi Masyumi Reborn kedepan. Ia menilai Partai Masyumi Reborn tidak bisa melulu jualan jargon Islam di tengah kecenderungan pemilih yang tak ideologis.

"Untuk kepentingan kaderisasi internal ideologi memang penting, tapi logika pemilih lain. Mereka mencari partai yang bisa jadi sandaran kesulitan hidup mereka. Nah, ini tantangan Masyumi Reborn ke depan," kata Adi kepada Republika, Selasa (6/4).

Sementara, akademisi Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK) Ahmad Atang menilai, penyatuan parpol Islam tidak memberikan garansi bagi kemenangan dalam pemilu. Ia mengatakan, penyatuan partai Islam sudah pernah dilakukan pada 1972. Yakni, saat terjadinya fusi partai seperti Masyumi, Partai NU, Permusi, Serikat Islam, Persatuan Islam pada 1972 menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Atang menambahkan, secara kuantitatif, umat Islam memang mayoritas, namun secara politik selalu dikalahkan aliran politik nasionalis. "Jadi PPP merupakan cikal bakal dari penyatuan partai Islam. Sedangkan partai nasionalis meleburkan diri dalam PDI," katanya. N antara ed: agus raharjo

Partai Islam Pemilu 2019:

-PKB: 13.570.097 (9,69 persen)

-PKS: 11.493.663 (8,21 persen)

-PAN: 9.572.623 (6,84 persen)

-PPP: 6.323.147 (4,52 persen)

-PBB: 1.099.848 (0,79 persen)

Jumlah suara Partai Islam: 42.059.378 (30.05 persen)

Sumber: KPU

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat