Kendaraan melaju di antara gedung bertingkat di kawasan Pancoran, Jakarta, Sabtu (20/3/2021). Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2021 akan mencapai 4,9 persen. | M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO

Kabar Utama

Menkeu Yakin Ekonomi Pulih Tahun Ini

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diproyeksikan di kisaran 4,5 sampai 5,3 persen.

JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2021 masih akan berada di zona negatif. Kendati demikian, Sri tetap yakin perekonomian bisa pulih pada tahun ini seiring dengan makin menggeliatnya aktivitas bisnis di berbagai sektor.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 minus 2,07 persen. Kontraksi ekonomi akibat pandemi Covid-19 terjadi sejak kuartal II dengan pertumbuhan minus 5,32 persen. Meski terus tumbuh negatif hingga dua kuartal berikutnya, tingkat kontraksi ekonomi berkurang. Itu mengindikasikan pemulihan tengah berlangsung. Ekonomi tumbuh negatif 3,49 persen pada kuartal III, lalu pada kuartal IV kontraksi berkurang menjadi minus 2,19 persen.

Sri menilai kegiatan ekonomi terus menunjukkan peningkatan. Ia menyebutkan, aktivitas di lokasi perdagangan bahan pokok dan sektor farmasi mengalami pemulihan pada Maret ini. “Aktivitas perbelanjaan ritel dan transportasi juga menunjukkan perbaikan sejak awal tahun,” kata Sri saat konferensi pers APBN KITA secara virtual, Selasa (23/3).

Sri mengakui, indeks penjualan ritel sempat turun pada Februari 2021. Namun, indeks keyakinan konsumen membaik dibandingkan dengan bulan sebelumnya sehingga diharapkan bisa terus membaik pada Maret 2021. Sementara itu, dari sisi investasi, Sri melihat adanya perbaikan di sektor semen serta komoditas besi dan baja pada Februari.

Peningkatan itu terlihat dari pertumbuhan impor kedua komoditas tersebut. Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) mesin juga tumbuh positif pada Februari dengan nilai impor yang tumbuh di kisaran 17,7 persen. "Dengan tanda-tanda ini, pemulihan ekonomi diharapkan semakin kuat," kata Sri.

Sri memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih di kisaran 4,5 persen sampai 5,3 persen. Adapun lembaga-lembaga internasional, seperti Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), Dana Moneter Internasional (IMF), dan Bank Dunia, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masing-masing di kisaran 4,9 persen, 4,8 persen dan 4,4 persen.  Sri mengatakan, OECD sebelumnya memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 4 persen.

Meski ada optimisme tersebut, ekonomi Indonesia diprediksi akan tetap berada di zona negatif pada kuartal I tahun ini. Menurut perkiraan Menkeu, pertumbuhan ekonomi pada Januari-Maret tahun ini berada di kisaran minus 1 persen hingga minus 0,1 persen. Adapun proyeksi itu lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan sepanjang 2020 yang minus 2,07 persen. "Kita berharap sih sebetulnya bisa mencapai zona netral, tapi kita masih mendekati minus 0,1 persen," ujar Sri.

Pemulihan ekonomi juga tecermin dari meningkatnya penerimaan pajak. Pemerintah mencatat penerimaan negara mencapai Rp 219,2 triliun per akhir Februari 2021. Jumlah itu meningkat sebesar 0,7 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 217,6 triliun.

photo
Pengunjung melihat-lihat produk yang dipamerkan dalam Muslim Fashion Festival (MUFFEST) 2021 di pusat perbelanjaan Kota Kasablanka, Jakarta, Ahad (21/3). Ajang Muffest kembali hadir tahun ini dengan mengusung konsep hybrid yaitu offline atau langsung dan secara virtual yang berbeda dari penyelenggaran sebelumnya, guna membantu pemulihan ekonomi nasional melalui sektor fesyen muslim. - (Prayogi/Republika.)

Sri mengatakan, peningkatan penerimaan tersebut merupakan indikator positif. Sebab, pada Januari 2021, penerimaan negara masih mengalami kontraksi 4,8 persen secara tahunan. “Penerimaan ini menjadi catatan penting karena tahun lalu pada periode yang sama mengalami kontraksi, padahal Covid-19 belum melanda Indonesia,” katanya.

Penerimaan negara yang tumbuh positif itu didorong realisasi kepabeanan dan cukai yang tumbuh 42,1 persen (yoy) menjadi Rp 35,6 triliun pada akhir bulan lalu. Sedangkan, penerimaan pajak masih terkontraksi 4,8 persen (yoy) menjadi Rp 219,1 triliun pada Februari 2021.

"Untuk pajak, kalau kita lihat PPN (pajak pertambahan nilai), sudah naik. Tahun lalu sebelum terjadi Covid-19, PPN itu terkontraksi. Komposisi ini kita bisa dapatkan gambaran bahwa pemulihan ekonomi mulai terjadi, bagaimana kita mengawal dan akselerasi ini pada Maret dan seterusnya," ujarnya.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu memperkirakan, ekonomi pada kuartal II-2021 bisa tumbuh hingga 7 persen seiring dengan momentum membaiknya kegiatan ekonomi yang terus berjalan. "Kuartal II 2021 ada perbaikan signifikan, kalau hitung-hitungan kita bisa di atas 7 persen (yoy)," kata Febrio dalam jumpa pers virtual APBN di Jakarta, Selasa.

Febrio mengatakan, membaiknya penanganan pandemi dan vaksinasi akan membuat ekonomi mulai tumbuh ke zona positif pada kuartal II. Menurut dia, tanda-tanda pemulihan telah muncul di kuartal I 2021 yang tecermin dari penguatan PMI (purchasing managers index) manufaktur, pulihnya kinerja ekspor-impor maupun belanja masyarakat, serta membaiknya konsumsi dan investasi secara terbatas.

"Kita lihat perbaikan konsisten di kuartal I dengan estimasi tumbuh minus 1 sampai minus 0,1 persen. Ini secara kuartal per kuartal (q-to-q) memperlihatkan ada perbaikan signifikan yang dirasakan dan tecermin di angka itu," katanya.

Ia yakin perbaikan ini akan terus terjadi hingga akhir 2021 dengan perkiraan angka pertumbuhan berada di 4,5 persen-5,3 persen, sejalan dengan proyeksi dari lembaga multilateral seperti IMF dan OECD.

Dalam kesempatan terpisah, ekonom dari Bahana, Satria Sambijantoro, ikut memproyeksikan ekonomi pada kuartal II 2021 bisa tumbuh 7,82 persen (yoy) setelah masih terkontraksi pada kuartal I 2021. Perkiraan itu setelah mempertimbangkan kasus Covid-19 yang telah terkendali dan tidak ada kebijakan pembatasan lanjutan.

Selain itu, program vaksinasi berjalan baik hingga 46 persen populasi pada akhir 2021 dan kegiatan ekonomi berjalan normal meski berlangsung terbatas.

Sinyal Pemulihan Semakin Terlihat 

Sejumlah ekonom juga menilai, proses pemulihan ekonomi Indonesia terus berjalan. Ada beberapa indikator yang menunjukkan bahwa sinyal pemulihan semakin terlihat.

photo
Sejumlah karyawan retail menunggu di ruangan observasi usai mendapat suntikan vaksin COVID-19 di Mall Boxies 123, Kota Bogor, Jawa Barat, Ahad  (21/3/2021). Dinas Kesehatan Kota Bogor mulai melakukan vaksinasi massal di pusat perbelanjaan dengan target sebanyak 16 ribu karyawan dari 17 retail di Kota Bogor sebagai upaya membangkitkan kembali perekonomian. - (ARIF FIRMANSYAH/ANTARA FOTO)

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet mengatakan, ekonomi secara bertahap mengalami pemulihan. Hal ini terlihat dari penerimaan pajak yang mengalami perbaikan pada akhir Februari 2021. "Penerimaan pajak sudah lebih baik dibandingkan periode sama tahun lalu. Ini menunjukkan bahwa terjadi proses pemulihan ekonomi,” kata Yusuf kepada Republika, Selasa (23/3).

Ia menjelaskan, hal yang perlu diperhatikan pemerintah untuk mendorong pemulihan ekonomi adalah mempercepat realisasi belanja program pemulihan ekonomi nasional (PEN). Apalagi, anggaran PEN tahun ini meningkat dibandingkan pada 2020.

Menurut dia, peningkatan tersebut harus diiringi dengan perbaikan realisasi anggaran dari program PEN. “Yang tidak kalah penting sebenarnya, bagaimana pemerintah mengeksekusi belanjanya, untuk mendorong proses pemulihan ekonomi nasional,” ucapnya.

Ekonom Core lainnya, Piter Abdullah, menambahkan, pemulihan ekonomi mulai terjadi pada awal tahun ini. Hal itu terlihat dari realisasi penerimaan pajak yang tidak lagi kontraksi dibandingkan sepanjang 2020.

“Pemulihan ekonomi sedang berjalan. Hal ini diindikasikan banyak hal seperti angka indeks Purchasing Managers' Index (PMI), yang meningkat melewati batas 50 dan penjualan kendaraan bermotor serta properti yang meningkat,” katanya.

Dari sisi utang, Piter mengaku, tidak terlalu kaget dengan adanya penambahan utang pemerintah. Hal ini sejalan dengan pelebaran defisit APBN yang terjadi saat ini. Menurut dia, utang adalah konsekuensi dari adanya defisit APBN. Defisit APBN tahun lalu sekitar enam persen, demikian juga tahun ini.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira mengatakan, penerimaan pajak merupakan sinyal pemulihan, khususnya terkait perbaikan harga komoditas. Namun, hal ini lebih dipengaruhi faktor eksternal, yakni permintaan ekspor ke Cina seiring terjadinya pemulihan produksi manufaktur.

“Di dalam negeri sepertinya masih butuh waktu untuk pulih meski ada vaksinasi,” ucapnya. Bhima pun menyoroti adanya kenaikan utang seiring pertumbuhan sisi belanja pemerintah. Bhima menilai, dampak dari pertumbuhan utang ini perlu diwaspadai, yaitu risiko terjadinya capital reversal surat utang pemerintah.

“Fenomena ini dipicu oleh kenaikan imbal hasil Treasury AS, sehingga lebih menarik bagi investor asing. Kalau spread atau selisih yield SBN dan Treasury makin menyempit, bisa jadi pemerintah bakal sulit cari pembiayaan baru ke depannya,” ucapnya.

Sementara itu, dampak faktor internal, menurut dia, akan menimbulkan crowding out effect, yakni perebutan dana likuiditas di pasar antara perbankan atau perusahaan swasta dan pemerintah. “Efeknya nanti bank akan lebih banyak parkir di surat utang ketimbang menyalurkan pinjaman. Deposan juga akan keluarkan dana di perbankan untuk masuk beli surat berharga negara (SBN). Tentu ini situasi yang menghambat pemulihan ekonomi,” ucapnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers pada Selasa (23/3) menyampaikan, realisasi pendapatan negara hingga akhir Februari 2021 sebesar Rp 219,2 triliun atau 12,6 persen dari target APBN yang sebesar Rp1.743,6 triliun. Pendapatan tersebut tumbuh 0,7 persen dibandingkan periode sama 2020.

Sri menuturkan, pendapatan negara sebesar Rp 219,2 triliun terdiri atas penerimaan perpajakan Rp 181,8 triliun, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp 37,3 triliun, dan hibah Rp 0,1 triliun. Penerimaan perpajakan tercatat tumbuh 1,7 persen dibandingkan Februari 2020 serta lebih baik dibandingkan Januari 2021, yang terkontraksi 15,3 persen.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat