Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Nasihat untuk Penguasa

Nasihat dan kritik sejatinya untuk kebaikan bersama.

Oleh FAJAR KURNIANTO

 

OLEH FAJAR KURNIANTO

Kekuasaan sering kali membutakan mata dan menulikan telinga dari nasihat dan kritik yang dialamatkan terhadap pemegangnya. Dengan kekuasaan, kebenaran bisa dimanipulasi demi melanggengkan kekuasaan.

Dengan kekuasaan juga, kebenaran bisa dibungkam bila itu membahayakan dan mengancam kekuasaan. Padahal, menurut Islam, nasihat dan kritik sangat diperlukan bagi siapa saja, apalagi bagi penguasa yang telah diberi amanah untuk mengurus rakyat.

Nasihat dan kritik amat diperlukan. Pertama, tak ada manusia yang sempurna. Tak ada manusia yang selalu benar. Manusia memiliki akal dan hati, dua elemen penting yang membuatnya menjadi makhluk istimewa dibanding binatang.

Namun, manusia juga dikaruniai hawa nafsu yang selalu menekan akal dan mendorongnya hingga terjerumus dalam kesalahan, keburukan, dan kejahatan. Ketika hawa nafsu berhasil menguasai akal dan hati, perilaku yang muncul adalah penyimpangan. 

Dalam Alquran disebutkan, Allah berfirman kepada Nabi Dawud, “Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.” (QS Shad [38]: 26).

Nabi mengatakan, “Tiga hal yang merusak: kebakhilan yang diikuti, hawa nafsu yang ditaati, dan membangga-banggakan diri.” (HR ath-Thabrani)

Kedua, kekuasaan dalam Islam adalah amanah yang tak boleh dikhianati. Seseorang diangkat menjadi penguasa, lewat sistem apa pun, sejatinya memikul beban dan tanggung jawab yang besar dan berat. Dan, amanah itu mesti dipertanggungjawabkan terhadap orang yang mengangkatnya.

Ia tak boleh mementingkan diri sendiri, tetapi harus mendahulukan kepentingan umum secara adil, tanpa pilih kasih. Seperti dikatakan Nabi, “Seorang imam adalah pemimpin bagi rakyatnya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang ia pimpin.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Umar bin al-Khathab, salah satu sahabat Nabi yang dikenal berkarakter keras, tegas, dan berani, ketika menjadi Amirul Mukminin (pengurus kaum mukmin) sangat menyadari posisinya.

Meskipun keras, itu tak membuatnya menjadi otoriter dan sombong. Justru, dalam posisi yang tinggi itu, hatinya menjadi lembut, kepeduliannya terhadap rakyatnya sangat tinggi, gaya hidupnya menjadi begitu sederhana, sering mengunjungi rakyatnya pada malam hari untuk melihat langsung kondisi yang sebenarnya.

Lebih dari itu, ia tak antikritik, malah bersyukur dan lapang dada bila ada orang yang berani mengkritiknya, sepedas dan sengeri apa pun, bila memang itu benar dan baik.

Nabi mengatakan, “Agama adalah nasihat.” (HR Muslim). Agama menasihati siapa pun, baik itu orang biasa maupun penguasa yang diberi amanat untuk menetapi kebenaran dan keadilan, tidak melenceng dan berkhianat.

Al-Khathabi, seperti disebutkan dalam kitab Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, mengatakan, “Nasihat adalah perkataan yang tujuannya adalah untuk kebaikan bagi orang yang dituju dari nasihat itu.”

Nasihat dan kritik sejatinya untuk kebaikan bersama, khususnya bagi orang yang dinasihati atau dikritik itu agar tidak melalaikan tugas dan tanggung jawabnya yang bila tak dilakukan akan membahayakan banyak orang.

Wallahu a’lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat