Ilustrasi penyuluh agama. Penyuluh agama harus punya pemahaman literasi digital, media, sosial, dan agama. | ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko

Khazanah

Kompetensi Penyuluh Agama Diperkuat

Penyuluh agama harus punya pemahaman literasi digital, media, sosial, dan agama.

JAKARTA -- Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mendorong Kementerian Agama (Kemenag) untuk memaksimalkan potensi jaringan penyuluh agama dan dai-dai muda lokal. Yaitu, dengan memberikan bekal cara dakwah yang menyasar generasi muda dengan mempromosikan nilai-nilai moderasi beragama.

Menanggapi hal itu, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama (Kemenag) Kamaruddin Amin menyampaikan sejumlah program untuk mengarusutamakan moderasi beragama. Di antaranya melalui penguatan kompetensi penyuluh agama.

"Penyuluh (agama) kita ini ada 50 ribu di Indonesia, 45 ribu di antaranya masih non-PNS dan masih sangat rendah apresiasinya dan gajinya masih sangat rendah, tapi tugasnya banyak sekali," ujar Kamaruddin saat peluncuran hasil penelitian Tren Keberagamaan Gerakan Hijrah Kontemporer secara virtual oleh PPIM UIN Jakarta, Senin (1/2).

Meski demikian, kata dia, tidak ada alasan, kapasitas penyuluh agama harus ditingkatkan. Mereka harus bertransformasi dan mereka harus punya pemahaman literasi digital, media, sosial, dan agama. Ini program prioritas Kemenag.

"Kita melihat sekarang dinamika sosial keagamaan begitu cepat terjadi dan perubahannya sangat tinggi, tentu mengharuskan adanya respons berkualitas dari penyuluh-penyuluh agama kita agar bisa menyampaikan pesan-pesan agama secara efektif," ujar dia. 

Kemenag, lanjut Kamaruddin, juga melaksanakan peningkatan kompetensi penceramah agama. Sudah ada 8.200 penceramah agama yang ikut pelatihan. Wawasan kebangsaan, ketahanan nasional, dan moderasi beragama mereka ditingkatkan. 

Masih dalam upaya mengarusutamakan moderasi beragama, ia menjelaskan, Kemenag sedang menulis naskah-naskah khutbah Jumat untuk dibacakan di masjid-masjid saat Jumatan. Walaupun naskah ini tidak wajib digunakan saat Jumatan.

"Karena kalau diwajibkan tidak realistis dan tidak semua orang butuh, kami hanya memfasilitasi saja jika naskahnya bagus dan menarik tantu dibaca, kalau tidak tentu tidak dibaca," ujarnya.

Berdasarkan hasil penelitian Tren Keberagamaan Gerakan Hijrah Kontemporer pada 2020, PPIM UIN Jakarta merekomendasikan beberapa hal untuk Kemenag. Di antaranya, memaksimalkan potensi jaringan penyuluh agama dan dai-dai muda lokal. Yakni, dengan memberikan bekal cara dakwah yang menyasar generasi muda dengan mempromosikan nilai-nilai moderasi beragama.

‘’Dan memperluas fungsi penyuluh untuk membina tidak hanya di komunitas luring, tapi juga di komunitas daring," kata koordinator peneliti Tren Keberagamaan Gerakan Hijrah Kontemporer, Windy Triana.

PPIM UIN Jakarta juga merekomendasikan agar Kemenag meningkatkan peran dalam memfasilitasi ruang perjumpaan antara kementerian, komunitas hijrah, MUI, organisasi Islam mainstream seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, serta kelompok intra-agama. Tujuannya, untuk membangun kesepahaman agar tercipta kehidupan yang harmonis di tengah heterogenitas pemahaman keberagamaan.

Selain itu, Kemenag juga didorong untuk menyiapkan modul atau panduan umum untuk para dai muda. Yakni, dai yang menyuarakan keislaman dan keindonesiaan yang berbasis pada nilai-nilai moderat dengan metode partisipatoris dan responsif terhadap perkembangan dunia digital.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat