Warga Palestina menyalati Ali Abu Alia 13 tahun yang ditembak mati militer Israel pada 5 Desember 2020. | AP/Majdi Mohammed

Geni

Izzatul Islam Berdendang untuk Palestina

Izzatul Islam menyuarakan penderitaan warga Palestina akibat penjajahan Israel yang didiamkan dunia.

Lantunan lagu-lagu dari Izzatul Islam pada penutupan 2020 memuat doa untuk Palestina. Grup nasyid yang sudah 26 tahun berkiprah di industri musik itu menyerukan kepedulian untuk Palestina yang hingga kini masih bergejolak.

Pertunjukan musik bertajuk "Izzatul Islam Orchestra: Langkah Abadi" berlangsung pada Kamis (31/12) petang. Konser virtual tersebut menampilkan lagu-lagu Izzatul Islam dengan aransemen anyar.

Sosok yang meracik aransemen tersebut adalah musisi Dwiki Dharmawan. Dari lokasi terpisah, Dwiki tampil mengiringi Izzatul Islam dengan permainan pianonya yang ciamik. Begitu pula Czech Symphony Orchestra yang beraksi dari Ceska.

Tembang-tembang Izzatul Islam yang juga termuat dalam album baru Langkah Abadi terdengar kian megah dengan balutan orkestra. Kelompok beranggotakan Afwan, Novi, Muji, Fakhri, Falaq, dan Fauzi itu menyapa penonton mulai pukul 19.30 WIB. 

Izzatul Islam biasa tampil dengan vokal diiringi drum, kadang kibor, dan bas. "Sekarang super-istimewa karena kali ini diiringi full orchestra dari Ceska, juga bekerja sama dengan Dwiki Dharmawan," kata Afwan, salah satu personel.

Dengan kombinasi suara merdu para personel, lagu pembuka penuh semangat berjudul "Generasi Harapan" berkumandang. Tembang lain yang dibawakan, yakni "Sang Murabbi", "Bebas Merdeka", "Gaza", "Untukmu Syuhada", serta "Langkah Abadi". 

Sebagian besar lagu bicara tentang Palestina, yang menjadi inspirasi utama Izzatul Islam. Lirik tembang "Duka Palestina", misalnya, memuat empati terhadap penderitaan Muslim di sana. "Dukamu adalah duka kami semua, tangismu adalah tangis kami semua," demikian penggalan liriknya.

Ada satu lagu yang malam itu dianggap sangat istimewa oleh Dwiki Dharmawan. Tembang yang membuat hatinya bergetar berjudul "Al Aqsa". Pembebasan Palestina dan Masjid al-Aqsha adalah harapan kuat yang disuarakan dalam karya.

Liriknya memersuasi agar umat Islam di dunia tidak menutup mata terhadap kondisi al-Aqsha yang masih terimbas konflik Palestina-Israel. Umat diajak bersatu mengayunkan langkah, meluruskan niat, dan menetapkan azzam (kebulatan tekad) untuk menyelamatkan al-Aqsha. 

Dwiki membuat aransemen baru untuk lagu tersebut. Meski belum pernah ke al-Aqsha, dia merasakan gejolak yang ada di sana. "Dengan lagu ini, saya ingin berbuat sesuatu untuk al-Aqsha," ujarnya.

 
Dengan lagu ini, saya ingin berbuat sesuatu untuk al-Aqsha.
 
 

Pada tembang "We Are One, We Are Palestine", Izzatul Islam tampil bersama musisi Andi Fadly Arifuddin. Vokalis grup musik Padi yang kini dikenal dengan nama Padi Reborn itu merasa terhormat bisa menyanyikan lagu penuh makna itu bersama Izzatul Islam.

Sudah lama Fadly berniat untuk berkolaborasi dengan grup nasyid tersebut dan kini akhirnya terwujudkan. Terlebih, lagu yang mereka lantunkan menyiratkan pesan bahwa umat Islam di seantero bumi adalah satu.

Seluruh Muslim adalah saudara bagi satu sama lain, tidak terkecuali dengan Muslim di Palestina. Fadly berharap umat Islam di Indonesia dan di manapun dapat selalu bersatu untuk membela Muslim di Palestina dengan cara masing-masing. 

Menurut dia, lagu tersebut luar biasa, memberi dukungan untuk saudara-saudara di Palestina. "Kayak membangunkan orang-orang bagaimana mencintai Palestina dan membuat saudara Muslim di Palestina tidak merasa sendirian," ujar Fadly.

Izzatul Islam juga berbagi panggung dengan sejumlah musisi. Penyanyi Anisa Rahman melantunkan "Selamat Tinggal Sahabat" dan "Hasbi Rabbi", sementara grup Vocafarabi membawakan "Doa Robithoh", dan "Allah Bersamamu".

Musisi Nafa The Sulthan menampilkan "Di Sini Aku Kembali". Di sela lagu, ada sejumlah tokoh yang menyampaikan harapan soal Palestina, seperti Nurjanah Hulwani, Irwan Rinaldi, Oke Setiadi, Syeikh Nawaf Takruri, Etty Pratiknyowati, dan Ustaz Nasrullah.

Izzatul Islam berharap pertunjukan mereka bisa memberikan manfaat untuk kemaslahatan umat, terutama untuk Palestina. "Semoga pesan kami sampai ke dunia bahwa ini untuk kemerdekaan Palestina, bebasnya masjid suci al-Aqsha," kata Novi, salah satu personel.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat