Warga menjalani tes usap atau swab test di GSI Lab (Genomik Solidaritas Indonesia Laboratorium), Cilandak, Jakarta, Senin (2/11). | ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

Kabar Utama

Presiden: Jangan Teledor

Presiden Joko Widodo tak ingin Indonesia mengalami gelombang kedua seperti di Eropa.

JAKARTA -- Pemerintah mewaspadai munculnya gelombang kedua penularan Covid-19 di Indonesia. Presiden Joko Widodo tak ingin Indonesia mengalami gelombang kedua seperti yang sedang terjadi di sejumlah negara Eropa. 

Jokowi meminta jajarannya agar meningkatkan kehati-hatian dan kewaspadaan dalam menangani pandemi ini. Ia mengatakan, negara-negara di Eropa, seperti Prancis, Italia, Inggris, Jerman, dan Spanyol, sudah mengalami gelombang kedua kenaikan kasus Covid-19. Jumlah kasus naik secara drastis. 

Jokowi mengatakan, kasus di negara-negara Eropa harus menjadi perhatian bagi seluruh pihak di Indonesia. Presiden juga menegaskan agar jajarannya tak teledor dan kehilangan kewaspadaan dalam menghadapi pandemi. “Jadi, jangan sampai kita teledor. Jangan kita kehilangan kewaspadaan sehingga kejadian itu terjadi di negara kita,” kata Jokowi dalam sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (2/11).

Menurut Jokowi, penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia makin menunjukkan adanya perbaikan. Dari laporan yang diterimanya per 1 November, kasus aktif secara nasional tercatat makin menurun dan lebih rendah dari rata-rata dunia.

Indonesia, Jokowi menyebut, memiliki kasus aktif sebesar 13,78 persen. Sedangkan, rata-rata kasus aktif dunia 25,22 persen. "Ini yang terus harus ditekan sehingga angka 13,78 persen ini bisa kita perkecil lagi,” kata Jokowi. 

Selain itu, tingkat kesembuhan secara nasional menunjukkan peningkatan, yaitu sebesar 82,84 persen. Jumlah ini lebih tinggi daripada rata-rata dunia yang sebesar 72 persen. Sayangnya, angka kematian secara nasional masih di atas rata-rata dunia, yakni 3,38 persen. Angka kematian dunia tercatat sebesar 2,5 persen.

Per Ahad (1/11), kasus baru Covid-19 di Eropa berlipat ganda dalam lima pekan terakhir. Kini, Eropa telah mencatatkan total 10 juta kasus. Eropa membutuhkan waktu sekitar sembilan bulan untuk mencatat lima juta kasus Covid-19 pertamanya. Namun, menurut analisis Reuters, lima juta kasus berikutnya dilaporkan dalam waktu di kisaran satu hingga dua bulan. 

Sementara, dalam tujuh hari terakhir, Eropa telah melaporkan lebih dari 1,6 juta kasus baru Covid-19. Prancis, Jerman, dan Inggris telah mengumumkan pemberlakuan karantina nasional yang hampir seketat pembatasan pada Maret dan April. Negara Eropa lainnya, Portugal, memberlakukan karantina sebagian. Sementara Spanyol serta Italia memperketat pembatasan.

Di Tanah Air, terdapat penambahan 2.618 kasus positif Covid-19 per Senin (2/11). Ini adalah kali ketiga penambahan kasus harian Covid-19 di Indonesia berada pada angka 2.000-an, setelah yang terakhir kali sempat tercatat pada 7 September 2020 dengan 2.880 kasus.

Setelah tanggal tersebut, kasus Covid-19 selalu bertambah di atas 3.000 orang per hari. Bahkan, sejak pertengahan September sampai akhir Oktober, penambahan kasus harian di atas 4.000 orang jamak ditemukan. Puncaknya, 4.850 kasus baru dilaporkan pada 8 Oktober 2020. Namun, setelahnya berangsur-angsur grafik penambahan kasus harian Covid-19 melandai. 

Namun, kondisi ini belum membawa kesimpulan bahwa pandemi Covid-19 mulai mereda. Satgas Penanganan Covid-19 sempat menyebutkan, Indonesia masih punya risiko lonjakan kasus setelah libur panjang pada akhir pekan ini. Bila pemeriksaan dan pelacakan dilakukan secara konsisten, potensi lonjakan kasus tetap ada. 

Turunnya jumlah kasus baru sejalan dengan menurunnya kapasitas pemeriksaan spesimen. Satgas Penanganan Covid-19 merilis, jumlah spesimen yang diperiksa per 2 November pukul 12.00 WIB sebanyak 26.661 spesimen. Angka tersebut jauh di bawah kemampuan pemeriksaan pada Sabtu (31/10) yang mencapai 29.001 spesimen atau kapasitas testing pekan lalu yang masih di atas 30 ribu spesimen per hari. 

Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan, jumlah pemeriksaan spesimen terus meningkat. Per Oktober, jumlah rata-rata pemeriksaan mencapai 38.575 per hari.

Sementara pada Juni, kata dia, pemeriksaan mencapai 16.017 per hari. Kendati demikian, ia mengakui ada penurunan pemeriksaan spesimen dalam beberapa hari terakhir. "Pemeriksaan spesimen beberapa hari terakhir turun karena liburan. Namun, secara keseluruhan, sudah menggembirakan," kata Doni saat menjadi pembicara dalam Rakornas KPI 2020, kemarin. 

Terkait perkembangan pandemi global, Doni menyebut sejumlah negara telah mengalami tiga kali gelombang Covid-19. "Secara global, banyak negara mengalami angka peningkatan kasus. Dan beberapa negara Eropa sedang mengalami gelombang kedua," ujar Doni.

Pakar epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono berharap pemerintah terus meningkatkan kemampuan pemeriksaan Covid-19. Jangan sampai, kata dia, jumlah kasus turun karena berkurangnya jumlah pemeriksaan.

"Testing di Indonesia sangat terbatas. Kalau spesimen yang dites dikurangi, ya berkurang semuanya. Jadi, belum tentu karena kasusnya menurun," kata Pandu. 

Ia mengatakan, banyak peristiwa dan momen yang mungkin bisa meningkatkan kasus Covid-19, seperti aksi demonstrasi UU Cipta Kerja hingga libur panjang pada pekan lalu. Apalagi, menurut Pandu, massa demonstran UU Ciptaker mayoritas merupakan anak muda yang mungkin terinfeksi, tapi tidak menunjukkan gejala. 

"Jika orang-orang tanpa gejala tidak mengikuti tes, tidak ada yang tahu penularan virus ini. Dampaknya, penularan Covid-19 jadi lebih banyak dan tidak akan bisa diputus," katanya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat