Adiwarman Karim | Daan Yahya | Republika

Analisis

Maulid Ekonomi Islam

Indonesia sangat berpotensi mengulangi kejayaan ekonomi Islam.

OLEH ADIWARMAN A KARIM

Inilah bulan lahirnya ekonomi Syariah 15 abad yang lalu. Lahir di pusat bisnis kaum Quraisy dengan budaya bisnis yang sangat kental. Para ahli tafsir, al-Thabari, Ibn Katsir, Zamakhsyari, menjelaskan kaum Quraisy tidak mengenal musim. 

Di musim dingin mereka berbisnis ke utara, yaitu Suriah, Turki, Bulgaria, Yunani, dan sebagian Eropa timur. Di musim panas mereka berbisnis ke selatan, seputar Yaman, Oman, atau bekerja sama dengan para pedagang Cina dan India yang singgah di pelabuhan internasional Aden, Yaman.

Di sanalah pertemuan jalur perdagangan dunia antara Timur Jauh dan Barat. Di darat, jalur perdagangan dari India melalui Asia Tengah kemudian ke Iran, Irak, dan Laut Tengah. Begitu pun jalur laut, melalui Teluk Arab dan sekitar jazirah ke Laut Merah.  Mengambil kesempatan dalam kesempitan persaingan dua kekuatan ekonomi besar, Romawi dan Persia.

Kemajuan ekonomi Arab pra-Islam ini juga menimbulkan banyak praktik menyimpang. Pertama, kekuatan kapital besar menghilangkan posisi tawar buruh, sehingga menimbulkan perbudakan. Kedua, kekuatan kapital besar juga menekan posisi tawar mereka yang memerlukan likuiditas, sehingga menimbulkan praktik riba. Ketiga, kekuatan kapital besar juga menekan pebisnis kecil dengan syarat-syarat bisnis yang tidak wajar dan berimbang, sehingga menimbulkan praktik gharar.

 
Kekuatan kapital besar seperti biasanya, menimbulkan banyak penyimpangan. 
 
 

Mirip dengan keadaan Indonesia saat ini, terjepit dalam persaingan AS dan Cina. Menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia di klub elite negara-negara G-20. Kekuatan kapital besar seperti biasanya, menimbulkan banyak penyimpangan. 

Dalam situasi itulah, Rasulullah SAW dan Khulafa Rasyidin RA, memperkenalkan ekonomi Islam. Mempertahankan yang baik dan mengikis habis berbagai penyimpangan ekonomi. Hasilnya, Islam muncul sebagai kekuatan baru seiring dengan redupnya kejayaan Persia dan Romawi. Ekonomi yang yang mendahulukan akhlak daripada kecurangan, mendahulukan berkah daripada keuntungan, mendahulukan kesepakatan daripada pemaksaan.

Ekonomi Islam yang dibawa Rasulullah SAW dan Khulafa Rasyidin RA mulai mengalami pergeseran di zaman Bani Umayah, kecuali di zaman Umar bin Abdul Aziz. Ekonomi maju sangat pesat dengan tiga catatan.

Pertama, wilayah-wilayah yang dibebaskan dari Persia dan Romawi diberikan kepada keluarga Bani Umayah. Terjadi penumpukan kekuatan ekonomi yang luar biasa. Bahkan terjadi penyimpangan yang lebih parah, yaitu pengambilan lahan secara tidak sah oleh kekuatan yang berkuasa.

Kedua, pilih kasih. Bani Umayah lebih utama daripada Arab lainnya, dan Arab lebih utama daripada non-Arab. Ketiga, sikap represif kepada lawan politik.  Inilah sebab runtuhnya Bani Umayah. Negara manapun, termasuk Indonesia, akan runtuh bila ketiga hal ini merajalela.

Tiga hal ini diperparah dengan sikap sebagian kecil ulama yang malah membenarkan penyimpangan pemerintah. Akbar Shah Najeebabadi, ahli sejarah Islam, dalam bukunya The History of Islam menjelaskan ada 40 ulama istana yang meyakinkan Yazid bin Abdul Malik bahwa apapun yang khalifah lakukan tidak akan dimintai pertanggungjawaban dan tidak pula dihukum.

Dengan merangkul kekuatan non-Arab, dan memanfaatkan kelengahan Bani Umayah yang sibuk menekan seteru lama mereka yang telah mengkristal menjadi kaum Rafidah, Bani Abbasiyah akhirnya berhasil mengambil alih pemerintahan.

 
Koehler menjelaskan praktek bisnis Islam itu kemudian diadopsi di Venesia, Genoa, dan kota-kota bisnis Eropa lainnya.
 
 

Di zaman Bani Abbasiyah, perekonomian, ilmu dan kebudayaan maju sangat pesat bahkan dikenal sebagai The Golden Age of Islam. Khalifah Abu Jafar Abdullah bin Muhammad Al Mansur membantu Dinasti Tang memadamkan pemberontakan An Lushan, dan sejak itu pengaruh Islam di Cina semakin kuat. Itu sebabnya Bani Abbasiyah dikenal sebagai Khalifah Timur karena menguasasi belahan timur dunia.

Bani Umayah yang terpinggirkan menyingkir ke Spanyol dan mendirikan pemerintahan Khalifah Barat yang menguasai belahan barat dunia. Bani Mamluk yang mengisi kekosongan yang ditinggalkan Bani Umayah di Mesir, menguasai Afrika. Bani Fatimiyah pun disingkirkan Bani Mamluk dari Mesir, membangun pemerintahannya di Sisilia Italia. Sejak itu pengaruh Islam di Eropa semakin kuat.

Benedikt Koehler, peneliti Institute of Economic Affairs London, dalam bukunya Early Islam and the Birth of Capitalism bahkan menjelaskan kapitalisme lahir di bumi Arab; bukan di Italia, karena kapitalisme Eropa baru berkembang di abad Pertengahan. Sedangkan di zaman Persia dan Romawi kekuatan ekonomi berada di tangan raja-raja. Koehler menjelaskan praktik bisnis Islam itu kemudian diadopsi di Venesia, Genoa, dan kota-kota bisnis Eropa lainnya.

Kekuatan ekonomi Khalifah Barat dan Khalifah Timur akhirnya meredup dengan tiga catatan. Pertama, banyak perang saudara memperebutkan kekuasaan. Al Amin dan Al Makmun di Khalifah Timur. Hisyam II al Muayad dan Abu Amir al Mansur di Khalifah Barat. Kedua, pilih kasih. Kekuasaan politik dan ekonomi hanya berputar dalam dinasti keluarga istana. Ketiga, diamnya orang baik.

 
Indonesia akan memiliki bank syariah level dunia dengan melebur semua bank syariah milik negara menjadi satu bank syariah raksasa.
 
 

Tidak jarang orang yang berpandangan lain dihadapkan pada dua pilihan, ditekan secara politik dan ekonomi bila tetap berseberangan, atau diberi jabatan bila mau mendukung. Akibatnya, orang lebih banyak memilih diam kecuali para ulama yang terus menghasilkan karya-karya besar.   

Negara manapun, termasuk Indonesia, akan runtuh bila ketiga hal ini merajalela. Indonesia sangat berpotensi mengulangi kejayaan ekonomi Islam. Indonesia akan memiliki bank syariah level dunia dengan melebur semua bank syariah milik negara menjadi satu bank syariah raksasa.

Pengembangan industri produk halal, industri keuangan syariah, dana sosial syariah, serta pengembangan kegiatan usaha syariah menjadi langkah awal menuju kebangkitan ekonomi Islam. Belajarlah dari perjalanan panjang ekonomi Islam. Ambil yang baik, kikis habis penyimpangan yang meruntuhkannya karena suatu bangsa akan runtuh walaupun ekonominya maju pesat.

Pada bulan Safar 11 Hijriah Rasulullah SAW berziarah ke Gunung Uhud dan mendoakan para syuhada yang dikubur di sana. Rasulullah SAW berpesan kepada yang hadir, “Kepadaku telah diserahkan kunci-kunci kekayaan dunia. Demi Allah, aku tidak kawatirkan kalian akan musyrik setelahku. Akan tetapi aku khawatir kalian akan berlomba-lomba mendapatkan dunia!”

Di kegelapan malam Rasulullah SAW berziarah ke Baqi dan bersabda, “Wahai ahli Baqi, keselamatan atas kalian. Allah telah menyelamatkan kalian dari fitnah yang susul menyusul. Fitnah yang akhir lebih buruk dari yang awal. Keselamatan atas  penduduk negeri kaum Mukmin dan Muslim.”

Tiga hari menjelang wafat, Rasulullah SAW bersabda, “Berbaik sangkalah kalian kepada Allah! Berbaik sangkalah kalian kepada Allah! Semoga Allah melimpahkan rahmat atas mereka yang mendahului kami. Dan kami, Insya Allah, akan menyusul kalian.”

Assalamu alaika ya Rasulullah, assalamu alaika ya Habiballah.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat