Pekerja beraktivitas di Lab Biologi Molekuler di pabrik vaksin Sinovac di Beijing, Kamis (24/9). SinoVac, salah satu perusahaan farmasi China yang memproduksi kandidat vaksin Covid-19. | AP Photo / Ng Han Guan

Nasional

Rombongan MUI Dikarantina di Cina

Perwakilan MUI ke Cina bersama rombongan pemerintah melihat kehalalan vaksin Covid.

JAKARTA – Perwakilan Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan berangkat ke Cina untuk meninjau kehalalan vaksin Covid-19 pada Kamis (15/10). Sebelum masuk ke Beijing, Cina, untuk melihat vaksin Covid-19, rombongan MUI akan dikarantina selama 14 hari.

“Komisi Fatwa MUI besok (hari ini—Red) berangkat (ke Cina). Selama 14 hari karantina di Cina. Aturan di Cina begitu, karantina sebelum masuk Beijing,” kata Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorun Niam Sholeh, melalui pesan singkat kepada Republika, Rabu (14/10).

Dihubungi terpisah, Ketua Komisi Fatwa MUI KH Hasanuddin AF mengatakan, Komisi Fatwa MUI sudah memberi mandat kepada anggota untuk mewakili MUI berangkat ke Cina melihat kehalalan vaksin Covid-19. Perwakilan MUI akan ke Cina bersama dengan rombongan dari pemerintah.

Mereka yang akan berangkat ke Cina rencananya seorang perwakilan dari Komisi Fatwa MUI dan perwakilan dari Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) MUI. Kemudian, ada perwakilan dari Bio Farma yang akan menyertai perwakilan MUI ke Cina untuk melihat kehalalan vaksin Covid-19.

“Mungkin ada juga (yang ke Cina) mewakili pemerintah (Indonesia),” kata Kiai Hasanuddin saat dihubungi Republika.

photo
Seorang pekerja melewati logo di luar pabrik vaksin Sinovac di Beijing, Kamis (24/9). Sinovac, adalah salah satu perusahaan yang menjalin kerja sama pengembangan vaksin dengan Indonesia. - (AP Photo / Ng Han Guan)

Pada akhir pekan lalu, 9-10 Oktober, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bertemu Anggota Dewan Negara dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi. Salah satu agenda pertemuan itu, yakni memfinalisasi kerja sama terkait vaksin Covid-19 yang sebelumnya dijajaki Menteri BUMN dan Menteri Luar Negeri (Menlu).

Menlu Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya telah melakukan kunjungan ke sejumlah negara di Asia untuk mengamankan jatah vaksin Covid-19. Pada Agustus lalu mereka mengunjungi Uni Emirat Arab (UEA) setelah sebelumnya melakukan pertemuan resmi dengan Menlu Cina Wang Yi. 

Dalam pertemuan di UEA, Indonesia menjalankan kerja sama pengadaan vaksin dengan perusahaan G24 yang menjalankan uji coba vaksin dari perusahaan Cina, Sinopharm. Indonesia juga sudah bekerja sama dengan Cina terkait pengembangan vaksin dari perusahaan Sinovac dan dengan Korea Selatan untuk pengembangan vaksin perusahaan Genexine.

Terpisah, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengatakan, progres pengembangan vaksin Merah Putih sudah mencapai 55 persen dari skala laboratorium. Eijkman berencana mulai melakukan uji praklinik kandidat vaksin itu kepada hewan pada November 2020 jika semua berjalan lancar.

“Sehingga, nanti akhir tahun sudah selesai dan awal tahun bisa diserahkan ke Bio Farma,” kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio, Rabu (14/10). 

Amin menuturkan, diharapkan, pada awal 2021 Eijkman dapat menyerahkan bibit vaksin Merah Putih tersebut kepada PT Bio Farma yang akan memformulasikan bibit vaksin agar bisa disiapkan untuk uji klinis pada manusia.

Eijkman mengembangkan vaksin dengan platform subunit protein rekombinan. Antibodi yang dihasilkan setelah vaksinasi akan bekerja untuk mencegah terjadinya penempelan virus pada sel manusia dan pelepasan materi genetik virus ke dalam sel manusia. 

Eijkman menggunakan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang bersirkulasi di Indonesia sebagai dasar informasi genetik untuk pengembangan vaksin Merah Putih itu. Eijkman melakukan amplifikasi gen penyandi protein S dan N dari virus SARS-CoV-2 isolat Indonesia. 

Kemudian, dilakukan transfer gen S dan N dari vektor pembawa ke vektor ekspresi galur sel mamalia. Saat ini, menunggu sel-sel mamalia tersebut menghasilkan antigen berupa protein rekombinan yang diharapkan. Amin mengatakan, biaya produksi dari pengembangan vaksin dengan platform subunit protein rekombinan juga relatif rendah. 

Berharap Keampuhan Vaksin

Sampai saat ini, belum ada pihak pemroduksi dari negara manapun yang menyampaikan berapa lama kandidat vaksin Covid-19 buatannya bisa memberikan kekebalan dalam tubuh. Semua masih tahap uji klinis. Namun, harapan dunia telanjur tertumpu pada vaksin yang diharapkan bisa mengakhiri pandemi ini.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, hasil uji klinis vaksin Covid-19, seperti Sinovac dan vaksin Merah Putih masih dikembangkan dan belum ada informasi efektivitasnya. “Kita baru akan tahu aman dan efektif apabila hasil uji klinisnya sudah selesai dan disampaikan begitu adanya,” kata dia, Rabu (14/10).

Oleh karena itu, Wiku meminta, selama belum ada vaksin Covid-19 yang terbukti efektif, masyarakat wajib melakukan protokol kesehatan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Karena hanya itulah cara paling ampuh yang bisa dilakukan untuk mengurangi penularan.

Di belahan dunia lainnya, seorang pria di Amerika Serikat yang dua kali terinfeksi Covid-19 menunjukkan, masih banyak yang harus dipelajari tentang respons imun. Kejadian ini juga menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas vaksinasi.

Pria berusia 25 tahun dari Reno, Nevada, dinyatakan positif pada April setelah menunjukkan gejala ringan, kemudian jatuh sakit lagi pada akhir Mei dengan serangan yang lebih serius, menurut laporan kasus di jurnal medis Lancet Infectious Diseases.

Para ilmuwan mengatakan, meski insiden infeksi ulang yang diketahui tampak langka dan pria Nevada itu sekarang telah pulih, kasus seperti itu mengkhawatirkan. Kasus reinfeksi terisolasi lainnya telah dilaporkan di seluruh dunia, termasuk di Asia dan Eropa.

Di Belanda, National Institute for Public Health mengonfirmasi, pada Selasa (13/10) seorang wanita Belanda berusia 89 tahun yang menderita kanker sumsum tulang yang langka, baru-baru ini, meninggal setelah tertular Covid-19 untuk kedua kalinya. Media Belanda mengatakan, ini adalah kasus kematian pertama yang diketahui di seluruh dunia setelah reinfeksi virus korona.

“Semakin jelas bahwa infeksi ulang mungkin dilakukan, tetapi kami belum dapat mengetahui seberapa umum hal ini akan terjadi,” kata Simon Clarke, pakar mikrobiologi di Universitas Reading Inggris, dilansir Reuters, Rabu (14/10).

“Jika orang dapat terinfeksi kembali dengan mudah, itu juga dapat berdampak pada program vaksinasi serta pemahaman kita tentang kapan dan bagaimana pandemi akan berakhir,” tambah Simon.

Brendan Wren, profesor vaksinologi di London School of Hygiene & Tropical Medicine, mengatakan, kasus Nevada adalah contoh infeksi ulang kelima yang dikonfirmasi di seluruh dunia. Menurutnya, temuan yang menunjukkan kemungkinan untuk terinfeksi kembali oleh SARS-CoV-2 memperlihatkan bahwa vaksin Covid-19 mungkin tidak sepenuhnya melindungi.

“Namun, mengingat (lebih dari) 40 juta kasus di seluruh dunia, contoh kecil dari infeksi ulang ini kecil dan tidak boleh menghalangi upaya untuk mengembangkan vaksin,” kata Wren.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat