Generasi millenial diajak peduli isu lingkungan hidup. | Republika/Prayogi

Khazanah

Millenial Penentu Masa Depan Kebudayaan Islam

Generasi millenial harus memahami sejarah dan ajaran Islam dengan komprehensif.

 

JAKARTA -- Wakil Menteri Agama (Wamenag), KH Zainut Tauhid Sa'adi mengatakan bahwa masa depan kebudayaan Islam dihadapkan pada tantangan millenial. Karenanya diperlukan upaya untuk merevitalisasi agar tetap relevan dengan perkembangan zaman.

"Kementerian Agama mendapatkan amanat untuk melestarikan seni budaya Islam di Indonesia guna mempertahankan nilai-nilai seni budaya Islam," kata Kiai Zainut saat menutup Islamic Short Movie Award bertajuk 'Jejak Wali Nusantara' di Jakarta, Rabu (24/9).

Menurut Wamenag, setidaknya ada lima program yang menjadi ikhtiar Kemenag dalam melestarikan budaya Islam. Pertama, menyelenggarakan Festival Seni Budaya Islam. Ini merupakan program pelestarian dan pengembangan kebudayaan guna memperkokoh ketahanan budaya bangsa. 

"Festival Seni Budaya Islam menjadi salah satu sarana komunikasi penting dalam pelestarian budaya," ujarnya.

Kedua, membina seniman dan budayawan Muslim. Tujuannya meningkatkan keterlibatan mereka dalam menjaga ketahanan budaya Islam di Indonesia. Ini antara lain dilakukan dengan mengadakan temu konsultasi dengan para seniman dan budayawan Muslim.

Ketiga, menyelenggarakan seminar dan workshop seni budaya Islam bagi para generasi muda. Ini menjadi sarana menyampaikan informasi seni budaya Islam di Indonesia sekaligus melatih generasi muda terkait kesenian Islam.

"Beberapa tahun terakhir, Kemenag juga menyelenggarakan Lomba Video Pendek guna mengajak para generasi muda untuk ikut melestarikan khazanah seni budaya Islam di Indonesia," kata Wamenag.

Yang keempat, melakukan pendataan para seniman, budayawan, lembaga seni, sanggar seni, dan berbagai jenis alat kesenian Islam yang ada di setiap kabupaten/ kota. Kelima, mengingat, menggali, membina dan mengembangkan bentuk-bentuk seni yang lahir, hidup, dan berkembang di masyarakat.

Peran serta masyarakat melalui pelaku kesenian harus terus diberdayakan agar keragaman yang berkembang di masyarakat yang mengandung nilai budaya, kearifan lokal, dan mencerminkan karakter bangsa dapat berguna bagi generasi muda. Kemenag melalui program Bantuan Seni Budaya Islam, mencoba membantu dan memfasilitasi pelaksanaan kegiatan kesenian dalam rangka mendorong peran serta pelaku kesenian dalam meningkatkan kreativitas dan produktivitasnya.

Masa depan kebudayaan Islam kini tergantung pada generasi millenial yang sedang tumbuh dan melewati masa remajanya. Kebangkitan kelas menengah Muslim saat ini berada di puncaknya. 

"Generasi millenial agaknya sangat kreatif, inovatif, namun kadang egoistik. Kebangkitan generasi millenial akan turut mewarnai masyarakat Islam di Indonesia. Untuk menghidupkan kebudayaan Islam, generasi muda harus diberitahu bahwa Islam bukan agama ritual," ujarnya.

Islamic Short Movie Award ini adalah kompetisi yang melibatkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Lembaga Sensor Film (LSF), praktisi penyiaran, budayawan, dan seniman sebagai dewan juri. Kegiatan ini digelar Ditjen Bimas Islam Kemenag. Ada 48 video yang dinilai dan merupakan hasil seleksi di tingkat Kanwil Provinsi, penilaian berlangsung 16-18 September 2020.

 

Film religi

photo
Novelis Asma Nadia berpose untuk Harian Republika di sela-sela kegiatan Workhsop Kepenulisan pada gelaran Festival Republik 2019, di Masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Ahad (29/12). - (Thoudy Badai_Republika)

Penulis Novel, Asma Nadia mengatakan, film religi bersifat luas, tidak harus dengan wanita berjilbab dan pria dengan celana cingkrang serta janggut. Hal ini ia sampaikan dalam acara diskusi webinar Film Horor dan Religi dalam perspektif Agama pada Kamis (24/9).

"Film religi luas, tidak harus wanita berjilbab, laki-laki gak harus cingkrang dan berjaggut. Yang penting film religi memiliki pesan yang membuat lebih baik," kata Asma.

Yang paling terpenting pesan dalam film religi dapat mencerahkan bagi para penontonnya. Selain itu juga tidak keluar dari koridor islam. "Punya pesan mencerahkan, ada dalam koridor islam, dan tidak keluar dari koridor islam, buat saya film itu universal," kata dia.

Saat ini karya Asma Nadia yang sudah diterbitkan mencapai hingga 60 buku. Novel pertamanya yang diangkat ke layar lebar yakni Emak Ingin Naik Haji pada 2009 lalu. Terdapat banyak judul film yang diadaptasi dari Novel karyanya di antaranya, Rumah Tanpa Jendela, Surga yang Tak Dirindukan, Assalamualaikum Beijing.

"Saya beruntung alhamdulillah, bagi saya menulis berjuang, tanggung jawab menyuarakan hal-hal, kepada mereka yang gak sampai, banyak persoalan, saya sudah komitmen menulis sebagai kerja jadi ibadah," kata dia.

Asma Nadia kerap bekerja sama dengan Pendiri MD Entertainment, Manoj Punjabi dalam pembuatan novelnya yang diangkat ke layar lebar. Manoj mengatakan, film Indonesia saat ini tidak kalah bersaing dengan film dari luar negeri.

Manoj mengungkapkan, market share film Indonesia terus mengalami peningkatan di antara film luar lainnya. Dia mengatakan, cerita film religi ada yang diangkat ke layar lebar dan televisi. Untuk cerita yang diangkat ke layar lebar, menurutnya harus dengan cerita yang berbeda dari biasanya.

Dia pun kerap mengangkat cerita dari novel untuk diangkat ke layar lebar. "Saya suka angkat based on novel, karena kalau sudah buku terjual 100 ribu itu sudah dibaca 200 ribu orang. Sudah ada fanbase sehingga yakin, tidak meraba-raba," kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat