Masjid Raya Sabilal Muhtadin mengadakan shalat berjamaah dengan tetap mengikuti protokol kesehatan masa pandemi Covid-19 | ANTARA/Bayu Pratama S

Khazanah

DMI dan BPKH Bagikan Disinfektan ke 3.000 Masjid

Masjid harus mematuhi kebijakan PSBB pemerintah daerah.

 

 

JAKARTA -- Pengurus masjid besar di Jakarta membatasi seluruh aktivitas keagamaannya mengingat kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang kembali menerapkan kebijakan Pembatasan Berskala Besar (PSBB). Selama PSBB, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegaskan, masjid raya harus ditutup. Hanya tempat ibadah  di pemukiman warga yang diizinkan untuk beroperasi dengan ketentuan 50 persen jamah. 

Pengurus DKM At-Tin, Jakarta, Ustaz Karnali mengatakan, sampai saat ini kegiatan keagamaan di masjid At-Tin masih seperti biasa. "Sejak diperbolehkan kita menggelar shalat Jumat berjamaah sesuai dengan protokol kesehatan," kata dia  saat dihubungi, Ahad (13/9). 

Setelah ada kepastian dari pemerintah, Ustaz Karnali menegaskan, pihaknya akan menyesuaikan peraturan tersebut. Dia menjelaskan, Masjid Agung At-Tin  tak akan menggelarkan shalat Jumat dan tidak menggelar shalat lima waktu berjamaah. Meski demikian, DKM tetap akan mengumandangkan adzan sebagaimana waktu datangnya shalat. "Shalat lima waktu tetap kita ada adzan, kita shalat bagi karyawan saja," kata dia.

Ustaz Karnali mengatakan, untuk mempertegas dukunga  At-Tin taat terhadap kebijakan pemerintah dalam memerangi Covid-19, DKM akan memasang spanduk masjid tersebut tidak menggelar shalat lima waktu berjamaah dan Shalat Jumat.  

Sekretaris Dewan Kemakmuran Masjid Agung Sunda Kelapa Ustaz Pangeran mengatakan, pihaknya akan ikut arahan dari pemerintah DKI Jakarta dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).  Seperti ketika PSBB pertama kali dilakukan, dia menjelaskan, Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) meniadakan aktivitas kegiatan shalat berjamaah, shalat Jumat dan layanan peribadatan lainnya."Ketika PSBB transisi barulah di Masjid Agung Sunda Kelapa kita buka dan itupun protokolnya sangat ketat," kata dia. 

Ia mencontohkan,  kapasitas masjid hanya dipakai di bawah 20 persen. Menurut dia, DKM MASK benar-benar menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat dengan memberi jarak ke samping dan belakang sampai dua meter."Jadi antara satu orang dengan yang lainnya itu diberi jarak yang cukup panjang untuk menghindari transmisi virus," kata dia. 

Upaya lain yang juga dilakukan DKM MASK dalam memutus mata rantai virus korona adalah tidak menggunakan penyejuk udara. Para jamaah juga wajib membawa sejadah dan mengenakan masker. Untuk jamaah yang tidak menggunakan masker tidak diperkenankan shalat di masjid."Hand sanitizer disediakan di berbagai tempat-tempat yang mudah terjangkau oleh jamaah," kata dia.

Selain itu DKM MASK  meminta jamaah berwudhu di rumah sehingga memperkecil kontak antara satu dengan yang lainnya, termasuk dengan keran air MASK. Terkait rencana penerapan PSBB, DKM MASK akan menutup masjid untuk umum pada Senin (14/9). Ustaz Pangeran memastikan, meski masjid tidak dibuka untuk umum,  jamaah tetap dapat mengikuti kegiatan keagamaan melalui siaran radio dan media sosial milik MASK.

Ketua Timnas Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 DMI, Tatang Hidayat mengatakan, pihaknya mengimbau agar pelaksanaan sholat Jumat dapat dilakukan di mushala terdekat apabila jamaah di masjid sudah memenuhi ruangan. Hal ini untuk menghindari jamaah sholat di luar masjid seperti di jalan-jalan. "DMI concern, mata rantai covid-19 harus diputus, dan ini butuh kedisiplinan," kata dia.

Bantuan alat semprot

photo
Salah satu keindahan Masjid Raya Sabilal Muhtadin ialah sisi interiornya yang menampilkan kesan megah sekaligus nyaman - (Kementerian Agama RI)

Dewan Masjid Indonesia (DMI) bekerja sama dengan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) membagikan alat semprot disinfektan ke tiga ribu lebih masjid di wilayah DKI Jakarta, pada Ahad (13/9). Dalam kesempatan ini, hadir ketua Umum DMI, Jusuf Kalla di Masjid Sunda Kelapa Jakarta.

"DMI masih melanjutkan yang dahulu sudah disemprotkan disinfektan. Agar terus berlanjut, maka bisa dilakukan semprotan secara mandiri," kata Sekretaris Jenderal DMI, Imam Addaruqutni, kemarin.

 

 

DMI masih melanjutkan yang dahulu sudah disemprotkan disinfektan. Agar terus berlanjut, maka bisa dilakukan semprotan secara mandiri

 

IMAM ADDARUQUTNI, Sekretaris Jenderal DMI
 

Imam menjelaskan, DMI membagikan alat semprot disinfektan karena kebanyakan masjid harus menelan biaya lebih mahal akibat menggunakan jasa vendor untuk melakukan penyemprotan. Padahal, kasus Covid-19 masih mengalami gejala kenaikan. Terlebih, adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta yang diumumkan gubernur DKI, kemarin. 

Dia mengungkapkan, hampir 4.000 alat semprot disinfektan diberikan untuk 3.000 lebih bangunan masjid di seluruh wilayah ibu kota. Menurut dia, para pengurus masjid  dapat melakukan penyemprotan secara mandiri untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19. "Tadi hanya simbolis di Masjid Sunda Kelapa. Pak Jusuf Kalla menyerahkan kepada pimpinan  DMI, Ketua DKM," ucap Imam.

Imam berharap tidak ada kasus yang berasal dari klaster masjid. Untuk itu, antisipasi dapat dilakukan dengan melakukan penyemprotan disinfektan secara mandiri dan berkelanjutan.  DMI juga mengajak kepada jamaah masjid untuk tetap menjaga kebersihan. Dia mengimbau para jamaah agar sholat di masjid atau mushola yang terdekat dengan rumahnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat