Sejak zaman Volksraad, celetukan selama sidang ternyata sudah ada.
Tabrani menyebut Volksraad sebagai “badan perwakilan yang bukan badan perwakilan”.
Pada 1938 inilah Thamrin dan Tabrani bekerja sama memperjuangkan penggunaan bahasa Indonesia di Gemeenteraad van Batavia.
Bupati Serang Djajadiningrat mengusulkan penggunanan bahasa Melayu di sidang Volksraad pada 1918.
Pemerintah menjanjikan gaji 600 gulden per bulan untuk kepala Layanan Stenografi Volksraad.
Dwidjosewojo membuat geger Budi Utomo karena dua hal.