Melalui ‘Demokrasi Kita’, wakil presiden pertama RI ini menyampaikan kritik dan sekaligus solusi.
Regresi demokrasi di Indonesia tidak hanya terkait dengan kemungkinan perubahan sistem pemilihan.
Perilaku pemilih yang emosional cenderung lebih mudah dipengaruhi melalui penggunaan kecerdasan buatan (AI).
Kemajuan AI berpotensi mengambil taktik disinformasi di masa lalu.
Wawasan pemilu untuk merawat kemajemukan Indonesia menjadi sangat strategis.
Politik menjadikan umat hanya berpikir jangka pendek.
Cita-cita dan moralitas berpolitik, itulah karakter jiwa negarawan, bukan sekadar politikus.
Meski sudah seperempat abad berdemokrasi, kita masih terkesan kehilangan orientasi terhadap masa depan.
Demokrasi masih rawan, jika perkembangan ekonomi mengalami hambatan.
Membangun demokrasi dapat dilakukan lewat berbagai ruang, termasuk pendidikan.
Sistem demokrasi saat ini membuat biaya politik menjadi tinggi dan berdampak pada lahirnya tindakan korupsi.
Ekonomi negara lebih buruk pada masa demokrasi. Ini alasan mereka ogah dengan demokrasi.