Ilustrasi penanganan tumpahan minyak ke lautan. | Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO

Jakarta

Tumpahan Minyak di Kepulauan Seribu Terus Bertambah

Pertamina masih menyelidiki kasus tersebut.

 

MUHAMMAD UBAIDILLAH

 

JAKARTA – Suku Dinas Kepulauan Seribu akan menindaklanjuti lebih lanjut terkait tumpahan minyak mentah yang mengotori sepanjang pesisir pantai bagian selatan Pulau Pari. Kasudin LH Kepulauan Seribu, Djoko Rianto Budi Hartono, memaparkan, ada sebanyak 380 kantong terkumpul sebelumnya. Namun, pada pukul 11.00 WIB bertambah 90 kantong.

"Nah, tadi siang ada penambahan kurang lebih sekitar 90 kantong, totalnya 470 kantong yang terkumpul," kata Djoko saat di hubungi, Rabu (12/8).

Djoko mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi kepada PT Pertamina (Persero) di wilayah Jakarta Utara. Namun, jawaban pihak PT Pertamina (Persero), tidak ada kebocoran saat penyaluran pembuangan minyak.

"Kemungkinkan itu tumpahan lama yang tadinya mengendap terus kena turbulensi arus jadi naik ke permukaan laut atau ada kapal yang memang sengaja membuang sisa pengurasan sisa minyak ke laut," ujar dia.

Pihaknya sejauh ini masih menyelidiki kasus tersebut agar bisa ditangani, karena jika terus terjadi akan berdampak pada pencemaran lingkungan di laut. Salah satunya, dengan memanggil sejumlah perusahaan di sekitar daerah tumpahan minyak.

Pihaknya juga masih menunggu beberapa laporan agar kasus tersebut lekas ditangani. Saat ini, ia fokus pada penanganannya dahulu. Setelah terkumpul laporan tersebut, baru akan ada pengajuan surat untuk pengaduan ke KLHK.

Lurah Pulau Pari, Mahtum, mengatakan, masyarakat bersama petugas Sudin LH dan PT Pertamina masih membersihkan tumpahan minyak. Dia melanjutkan, tidak ada terget sampai kapan proses tersebut dilakukan. Ia berharap, secepatnya bisa selesai. 

"Kalau akhir pekan kan banyak wisatawan, enggak enak kalau ada berita begini (tumpahan minyak di Pulau Pari). Wisata pantai kan keindahan dan kesejukannya (yang dinikmati)," kata Mahtum.

Mahtum tidak tahu persis sumber minyak mentah tersebut. Hal ini masih harus diteliti ulang karena tidak bisa hanya dugaan. "Kita kan enggak boleh menduga-duga kalau seperti ini. Tunggu hasil penelitian laboratorium," kata dia.

Sementara itu, juru kampanye Greenpeace Indonesia, Arifsyah Nasution, menjelaskan, banyak dugaan terkait penyebab tumpahan minyak tersebut. Jika jenis minyak mentah yang tumpah sama dengan apa yang terjadi di Karawang pada 2019 lalu, bisa jadi itu merupakan sisa minyak yang tidak terangkut. 

Namun, apabila jenis minyak yang ada berbeda, bisa jadi tumpahan atau sisa minyak dari kapal. Perlu dilihat dan diteliti lebih lanjut sehingga penyebab tumpahan minyak yang sering terjadi di Kepulauan Seribu bisa terpecahkan. 

"Dugaan terbesar kalau minyaknya mentah, belum melalui proses apa pun maka sisa kebocoran sumur (YYA-1) tahun lalu," kata Arifsyah. 

Arifsyah menjelaskan, sumur-sumur PT Pertamina harus dicek dan dievaluasi ulang pihak terkait, khususnya Kementerian ESDM. Karena banyak sumur eksplorasi sudah berumur tua sehingga peluang terjadinya kebocoran sangat besar.

VP Relations Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya membantah tumpahan minyak berasal dari sumur Pertamina. Dia mengatakan, sampai saat ini, sumur YYA-1 yang pernah bocor dipastikan dalam kondisi aman. Bahkan, hingga saat ini, sumur tersebut masih ditutup dan belum ada kegiatan. 

"Sumur YYA-1 sudah ditutup sejak September 2019. Lalu, Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut telah menutup status darurat penanggulangan tumpahan minyak anjungan YYA-1 PHE ONWJ Juli 2020. Sehingga, kami pastikan sudah aman," kata Ifki.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat