Warga Lebanon membawa poster dalam aksi unjuk rasa pascaledakan di Lebanon, Sabtu (8/8) | EPA-EFE/Nabil Mounzer

Internasional

Menteri dan Petinggi Lebanon Mundur

Enam anggota parlemen juga mundur sebagai bentuk protes terhadap Pemerintah Lebanon.

BEIRUT -- Menteri Informasi Lebanon Manal Abdel Samad mengundurkan diri dari jabatannya pada Ahad (9/8). Hal itu dia lakukan setelah ribuan warga Lebanon menggelar demonstrasi menuntut perubahan rezim menyusul terjadinya ledakan di Beirut pada 4 Agustus lalu. 

"Mengingat besarnya bencana yang diakibatkan 'gempa' Beirut yang mengguncang bangsa dan melukai hati dan pikiran kita, serta demi menghormati para syuhada, dan sakit dari orang-orang yang cedera, hilang, dan telantar, dan juga sebagai tanggapan atas tuntutan perubahan dari publik, saya mengundurkan diri dari pemerintah," kata Samad dalam pernyataan tertulis. Dia pun meminta maaf kepada publik Lebanon karena mengecewakan mereka. 

Selain Samad, sekurangnya enam anggota parlemen juga menyatakan mundur sebagai bentuk protes terhadap Pemerintah Lebanon. Media setempat bahkan memberitakan ada seorang menteri lain yang juga mundur. Sang menteri adalah sosok yang menjadi penasihat dekat Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab. 

Diab dilaporkan menggelar rapat kabinet untuk membahas pengunduran diri tersebut. Namun, tidak ada pernyataan apa pun usai rapat.

photo
Warga Lebanon ditembaki gas air mata dalam aksi unjuk rasa pascaledakan di Lebanon, Sabtu (8/8) - (EPA-EFE/Nabil Mounzer)

Ledakan di Beirut menyebabkan 158 orang tewas dan lebih dari 6.000 lainnya terluka. Ledakan di Beirut berasal dari sebuah gudang di Pelabuhan Beirut yang berisi 2.750 ton amonium nitrat, bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi pupuk dan bahan peledak. 

Sementara itu Presiden Prancis Emmanuel Macron menggelar konferensi donor virtual yang didukung PBB untuk menggalang dana bantuan bagi Lebanon pada Ahad. Menurut seorang asisten Macron, bantuan darurat dibutuhkan untuk rekonstruksi, bahan makanan, peralatan medis, dan pembangunan sekolah serta rumah sakit. 

Unjuk rasa

Ribuan warga Lebanon melakukan demonstrasi menuntut perubahan rezim pada Sabtu (8/8). Sekitar 10 ribu orang berkumpul di Martyrs Square sambil meneriakkan slogan antipemerintah. Para demonstran menuntut para politisi mengundurkan diri dan dihukum karena kelalaian mereka menyebabkan terjadinya ledakan di Beirut. 

“Kami tinggal di sini. Kami menyerukan rakyat Lebanon untuk menduduki semua kementerian,” kata seorang orator. 

Sekelompok massa kemudian bergerak ke Kementerian Luar Negeri Lebanon. Mereka membakar foto Presiden Michel Aoun. Para pengunjuk rasa pun merangsek gedung kementerian ekonomi dan energi Lebanon. “Rakyat menginginkan jatuhnya rezim,” kata massa bersorak. 

Saat meneriakkan kata-kata demikian, mereka pun mengusung poster bertuliskan “Pergi, kalian semua pembunuh”. 

photo
Presiden Prancis Emmanuel Macron, saat mengunjungi pemukiman Gemayzeh yang terdampak ledapan pada Kamis (6/8) - (AP/Bilal Hussein)

Dalam aksinya, massa pun meminta agar negara-negara tak memberikan bantuan kepada Lebanon menyusul ledakan di Beirut. “Kami tidak ingin pemerintah mana pun membantu kami. Uang akan masuk ke kantong para pemimpin kami,” ujar demonstran bernama Mahmoud Rifai. 

Aksi itu mendapat pengawalan dari militer. Kendaraan dilengkapi senapan mesin berkeliling di sekitar tempat demonstrasi. Menurut Palang Merah Lebanon, sebanyak 177 orang terluka akibat bentrokan. Sebanyak 55 di antaranya harus menjalani perawatan di rumah sakit. 

Merspons demonstrasi tersebut, Perdana Menteri Hassan Diab mengatakan satu-satunya jalan keluar untuk mengatasi krisis adalah dengan mempercepat pemilu parlemen.

"Kita tidak bisa keluar dari krisis ini tanpa pemilihan parlemen yang lebih awal," kata Diab dalam pidato yang disiarkan televisi pada Sabtu (8/8), dikutip laman Aljazirah. "Pada Senin (10/8), saya akan mengusulkan kepada kabinet rancangan undang-undang untuk pemilu  parlemen awal," ujarnya. 

Lebanon didera perang saudara lebih dari 15 tahun pada 1975-1990 akibat gesekan sektarian yang tajam dan campur tangan asing. Perang saudara berakhir dengan Kesepakatan Taif yang memutuskkan jabatan presiden diserahkan kepada Kristen Maronite, perdana menteri kepada Suni, dan ketua perlemen kepada Syiah. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat