Belajar daring | Pixabay

Inovasi

Belajar Tanpa Mengenal Batasan

Sebelum Covid-19 melanda, sektor edukasi teknologi (edutek) sudah merupakan sektor strategis.

Tagar #VideotronUngu mewarnai media sosial pada Jumat, 7 Agustus 2020. Videotron berlatar ungu dengan hitung mundur merupakan bagian dari kampanye Zenius Education #IniBeneranLive. 

Zenius memasang videotron di pusat kota Jakarta dan mengundang para tutor di platformnya untuk berbagi ilmu dan menjawab pertanyaan para penonton secara live. Dengan kampanye ini, Zenius ingin membuktikan, berkat kecanggihan teknologi, kegiatan belajar mengajar (KBM) dapat berjalan dimana saja dan kapan saja, bahkan di pinggir jalan raya.

Berdiri sejak 2004, Zenius terus berevolusi menghadirkan konten-konten edukasi yang dapat membantu setiap orang, terutama para pelajar Indonesia, untuk mendapatkan ilmu-ilmu baru. Setelah 16 tahun berdiri, kini Zenius sudah memiliki sekitar 80 ribu video yang dapat diakses secara gratis melalui aplikasi maupun laman resminya. 

Pada 2016-2017, jumlah total video yang ditonton secara daring di Zenius telah mencapai 38 juta views. Bagi Rohan Monga selaku Chief Executive Officer Zenius Education, pendidikan seharusnya dapat diakses oleh siapa saja tanpa hambatan biaya. 

Karena itulah, berbeda dari perusahaan edukasi digital lain yang berlomba-lomba menarik peserta di tengah masa pandemi, Zenius justru memutuskan untuk menggratiskan 80 ribu konten video dan soal latihan untuk semua mata pelajaran di platform Zenius. Menurutnya, selama pandemi dan KBM daring berjalan di seluruh Indonesia, Zenius mencatatkan kenaikan pengguna yang cukup signifikan. 

Daerah-daerah dengan jumlah pertumbuhan paling pesat adalah Bangka Belitung (167 persen), Kalimantan Tengah (110 persen), dan Papua (108 persen). “Hal ini membuktikan bahwa teknologi digital membantu modernisasi akses pendidikan hingga ke daerah-daerah di Indonesia,” ia menjelaskan. 

Kehadiran sistem pendidikan virtual merupakan satu-satunya solusi di tengah pandemi Covid-19. Secara global, saat ini terdapat lebih dari 1,2 miliar anak-anak di 186 negara di dunia yang mengalami penutupan sekolah dan mengikuti KBM secara daring dari rumah masing-masing. 

Namun, bahkan sebelum Covid-19 melanda, sektor edukasi teknologi (edutek) merupakan sektor strategis. Total investasi untuk edutek mencapai 18,6 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada 2019 dan diproyeksi akan melesat hingga 350 miliar Dolar AS pada 2025.

photo
Kampanye Belajar dari Zenius - (Dok Zenius)

Menurut riset dari Shift Learning, seorang siswa bisa mengingat 25-60 persen materi yang diajarkan secara daring, dibandingkan hanya 8-10 persen materi yang diajarkan di ruang kelas biasa. Hal ini disebabkan karena para siswa bisa belajar dengan lebih optimal. 

Melalui sistem KBM secara daring, siswa juga dapat mengatur cara belajar sendiri, mencatat, merangkum, dan memahami suatu konsep secara lebih mendalam. Melihat pentingnya peran sektor edutek bagi para pelajar Indonesia, Zenius pun meluncurkan Zenius Live Class, dimana sesi KBM disiarkan secara langsung antara guru dan siswa. 

Didesain dengan interaktif, setiap sesi pengajaran Zenius Live Class dipandu tutor dari berbagai mata pelajaran dan dilengkapi fitur Live Chat agar siswa dapat berinteraksi dan bertanya langsung, layaknya di ruang kelas biasa. “Dari 16 tahun pengalaman kami mendampingi para siswa di Indonesia, kami telah menyadari bahwa interaksi antara guru dan siswa merupakan salah satu faktor penting untuk mensukseskan KBM,” kata Rohan.

Oleh karena itu, ia melanjutkan, Zenius menyediakan fitur Zenius Live Class yang dapat diakses secara gratis oleh semua siswa di Indonesia. Di masa depan, terutama pasca-Covid, bukan tidak mungkin jika sistem pendidikan di Indonesia pun berevolusi perlahan-lahan. 

 

 

Teknologi digital membantu modernisasi akses pendidikan hingga ke daerah-daerah di Indonesia.

Rohan Monga, Chief Executive Officer Zenius Education

   

Tingatkan Kemampuan Diri

photo
Aplikasi belajar bahasa, Cakap. - (Dok Cakap)

Belajar tak hanya dapat dilakukan di mana saja, tapi juga tak memiliki batasan usia. Selalu ada kesempatan untuk belajar dan meningkatkan kemampuan diri, selama masih ada kesempatan. 

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf), melalui Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan, Direktorat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekonomi Kreatif, belum lama ini,  bekerja sama dengan usaha rintisan edukasi PT Cerdas Digital Nusantara (Cakap.com), menjalankan program Digital English Course. 

Program ini berlangsung sejak 1 Mei hingga 30 Juli 2020 untuk memfasilitasi program peningkatan keterampilan Bahasa Inggris bagi pelaku ekonomi kreatif untuk dapat menembus pasar global.

Menurut Kepala Sub Direktorat Edukasi II Kemenparekraf/Baparekraf Jemmy Alexander, sejatinya pelatihan ini tak sekadar untuk mendapatkan sertifikat. “Kemenparekraf/Baparekraf juga berharap peserta dapat mengambil ilmu serta poin poin terbaik untuk dijadikan modal usahanya kedepan,” ujarnya. 

Senada, CEO Cakap, Tomy Yunus, mengungkapkan,  setelah program ini, diharapkan akan muncul inisiatif-inisiatif selanjutnya yang tepat sasaran untuk dapat membantu masyarakat. “Semoga ilmu yang didapatkan dapat berdampak langsung dalam kehidupan para peserta di masa yang akan datang,” ujarnya. 

Dengan jumlah pendaftar melebihi 2.794 orang dari seluruh Indonesia, Direktorat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekonomi Kreatif bersama Cakap melakukan proses kurasi dengan memperhatikan beberapa aspek substansial dalam 17 subsektor ekonomi kreatif. 

Akhirnya terpilih 250 peserta yang sebagian berasal dari Destinasi Super Prioritas (DSP) dan kabupaten/ kota kreatif. Para peserta berasal dari seluruh Indonesia dengan persentase tertinggi berasal dari Jawa Barat.  

Selama rentang waktu tiga bulan, terdapat dua mini assignment dengan materi pengenalan produk melalui voice recording dan elevator pitch, dengan menghadirkan pelaku bisnis dari Norwegia, Cecilie Been Lied. Ia adalah pengusaha wanita asal Norwegia yang memiliki usaha kerang mutiara dan souvenir dan NGO di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Tim Curriculum Development dari Cakap mengembangkan materi pembelajaran Bahasa Inggris yang mendukung 17 subsektor ekonomi kreatif dengan pendekatan hyper-local content yang mengarah pada tiga aspek substansial yang harus dikuasai. Mulai dari, perkenalan diri dalam bahasa Inggris, perkenalan produk, dan percakapan jual beli dengan kustomer. 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat