Petugas membagikan daging hewan kurban kepada warga di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Jumat (31/7). | Republika/Putra M. Akbar

Tajuk

Membumikan Spirit Berkurban

Spirit berkurban dapat diwujudkan dengan mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah.

 

Pandemi Covid-19 dan kondisi ekonomi yang yang sangat berat tak menyurutkan semangat umat Islam di Tanah Air untuk tetap menunaikan ibadah kurban. Menurut proyeksi Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), tahun ini potensi ekonomi kurban Indonesia mencapai Rp 20,5 triliun yang berasal dari 2,3 juta orang pekurban.

Dibandingkan tahun lalu, potensi ekonomi kurban tahun ini memang menurun. Hal itu tentu wajar karena banyak masyarakat terdampak Covid-19 yang tak mampu untuk berkurban. Namun, ada data yang menarik dari profil pekurban tahun ini. Dompet Dhuafa (DD) menyebut, sekitar 70 persen pekurban melalui Laznas yang dilahirkan Harian Republika itu berasal dari kalangan milenial.

Semangat anak-anak muda Muslim yang berusia 25 hingga 35 tahun untuk berkurban di Hari Raya Idul Adha ini tentu patut diapresiasi. Ibadah kurban memiliki dampak postif yang sangat banyak. Selain memberi kebahagiaan bagi para dhuafa agar bisa menikmati lezatnya daging, ibadah kurban juga berperan menggerakkan roda ekonomi di tengah-tengah masyarakat. Apalagi di tengah pandemi seperti sekarang ini.

Guru Besar Ilmu Komunikasi UIN Bandung, Asep S Muhtadi dalam tulisannya berjudul "Kurban Mendidik Bersyukur" menyebut bahwa kurban merupakan salah satu ekspresi syukur atau mewujudkan rasa terima kasih manusia kepada Allah atas segala pemberian nikmat-Nya yang besar tak terhingga. Praktik kurban juga secara tersirat memperlihatkan sebuah pengorbanan sebagai ikrar pengabdian kepada Sang Khalik. 

 
Menyembelih" sikap tamak dan rakus dapat diwujudkan dengan melahirkan kebijakan-kebijakan yang pro terhadap rakyat. Akhiri dan jauhi segara praktik korupsi atau mencuri uang rakyat.
 
 

Dalam kurban, menurut Prof Asep, seseorang sejatinya tidak hanya tulus menyembelih hewan secara fisik, tapi juga menyembelih sifat-sifat hewani yang melekat pada diri para pelakunya. Sifat kebinatangan yang kerap muncul dalam bentuk penindasan hak-hak asasi terhadap sesamanya, misalnya, dapat saja muncul pada siapa pun. Karenanya, Idul Adha 1441 H ini harus dijadikan momentum bagi seluruh bangsa ini untuk membumikan sprit berkurban dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi para aparatur penyelenggara negara (lembaga eksekutif), spririt berkurban dapat diwujudkan dengan mengkhidmatkan diri secara sungguh-sungguh untuk melayani rakyat dan mengelola pemerintahan dengan baik. Buang sikap tamak dan rakus. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Komjen Firli Bahuri, mengatakan, peringatan Hari Raya Idul Adha 1441 Hijriyah seyogyanya menjadi momentum untuk "menyembelih' tabiat tamak.

"Menyembelih" sikap tamak dan rakus dapat diwujudkan dengan melahirkan kebijakan-kebijakan yang pro terhadap rakyat. Akhiri dan jauhi segara praktik korupsi atau mencuri uang rakyat. Jadikan setiap proyek yang dibiayai oleh uang rakyat melalui APBN dan APBN agar dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan masyarakat. 

Bagi aparat penegak hukum (lembaga yudikatif), spirit berkurban dapat diwujudkan dengan menegakkan hukum dengan seadil-adilnya. Semua warga negara bersamaan kedudukannya di mata hukum. Para aparat penegak hukum harus membuktikan bahwa hukum itu sama tajamnya baik ke atas maupun ke bawah. Dengan spirit berkurban, para penegak hukum harus menghindar dan menjauhkan diri dari praktik-praktik yang dapat mencederai rasa keadilan. Yang salah, siappun itu harus ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bagi para wakil rakyat (lembaga legislatif) di tingkat DPRD kabupaten/kota, DPRD provinsi serta DPR RI dan DPD RI, spirit berkurban harus diwujudkan dengan melahirkan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil. Para wakil rakyat harus mengemban amanah yang dipercayakan oleh rakyat dalam pemilu dengan sebaik-baiknya. Khidmatkan diri untuk memperjuangkan hak-hak rakyat. Menjauhkan diri dari "perselingkuhan" dengan kekuasaan dan kaum pemodal, itulah makna dari ibadah kurban yang sesungguhnya.

Bagi seluruh rakyat, saat pandemi Covid-19 ini, spirit berkurban dapat diwujudkan dengan mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Tentu agar penyebaran virus yang mematikan ini tak terus meluas. Pakailah masker saat beraktivitas, jaga jarak, dan biasakan mencuci tangan. Pengorbanan dalam bentuk ketaatan ini merupakan salah satu upaya membumikan spirit berkurban.  

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat