Replika pendarat Mars ditampilkan di Beijing, Cina, Rabu (22/7). Misi Tianwen 1 ke Mars oleh Cina akan diluncurkan beberapa hari lagi. | EPA-EFE/WU HONG

Tajuk

Berlomba Mengangkasa

Penguasaan teknologi antariksa menjadi penanda penguasaan masa depan.

 

Awal pekan ini menjadi hari bersejarah bagi Uni Emirat Arab (UEA). Untuk kali pertama, UEA sukses meluncurkan program ruang angkasanya.

Wahana antariksa tak berawak yang bernama al-Amal itu, lepas landas dari pusat antariksa Tanegashima Space Center di pulau kecil, di selatan Jepang, Senin (20/7) pagi waktu setempat.

Wahana yang menggendong satelit penelitian milik UEA itu melesat dari Bumi dan menempuh 493 juta kilometer menuju Mars. Jarak ini akan dilalui selama tujuh bulan hingga mencapai orbit Mars pada Februari 2021.

Misi antarplanet perdana dari dunia Arab itu hasil kolaborasi Pusat Antariksa Mohammed bin Rashid (MBRSC) dengan Universitas Colorado di Boulder, AS. Satelit yang digendong roket H-IIA Mitsubishi Heavy Industries ini mengangkasa setelah sempat tertunda lima hari karena cuaca buruk.

Selanjutnya, wahana antariksa al-Amal itu dikendalikan dari Pusat Operasi al-Khawaneej di Dubai. Misi al-Amal, yakni meneliti atmosfer bagian atas dan perubahan iklim dengan mengorbit pada ketinggian 22 ribu hingga 44 ribu kilometer di atas permukaan Mars.

Mars memang penuh imaji. Planet berjarak 229 juta kilometer dari Matahari (jarak Matahari-Bumi 150 juta kilometer) ini menjadi misi ruang angkasa kedua manusia yang paling banyak diteliti setelah Bulan.

Sejumlah kemiripan kondisi di Mars dengan di Bumi menarik perhatian peneliti. Di antaranya, seperti inti pembentuk planet, struktur geologi, pola cuaca dan iklim, termasuk dugaan keberadaan air atau bekas air di sana.

Indikator ini yang memunculkan keingintahuan peneliti, sejauh mana Mars layak dihuni manusia? Tak heran, beberapa negara mengirimkan misi ambisius ke sana meski terbukti tidak mudah. Mulai dari roket pendorong yang terbakar sebelum mengangkasa, meledak saat berada di atmosfer Mars, hingga terjerembap saat mendarat di permukaan planet. Mars malah menjadi kuburan bagi sejumlah misi antariksa.

Kolaborasi Cina dengan Rusia pada 2011 yang berakhir dengan kegagalan adalah salah satu contohnya. Namun, kegagalan demi kegagalan tak menyurutkan misi pengiriman wahana antariksa lainnya. AS dan Uni Soviet tak jera.

Hanya keduanya yang sejauh ini sukses mendaratkan wahana di planet merah. AS mendaratkan delapan misi ke Mars, yakni dua misi Viking (1976), Pathfinder (1997), Spirit dan Opportunity (2004), Phoenix (2008), Curiosity (2012), dan Insight (2018). Uni Soviet dengan wahana Mars 3 (1971) dan Mars 6 (1973).

Jika pada era 1970-an misi antarplanet didominasi dua adikuasa, AS versus Uni Soviet, kini perebutan lahan di ruang angkasa bertambah. AS dan Rusia disaingi Eropa dengan program ESA-nya, Jepang, India, Cina, bahkan yang teranyar UEA --negara kecil di Jazirah Arab.

Pada bulan ini, ada dua lagi rencana peluncuran misi antariksa ke Mars setelah al-Amal. Kamis (23/7) hari ini, direncanakan misi antariksa Tianwen-1 lepas landas dari Stasiun Ruang Angkasa di Pulau Hainan, selatan Cina, menuju Mars.

Pada 30 Juli, giliran wahana Perseverance milik NASA dijadwalkan meluncur. Kedua misi antariksa itu diproyeksikan mencapai Mars pada Februari 2021. Keduanya sama-sama akan menjejakkan kendaraan penjelajah di permukaan Mars kendati berbeda lokasi.

Robot penjelajah Tianwen-1 dengan enam roda dan empat panel surya, akan menganalisis tanah dan atmosfer Mars selama tiga bulan. Mengirimkan foto ke Bumi, membuat peta, dan menelisik kemungkinan jejak kehidupan masa lalu di permukaan Mars.

 
Penguasaan teknologi antariksa menjadi penanda penguasaan masa depan. Jati diri sebagai bangsa dan kekuatan pengaruh politik global tentu akan mengiringi. 
 
 

Wahana Perseverance punya misi serupa: menjawab pertanyaan peluang keberadaan kehidupan di Mars, termasuk menemukan jejak mikroba dan mikroorganisme lain pada masa lalu. Selain itu, mengumpulkan bebatuan yang bisa menjadi petunjuk kehidupan masa lampau.

Berbeda dengan Cina, misi antariksa ke Mars bagi AS bukanlah yang pertama meski lokasi pendaratan Perseverance di kawah Jezero tidaklah mudah. Kawasan ini dipenuhi bebatuan, bukit pasir, jurang, dan tebing curam.

Perlombaan mengeksplorasi angkasa ini tentu adalah lompatan peradaban. Manusia tak lagi mengubek-ubek Bumi dengan segala isinya. Apalagi, kemiripan sumber daya alam di planet lain menjadi iming-iming bagi misi penelitian antariksa sejumlah negara.

Semua itu tak lepas dari adu gengsi capaian teknologi ruang angkasa. Penguasaan teknologi antariksa menjadi penanda penguasaan masa depan. Jati diri sebagai bangsa dan kekuatan pengaruh politik global tentu akan mengiringi. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat