Hannania Muntaz (14), siswi kelas 7E SMPN 4 Yogyakarta didampingi orang tua mengikuti hari pertama sekolah secara daring dari rumah di Mergangsan, Yogyakarta, Senin (13/7). | Wihdan Hidayat / Republika

Kisah Dalam Negeri

Kerinduan Para Siswa dan Kebiasaan Baru

Sebanyak 400 ribuan siswa SMA/SMK di Jawa Timur terapkan kebiasaan baru belajar.

OLEH BOWO PRIBADI, MURSALIN YASLAND

“Hai, Shafira…apa kabar?, aku kangen kamu, teman-teman yang lain, suasana sekolah juga! ”

Kalimat ini spontan diungkapkan Shaita Yusierly Amry, saat proses komunikasi dengan fitur panggilan video aplikasi Microsoft Teams SD Islam Istiqomah mulai tersambung, Senin (13/7) pagi. Ia semringah melihat wajah teman baiknya, Shafira El Hijri di layar.

“Iya, sama… kapan ya kita bisa sekolah lagi?” jawab Shafira. “Kata ayahku, sekarang sudah mulai tahun ajaran baru, tapi belum tahu kapan sekolah tatap muka bisa dilaksanakan kembali,” kata Shafira menambahkan.

Sepenggal dialog ini terungkap dalam komunikasi panggilan video dua murid kelas VI A SD Islam Istiqomah, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kumpulan jarak jauh itu dilakukan bersamaan dengan dimulainya tahun ajaran baru 2020/2021, kemarin.

Sukar disembunyikan, mereka berdua begitu merindukan suasana belajar tatap muka di sekolah. Lebih dari empat bulan lamanya mereka berdua tak ke sekolah akibat dampak penyebaran pandemi Covid-19 di wilayah Kabupaten Semarang.

Setelah lama hanya belajar dari rumah, rasa kangen dengan suasana sekolah, rindu bertemu dengan bapak/ibu guru dan juga teman-teman, membuncah. “Ada kejenuhan juga, setelah kenaikan kelas kemarin, juga tidak bisa merayakan bersama teman-teman di sekolah,” katanya.

 
Ada kejenuhan juga, setelah kenaikan kelas kemarin, juga tidak bisa merayakan bersama teman-teman di sekolah.
 
 

Sementara itu, dengan dimulainya tahun ajaran baru ini, beberapa sekolah yang berada di zona hijau penyebaran Covid-19 Kabupaten Semarang telah melaksanakan kegiatan di sekolah secara tatap muka. Salah satunya di SMPN 1 Bancak, Kecamatan Bancak.

Kemarin, proses Masa Pengenelan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMPN Bancak bagi siswa baru kelas VII sudah dilaksanakan secara tatap muka. Kepala SMPN 1 Bancak, Endang Widiastuti mengatakan, sebelum kegiatan tatap muka di sekolah pada tahun ajaran baru 2020/2021 ini, sekolahnya memulai dari tahapan penyiapan fasilitas protokol kesehatan serta sosialisasi Penyelenggaraan Pembelajaran di Sekolah dengan Kebiasaan Baru (PPSKB) secara bertahap.

Sekaligus, penyebaran angket persetujuan dari orang tua siswa terkait dengan kegiatan belajar secara tatap muka di sekolah, beberapa pekan lalu. Hal itu sesuai dengan ketentuan proses tahun ajaran baru.

“Sekaligus juga kami tawarkan kepada orang tua siswa, apakah mau pembelajaran tatap muka, pembelajaran dari rumah atau blended learning (gabungan) pembelajaran tatap muka dengan PDR (daring),” kata dia.

Dari 375 orang tua peserta didik yang ada di SMPN 1 Bancak, ujar Endang, sebanyak 328 orang tua (86,7 persen) setuju dengan proses pembelajaran gabungan tatap muka dan daring. Setelah disetujui oleh Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disdikbudpora) Kabupaten Semarang, kemarin mulai dilaksanaka kegiatan belajar tatap muka di sekolah bagi kelas VII.

Adapun jadwal yang telah disusun sekolah meliputi kelas VII belajar tatap muka pada Senin dan Kamis, kelas VIII pada Selasa dan Jumat dan kelas IX Rabu dan Sabtu. Demikian pula untuk jadwal belajar daring, ada lagi jadwal tersendiri.

Protokol kesehatan diterapkan mulai dari gerbang sekolah, semua siswa yang datang wajib memakai masker dan dicek terlebih dahulu suhu tubuhnya. Selanjutnya, siswa diarahkan untuk mencuci tangan dengan sabun sambil tetap menerapkan jaga jarak. Kemudian di depan kelas sudah ada bapak ibu guru yang mendampingi dan mengarahkan siswa masuk di kelasnya masing- masing.

Karena di SMPN 1 Bancak kelas VII ada empat rombongan belajar (rombel) ada delapan ruang kelas VII yang dipakai. “Kami membaginya absen ganjil dan absen genap dan tiap kelas hanya diisi 17 bangku untuk 17 siswa,” ujarnya.

Sekretaris Komisi D DPRD Kabupaten Semarang, Joko Sriyono yang memantau pelaksanaan MPLS secara tatap muka di SMPN 1 Bancak menyampaikan, secara umum penerapan protokol kesehtan di sekolah tersebut sudah bisa berjalan.

Demikian halnya, berbagai fasilitas pendukungnya juga telah disiapkan dengan baik. Hanya saja, masih ada beberapa hal yang menjadi catatannya, agar penerapan PPSKB di sekolah tersebut bisa berjalan lebih baik.

Misalnya untuk membiasakan para siswa patuh menjaga jarak saat mereka antri masih harus benahi dan didorong lagi. “Jadi pada saat antri mereka masih harus diperingatkan untuk tetap menjaga jarak,” tegasnya.

photo
Nahda Siti Radiva (12 tahun) menyapa teman-temannya di MTs Annajah melalui sambungan video daring di rumahnya di Kebon Jeruk, Jakarta, Senin (13/7). - (Republika/Thoudy Badai)

Mayoritas siswa juga telah memakai masker dari rumah. Bagi mereka yang tidak membawa masker diberi oleh pihak sekolah. Demikian pula pada saat siswa pulang sambil menunggu orang tua yang menjemput juga masih jamak terlihat siswa yang bergerombol.

“Sehingga, kami harus meminta para guru sekolah untuk memperingatkan dan mengurai para siswa yang bergerombol tersebut agar tetap menjaga jarak sampai orang tua yang menjemput tiba,” tambahnya.

Ia juga menembahkan dari pantauan di lapangan, hari ini tiga sekolah telah memulai kegiatan di sekolah secara tatap muka. “Masing- masing SMPN 1 Bancak, SMPN 1 Tuntang dan SMAN 2 Tuntang,” jelasnya.

 Sedangkan dari 15 kabupaten/kota di Provinsi Lampung, terdapat dua kabupaten yang berstatus zona hijau dan menggelar kegiatan belajar mengajar tatap muka, Senin (13/7). Semua tingkatan sekolah mulai dari SD, SMP, hingga SMA/SMK menggelar KBM tatap muka di dua kabupaten itu. Sekolah juga menerapkan protokol kesehatan ketat sebelum masuk wilayah sekolah.

Bupati Mesuji Saply TH bersama jajarannnya memantau langsung KBM tatap muka di SMK Negeri 1 Simpang Pematang Mesuji. Sebelum masuk area kelas bupati dicek suhu badang menggunakan thermoscan. Semua wajib menggunakan masker, dan sebelum masuk kelas mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir.

Anak-anak SMK sudah berada di dalam kelas untuk pertama kalinya, setelah libur lebih dari tiga bulan selama pandemi Covid-19. Isi kelas tidak penuh lagi seperti saat KBM normal sebelum pandemi. Satu meja satu siswa. Masing-masing siswa duduknya berjarak.

SMK Negeri 1 Simpang Pematang menerapkan belajar secara tatap muka dengan memanfaat ruangan yang ada karena siswa dalam kelas tidak boleh padat, dan tidak boleh rapat. Pada hari pertama sekolah, belajar tidak perlu lama, apalagi untuk siswa baru, hanya perkenalan saja.

photo
Siswa Kelas 9 SMPN 5 Bandung, Rakean Ahmad mengikuti sesi Google Meet sebagai pengganti kelas tatap muka pada hari pertama sekolah di kediamannya di Bandung, Senin (13/7). - (Yogi Ardhi/Republika)

Bupati Saply TH mengatakan, kenormalan baru atau new normal di wilayah kabupatennya bukan berarti mengabaikan protokol kesehatan. “Namun kita mendisiplinkan diri untuk menerapkan protokol kesehatan dalam segala aktivitas sehari-hari” katanya.

Kepala SMK Negeri 1 Simpang Pematang Tatak Riyanto menyatakan, pelaksanaan KBM tatap muka digelar dua kali kepada para siswa. Siswa yang masuk pekan ini, kata dia, pekan depan libur dan diganti siswa yang belum masuk sekolah pekan ini.

Sedangkan di Kabupaten Lampung Timur yang juga masuk zona hijau di Lampung, pada hari pertama masuk sekolah berjalan KBM tatap muka. Namun, kebijakan Pemkab Lampung Timur, sekolah hari pertama masuk dengan protokol kesehatan, namun besoknya libur. 

“Hari ini siswa masuk sekolah dan belajar tatap muka, tapi besok mulai libur lagi,” kata Mukhlasin, warga Sukadana, Lampung Timur, Senin (13/7). Dia menyatakan, semua sekolah formal sudah menerapkan kondisi KBM dengan protokol kesehatan ketat, mulai dari memakai masker, cuci tangan, dan menjaga jarak di dalam kelas.

MPLS daring

Di Surabaya, sebanyak 400 ribuan peserta didik baru jenjang SMA/ SMK di Jawa Timur mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) secara daring, Senin (13/7). MPLS yang digelar secara serentak itu diikuti 423 SMA negeri, 1.119 SMA swasta, 297 SMK negeri, dan 1.821 SMK swasta.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, pelaksanaan MPLS secara daring berdasarkan kebijakan pusat. Dimana sekolah belum bisa melakasanakan pembelajaran secara tatap muka. Mengingat Jatim masih zona merah Covid-19.

"MPLS tetap berjalan seperti sediakala, namun dengan cara yang berbeda karena kita harus tetap waspada dengan menggunakan protokol kesehatan," kata Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin (13/7).

photo
Siswa Sekolah Dasar didampingi orang tua melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan sistem daring pada hari pertama tahun ajaran baru 2020-2021 di Palembang, Sumatra Selatan, Senin (13/7). - (ANTARA FOTO/FENY SELLY)

Khofifah berharap para siswa dan seluruh insan pendidikan tetap menjaga optimisme dan semangat selama proses pendidikan, meski harus dilakukan secara daring. Khofifah juga mengajak seluruh masyarakat berdoa agar pandemi Covid-19 segera berakhir dan para siswa dapat mengikuti kembali belajar di sekolah.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Wahid Wahyudi menjelaskan, berdasarkan Surat Keputusan Bersama Empat Menteri, yakni Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri dalam Negeri, kegiatan pembelajaran wajib dilaksanakan dengan metode jarak jauh baik online maupun offline. Khususnya bagi daerah yang berdasarkan kondisi penyebaran Covid-19 belum masuk kategori zona hijau.

“Memang perlu penyesuaian-penyesuaian yang lebih kreatif dan inovatif, dengan memanfaatkan teknologi informasi secara optimal. Sehingga meski tidak bertatap muka langsung, tujuan MPLS, khususnya yang terkait dengan pengenalan berbagai aspek pembelajaran di sekolahnya tetap tercapai dengan baik," kata dia. 

Wahid menjelaskan, MPLS bagi siswa baru akan dilaksanakan selama tiga hari. Wahid menambahkan, pada MPLS tahun ini, sekolah dapat menambah satu sesi kunjungan ke sekolah yang dilaksanakan secara bergantian. Namun kunjungan tersebut mensyaratkan disertai dengan penerapan disiplin protokol kesehatan Covid-19. "Sekolah wajib berkoordinasi dengan Gugus Tugas Covid-19 yang ada di kabupaten/kota setempat," ujarnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat