Suasana Melbourne saat diterapkan karantina wilayah beberapa waktu lalu. | EPA-EFE / JAMES ROSS

Internasional

Melbourne Kembali Lockdown Enam Pekan 

Mulai Rabu (8/7) dini hari, 4,9 juta warga Melbourne diharuskan tinggal di rumah.

CANBERRA -- Australia memang terbilang sukses menangani pandemi Covid-19, tapi Melbourne menjadi kekecualian. Penyebaran infeksi yang terus meningkat membuat Melbourne, Negara Bagian Victoria, pada Selasa (7/7) menerapkan lockdown kembali selama enam pekan ke depan. 

Perdana Menteri Victoria Daniel Andrews mengatakan penerapan lockdown itu memang berat untuk diambil, tapi diperlukan. "Kita harus jelas satu sama lain bahwa (pandemi) ini belum berakhir. Berpura-pura bahwa itu karena kita semua ingin ini selesai bukanlah jawabannya. Itu memang bagian dari masalah," kata Andrews. 

Mulai Rabu (8/7) dini hari, 4,9 juta warga Melbourne diharuskan tinggal di rumah. Mereka hanya diperkenankan keluar untuk keperluan penting seperti bekerja, berbelanja logistik, dan menghadiri janji medis. Restoran dan kafe tetap diizinkan beroperasi, tapi hanya melayani pembelian take away. Sementara salon dan pusat kebugaran ditutup. 

Perbatasan Victoria dengan New South Wales pun akan ditutup. Itu merupakan yang pertama kali terjadi dalam satu abad terakhir. Langkah-langkah demikian, termasuk penutupan perbatasan, merupakan pukulan bagi Australia yang hendak memulihkan perekonomiannya dalam tempo cepat. Negeri Kanguru ini telah mendekati resesi pertamanya selama hampir tiga dekade terakhir.

Ratusan polisi dan pasukan militer akan dikerahkan guna menegakkan peraturan penutupan perbatasan. Warga yang kedapatan melanggar atau melintasi perbatasan akan didenda sebesar 11 ribu dolar Australia atau dipenjara selama enam bulan. 

photo
Perawat dan pengemudi ambulans dari Australia Selatan tiba di Bandara Internasional Adelaide, 1 Juli lalu. Mereka akan bergabung dengan tenaga medis di Victoria memerangi Covid-19 - (EPA/DAVID MARIUZ/AAP)

Pada Selasa, Australia melaporkan 199 kasus baru Covid-19, sebanyak 191 di antaranya berasal dari Victoria. Itu merupakan kenaikan terbesar yang tercatat dalam sehari sejak awal April. Saat berita ini ditulis, Australia memiliki 8.755 kasus Covid-19 dengan 106 kematian. 

Johns Hopkins University melaporlkan kasus global Covid-19 telah melampaui 11,6 juta kasus dan lebih dari 538 ribu kematian. Di Kasus Covid-19 terbanyak masih terjadi di Amerika Serikat (AS) yaitu menembus angka tiga juta kasus dan lebih dari 130 ribu kematian. Kasus terbanyak berikutnya adalah Brasil dan India. 

Pakar penyakit menular AS Anthony Fauci mengatakan, pandemi virus korona di Negeri Paman Sam berada dalam kondisi yang tidak baik. Kenaikan jumlah kasus infeksi virus korona jenis baru atau Covid-19 di seluruh negeri telah melonjak drastis. 

"Kita masih berkutat pada gelombang pertama. Dan saya akan mengatakan, ini tidak akan dianggap sebagai gelombang, karena ini adalah lonjakan, atau kebangkitan infeksi yang ditumpangkan pada garis dasar," kata Fauci, dilansir CNN

Sementara itu Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menampik undangan Gedung Putih. Semula, Trudeau akan merayakan penandatanganan perdagangan bebas dengan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador, Rabu (8/7). 

Sumber yang dekat dengan Trudeau mengatakan, sang perdana menteri menghadapi sidang parlemen dan juga terkait aturan di Kanana tentang virus korona. Kanada menetapkan, warganya yang bepergian ke luar negeri kemudian harus menjalani karantina mandiri selama 14 hari saat pulang. Meskipun, muncul pula spekulasi bahwa pertemuan Trudeau dan Trump tidak terlalu disukai warga Kanada.

photo
Perdana Menteri kanada Justin Trudeau - (AP/Frank Gunn/The Canadian Press)

 

Teroris dan pandemi

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kelompok-kelompok seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Alqaidah, dan organisasi teroris lainnya dapat memanfaatkan peluang baru dari pandemi Covid-19. Tidak hanya teroris yang mengklaim label Islam tapi juga Neo-Nazi, supremasi kulit putih, dan kelompok sejenisnya. 

Guterres mengatakan masih terlalu awal untuk menilai implikasi pandemi virus korona terhadap terorisme. Tapi kelompok-kelompok yang ia sebutkan ingin mengeksploitasi perpecahan, konflik lokal, kegagalan pemerintah dan kesulitan lainnya untuk tujuan mereka sendiri.   

Guterres mengatakan ISIS sedang mencoba muncul kembali di Irak dan Suriah. Kelompok teroris itu sempat memiliki wilayah yang luas di dua negara tersebut. 

Duta besar Tunisia untuk PBB  Kais Kabtani mengatakan saat seluruh dunia memfokuskan perhatian untuk menanggulangi pandemi. Kelompok-kelompok teroris juga mengincar keuntungan "dengan mengabaikan otoritas pemerintah dan melancarkan serangan baru". 

Pada bulan Mei lalu Koordinator Kontra-Terorisme Uni Eropa  Gilles de Kerchove mengatakan teroris sayap kanan dan milisi Islam mungkin akan melihat "serangan terhadap petugas dan fasilitas medis akan sangat efektif". 

"Teroris dan kelompok ekstremis ingin mengubah masyarakat dan sistem pemerintah melalui kekerasan, ingin mengeksploitasi krisis besar untuk meraih tujuan mereka," katanya dalam rapat dengan negara-negara Uni Eropa. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat