Polisi berjaga saat Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menggeledah sebuah gudang ekspedisi di Jalan Kunti No 72, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (30/4/2020). Penggeledah dilakukan setelah Densus 88 Antiteror Polri menangkap seorang terduga teroris d | Didik Suhartono/ANTARA FOTO

Opini

Tantangan Korps Bhayangkara

Polri atau Korps Bhayangkara akan menghadapi dinamika yang lebih kompleks pada masa yang akan datang.

 

MUHTAR SADILI

Pengamat Politik dan alumnus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 

Jika kita berpapasan dengan polisi atau Korps Bhayangkara sampaikan ucapan terima kasih. Baik lewat kata-kata maupun lewat bahasa lainnya. Mereka adalah pengayom kita semua dalam setiap prilaku di masyarakat.

Tugas polisi terbilang berat untuk ukuran kapasitas jumlahnya. Karena rasio satu orang polisi harus mengayomi sekian banyak orang dalam keamanannya.

Belum lagi risiko di luar batas nalar, seperti ancaman intimidasi pihak yang merasa dirugikan. Bahkan sudah banyak dari personil polisi yang menjadi korban dalam menjalankan tugasnya.

Tugas polisi sering juga menjadi sorotan publik karena memang setiap pelanggaran akan ditindak yang belum tentu diterima. Bahkan ada yang terang-terangan melawannya dengan tanpa kasih dan sayang.

Kecintaan kita pada pak polisi makin terasa ketika kini banyak sekali akibat dari pandemi covid-19 di masyarakat. Protokol kesehatan yang melibatkannya menjadi bukti aktual bahwa polisi memang sangat dibutuhkan.

Namun banyak cara untuk mengekspresikan rasa cinta masyarakat kepada polisi. Cara mereka sepintas saja ada yang bisa diterima, tapi ada juga yang belum tentu langsung dipahami sebagai wujud terima kasih.

Satu dari sekian banyak bukti cinta yang bisa dipahami dengan cepat adalah pemberian karangan bunga, seperti terjadi di tanah air sampai di Amerika Serikat pasca musibah menewaskan warga kulit hitam. 

Negeri Paman Sam adalah negara super power yang sedang menempuh ujian berat dalam mengucapkan terima kasih pada polisi. Hingga kini ujian itu belum berakhir, membutuhkan kedewasaan bahwa polisi juga manusia akan dapat posisi bisa melakukan kesalahan.

Adalah Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang mencintai polisi dengan menggunakan bahasa simbolik yang beberapa waktu lalu sempat heboh itu. Gus Dur berharap kita semua wajib mengingatkan pesan kemuliaan seorang polisi bernama Hoegoeng agar bisa diikuti oleh polisi kita, bahkan juga di dunia.

Rasa terima kasih tersebut lebih jauh diwujudkan dalam aspek legal dengan menghadirkan komisi kepolisian nasional. Yang bertugas memberikan arahan lebih baik lagi berdasarkan masukan elemen bangsa lainnya. 

Saya kira rasa terima kasih tersebut tidak akan hilang dalam benak masyarakat. Ini karena kehadiran korps Bhayangkara selalu memfungsikan dirinya dalam masyarakat. Dan itu belum hadir alternatif lain dalam skema kebangsaan kita, selain fungsi polisi yang menjamin keamanan dalam masyarakat.

Ujian pertama terberat adalah ketika polisi dipisahkan dari TNI agar bisa mengemban tugas pengamanan sipil yang dalam masa orde baru ditengarai belum optimal. Ujian itu lambat tapi pasti menemukan bentuknya dengan kehadiran regulasi sekaligus institusi yang membantu polisi bisa lebih optimal.

Belum lagi dalam dunia informasi serba cepat sekarang, peran publik dalam membantu tugas polisi sudah banyak tersiar. Yang satu sisi memberi efek percontohan untuk ambil bagian dalam membantu polisi bertugas lebih baik. 

Dalam usianya yang ke-74 ini tantangan terberat polisi adalah memuluskan agenda menyelamatkan warga dari ancaman pandemik covid-19. Pasalnya meski telah hadir capaian penyembuhan tapi masih memerlukan jaminan protokol kesehatan agar diindahkan oleh masyarakat.

Peran polisi dalam penanganan covid-19 adalah memastikan masyarakat mentaati protokol kesehatan ketika ada di ruang publik. Masyarakat sudah sangat terbantu dengan bantuan polisi dalam mengingatkan pentingnya protokol kesehatan.

Personil polisi juga dalam menjalankan tugasnya sudah ada yang tertular covid-19. Sama halnya dengan yang dialami oleh petugas lainnya yang kemungkinan tetular sangat besar.

Selain mengingatkan protokol kesehatan, polisi juga harus mengantisipasi krimininalitas yang meningkat saat ini. Banyak orang mengambil jalan pintas memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menempuh cara melanggar hukum.

Polisi adalah harapan realistis dalam masa pandemik covid-19, agar kita semua bisa terlepas dari pelbagai akibatnya. Mereka juga seperti kita ada alpa dan salah. Selamat Ulang Tahun Bhayangkara 74

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat