Penumpang kereta rel listrik (KRL) commuter line menunggu kereta di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Selasa (9/6/2020). Kepadatan penumpang terjadi di beberapa stasiun KRL pada penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi fase I, terutama saat | MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA FOTO

Jakarta

Perilaku ‘Nakal’ Penumpang KRL Bakal Ditertibkan

Jumlah pengguna KRL kembali mencatatkan rekor tertinggi pada masa pandemi Covid-19 yaitu, 393.498 pengguna.

 

 

BOGOR -- Jumlah pengguna kereta rel listrik (KRL) kembali meningkat dibandingkan pekan sebelumnya pada, Senin (29/6). Berdasarkan data tiket elektronik PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) menunjukkan jumlah pengguna KRL meningkat sembilan persen dibanding Senin (22/6) lalu.

"Hingga pukul 10.00 WIB tercatat ada 155.555 pengguna KRL, sementara pada pekan lalu hanya 143.237 pengguna," kata Vice President Corporate Communications PT KCI, Anne Purba saat dihubungi dari Bogor, Senin.

Anne menjelaskan, peningkatan itu terjadi di sejumlah stasiun di antaranya Stasiun Bogor, Bojonggede, Citayam, dan Bekasi yang meningkat sekitar delapan hingga 29 persen. Sementara, di Stasiun Bogor, jumlah pengguna tercatat 11.701 pengguna hingga pukul 10.00 WIB.

Meskipun kembali meningkat, menurut Anne, calon penumpang KRL melakukan antrean dengan tertib. Pengguna, kata dia, antre sesuai marka yang tersedia dan mengikuti arahan dari petugas.

Selain itu, Anne mengatakan, PT KCI juga mengujicobakan layanan informasi terbaru berupa info posisi antrean di stasiun. Info itu, disajikan melalui aplikasi KRl Access serta twitter dan instagram @commuterline.

"Para pengguna kemudian menjadikan informasi ini untuk mempertimbangkan kembali waktu keberangkatan ataupun moda transportasi yang akan dipilih," kata dia.

Anne mengimbau, pengguna KRL tetap mengikuti protokol kesehatan dengan menggunakan masker, ikuti pengukuran suhu tubuh, mencuci tangan di wastafel yang sudah disediakan, dan selalu jaga jarak dengan mematuhi marka yang ada. "PT KCI berterima kasih atas kerja sama dan kesadaran para penggguna KRL dalam mengikuti antrean dan protokol kesehatan di stasiun," katanya.

Penertiban

photo
Sejumlah penumpang menaiki kereta di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Senin (25/5). Operasional KRL Commuter Line saat lebaran pada Ahad (24/5) dan Senin (25/5) dilakukan secara terbatas - (Republika/Putra M. Akbar)

PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mewajibkan setiap Kereta Rel Listrik (KRL) untuk dikosongkan di stasiun akhir. Hal ini guna menertibkan penumpang yang tidak mau antre saat penerapan pembatasan penumpang pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi.

Komunikasi Perusahaan KCI Anne Purba menjelaskan, hasil dari pengamatan di sejumlah stasiun dan keluhan yang disampaikan pelanggan, adanya penumpang yang naik KRL ke stasiun-stasiun yang menjadi titik pemberangkatan awal. Meskipun, stasiun tujuannya berada di arah sebaliknya.

“Mereka naik KRL ke arah yang sesungguhnya berlawanan dengan stasiun tujuannya agar dapat naik kereta dengan cepat, tanpa harus mengikuti penyekatan dan antrean pengguna di stasiun,” kata Anne, Selasa (30/6).

Sebagai contoh pada pagi hari sejumlah orang dengan tujuan akhir Stasiun Gondangdia naik dari Stasiun Cilebut. Namun, bukannya menunggu kereta di peron arah ke Jakarta Kota, mereka menunggu kereta di peron ke arah Bogor yang tidak ada penyekatan. Karena, memang arah tersebut berlawanan dengan pola pergerakan mayoritas penumpang pada jam sibuk pagi hari.

“Mereka kemudian menaiki kereta arah ke Bogor yang memang kosong. Sesampainya di Stasiun Bogor, mereka tetap duduk, tidak turun dari kereta dan langsung menunggu kereta berangkat kembali ke arah Jakarta Kota,” ujar dia.

Pada sore hari, lanjut dia, pengguna dengan tujuan Bogor atau Bekasi ada juga yang memilih untuk naik kereta tujuan Jakarta Kota lebih dahulu. Di Stasiun Jakarta Kota, mereka tidak turun dan memilih untuk menunggu di dalam kereta hingga kereta berangkat kembali ke arah sesuai stasiun tujuannya.

“Perilaku ini sebenarnya telah ada sejak masa sebelum pandemi Covid-19. Sebelumnya, sebagian pengguna KRL menempuh cara ini untuk mendapatkan tempat duduk selama perjalanan menggunakan KRL,” kata Anne.

Namun, Anne menambahkan, pada masa pandemi dengan berbagai pembatasan yang ada, tindakan tidak bertanggung jawab semacam ini membuat jumlah pengguna dari stasiun pemberangkatan tidak dapat dimuat maksimum ke dalam kereta. Dampaknya, antrean kereta di stasiun menjadi tidak lancar.

Tindakan sebagian pengguna membuat ribuan orang harus mengantre lebih lama lagi di stasiun. Untuk itu, petugas pengamanan saat menyisir kereta sesampainya di stasiun juga akan meminta seluruh pengguna yang ada untuk turun dan mengosongkan kereta sebelum diisi pengguna yang telah menunggu di peron.

photo
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kedua kiri) bersama Wali Kota Bogor Bima Arya (kanan), Direktur Utama PT KAI (Persero) Didiek Hartantyo (kedua kanan) dan Direktur Keuangan Rivan A Purwantono (kedua kiri) berbincang saat meninjau Stasiun Bogor di Jawa Barat, Senin (15/6/2020). Gubernur DKI Jakarta melakukan kunjungan kerja untuk meninjau kepadatan penumpang di Stasiun Bogor dan penyediaan layanan bus gratis oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kota Bogor untuk penumpang KRL Commuter Line pada masa transisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) - (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Para pengguna tersebut jika ingin kembali menggunakan KRL harus melakukan tap out di pintu elektronik stasiun, kemudian mengantre kembali dari titik awal antrean di stasiun pemberangkatan. Hal ini agar mereka yang hendak menyiasati antrean dapat diedukasi dan tidak coba-coba lagi melakukan hal serupa.

Pada Senin, 29 Juni 2020, jumlah pengguna KRL kembali mencatatkan rekor tertinggi pada masa pandemi Covid-19 yaitu, 393.498 pengguna. Jumlah ini meningkat 10 persen dibandingkan pada Senin pekan lalu dengan jumlah pengguna yang terus meningkat.

PT KCI meminta seluruh pengguna KRL untuk disiplin dan bekerja sama mengikuti protokol kesehatan di stasiun dan di dalam kereta. Dia juga mengajak para pengguna untuk bertenggang rasa kepada sesama pengguna termasuk dengan tertib mengikuti antrean dan penyekatan di stasiun.

Salah satu pengguna KRL, Ichsan Emerald (34 tahun), mengakui kerap menaiki kereta ke stasiun pemberangkatan awal agar mendapatkan tempat duduk. Ichsan naik KRL dari Stasiun Kranji untuk menuju arah Manggarai, tapi ia naik KRL ke Stasiun Bekasi lebih dulu.

“Ya kan biar dapat tempat duduk, tapi kalau memang ada aturan kereta dikosongkan dan saya harus tap out kartu di pintu masuk, ya tidak apa juga. Kalau naik dari Stasiun Bekasi, peluang dapat tempat duduk lebih besar daripada naik dari Kranji,” tutur Ichsan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat