ilustrasi sekolah prisma di Banten | Abdan Syakura/Republika

Nusantara

Sekolah Prisma di Banten yang Tinggal Kenangan

Minimnya jumlah siswa yang masuk ke SMA/SMK Prisma di Banten telah terjadi sejak 2018.

 

SMA/SMK Prisma di Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang, dulunya sempat menjadi salah satu fasilitas pendidikan paling favorit di wilayahnya. Pada kurun waktu 1990 hingga 2000, bisa masuk ke sekolah ini merupakan kebanggaan warga Kota Serang karena seleksi yang cukup ketat.

Ribuan alumni SMA/SMK Prisma yang telah mengenyam pendidikan di sekolah ini bahkan telah banyak berkiprah di masyarakat. Ada yang menjadi anggota DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) hingga dosen di universitas. Akan tetapi, masa-masa belajar para siswa hingga kenangan para guru mengajar di sekolah tersebut harus terhenti sampai pertengahan 2020 ini. Pihak pengelola memutuskan untuk menutup sekolah lantaran peminat di sekolah swasta yang SMA dan SMK yang sama-sama terakreditasi A ini telah jauh menurun.

"Dulu sempat membeludak pendaftar sekitar tahun 1990 sampai 2000-an. Karena, ketika itu sekolah di sini jarang. Sekarang sekolah negeri sudah ada di tiap kecamatan, otomatis siswa lebih nyari yang gratis," tutur Kepala SMK Prisma, Syamsudin, yang ditemui Republika, Senin (29/6).

Syamsudin menyebut, minimnya jumlah siswa yang masuk ke SMA/SMK Prisma telah terjadi sejak 2018 lalu. Sejak ada kebijakan pendidikan gratis, semua jadi ke sekolah negeri. “Ditambah jumlah di sekolah negeri yang terbatas, otomatis semua pilih ke negeri," kata dia.

Menurut dia, saat masa jayanya, para siswa di sekolah ini justru berdatangan dari berbagai daerah di Banten, mulai dari Malingping (Pandeglang) hingga Jayanti (Kabupaten Tangerang). Namun, saat ini hanya tersisa 99 siswa di SMA/SMK Prisma yang telah dipindahkan ke sekolah lain sesuai zonasi.

"Sisa 99 siswa kita pindahkan ke sekolah lain berdasarkan zonasi, kalau dari Cikande ya ke Cikande, kalau di Curug ya berarti ke SMK 4. Sekolah lain sudah menerima karena kita juga dibantu oleh Dinas Pendidikan dan mereka menyetujui pemindahan," ujar dia.

Dia juga mengaku sebenarnya tidak tega untuk memindahkan anak-anak ke sekolah lain dan menutup sekolah yang telah 26 tahun Syamsudin mengabdikan diri. Kendati demikian, ia mengatakan, solusi ini adalah jalan terbaik bagi sekolah dan para siswa meskipun harus menutup kenangan indahnya.

"Perasaan dalam hati kita ya enggak tega sebagai pendidik, tapi karena keadaan, daripada menyengsarakan siswa dan guru. Di sekolah ini, saya sudah 10 tahun jadi kepala sekolah dan mengajar mata pelajaran listrik selama 26 tahun," kata dia mengenang.

Dia menuturkan, berbagai fasilitas sekolah dari mabeler, mesin-mesin untuk belajar siswa SMK akan dihibahkan ke sekolah lain yang membutuhkan. Sementara, terkait kelangsungan bangunan fisik sekolah, Syamsudin mengaku tidak mengetahuinya dan menyerahkan hal ini kepada Yayasan Prisma Sanjaya.

Sementara, Kepala SMA Prisma, Iswandriyanto, menyebut keputusan menutup sekolah adalah demi kemaslahatan para siswa agar terlayani dengan baik. Saat ini, para siswa SMA yang tersisa juga sudah disalurkan oleh pihaknya dan Dinas Pendidikan ke sekolah-sekolah lain.

"Karena memang siswanya sudah berkurang banyak, nanti malah tidak terlayani dengan baik. Siswa juga sekarang sudah saya salurkan ke sekolah-sekolah lain," ujar Iswandriyanto.

Menurut dia, keputusan menutup sekolah adalah keputusan yang telah dibicarakan dengan berbagai pihak dan solusi yang paling memungkinkan dilakukan. "Ini (keputusan menutup) sudah diinfokan ke dinas, jadi kita didukung sebagai solusi dari permasalahan pendidikan," kata dia.

Iswandriyanto mengungkapkan, belum mengetahui bagaimana nasib dari gedung sekolah. Ia mengatakan, hal terpenting saat ini adalah memastikan para siswa bisa menyelesaikan sekolah mereka hingga selesai jenjang menengah atas. 

"Buat saya yang terpenting adalah menyelesaikan tugas saya sebagai kepala sekolah dan menyelesaikan kepindahan anak-anak ke sekolah-sekolah agar mereka tetap lanjut mengenyam pendidikan SMA," ujar dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat