Unjuk rasa memprotes Cina di Bangalore, India. | EPA-EFE/JAGADEESH NV

Tajuk

Seruan Dialog India-Cina

Jangan sampai sengketa India-Cina itu menimbulkan konflik yang lebih luas.

Pandemi Covid-19 belum tuntas menghantui masyarakat. Kini, dunia kembali 'diramaikan' dengan konflik antara Cina dan India di jalur Pegunungan Himalaya. Sebanyak 20 tentara India terbunuh dalam bentrokan dengan pasukan Cina di wilayah perbatasan Ladakh pada Senin (15/6).

Sementara itu, sebanyak 43 tentara Cina dikabarkan juga menjadi korban. Namun, tidak diperinci jumlah tentara yang meninggal ataupun terluka. Jatuhnya korban jiwa ini menandai peningkatan eskalasi serius terkait sengketa perbatasan yang melibatkan dua negara. Ketegangan di wilayah perbatasan India dengan Cina telah terjadi sejak Mei lalu.

Lokasi konflik tersebut merentang sepanjang 3,2 kilometer garis kendali (LAC) pada ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut di Lembah Galwan. Lokasi ini membelah dua wilayah, yakni Aksai Chin yang diapit Tibet dan Xin jiang di wilayah yang diklaim Cina dan Ladakh yang berbatasan dengan Jammu-Kashmir yang diklaim India.

 
Kontak ini terjadi di banyak titik di sepanjang LAC. Namun, belum ada di antara mereka yang melepaskan tembakan selama empat dekade terakhir. 
 
 

LAC merupakan garis demarkasi yang memisahkan klaim wilayah kedua negara di Ladakh. Di sini, kedua negara mengeklaim wilayah yang tumpang tindih. Hal ini pun diperburuk dengan kondisi medan perbatasan yang berupa sungai, danau, dan tebing bersalju yang membuat garis pemisah itu dapat bergeser.  

Meskipun begitu, bentrokan yang terjadi pada Senin lalu itu pun cukup mengejutkan. Karena selama ini, pasukan patroli perbatasan kedua negara memang kerap bersinggungan dan tak jarang memicu perkelahian atau kontak fisik.

Kontak ini terjadi di banyak titik di sepanjang LAC. Namun, belum ada di antara mereka yang melepaskan tembakan selama empat dekade terakhir. Selama itu pula tak ada korban yang tewas akibat bentrokan atau perkelahian di antara pasukan patroli perbatasan kedua negara.

Menyikapi konflik terkini dua negara itu, Pemerintah Indonesia juga ikut angkat suara. Pemerintah melalui Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menyerukan dialog untuk menyelesaikan sengketa perbatasan yang ada di perbatasan India dan Cina di Pegunungan Himalaya.

 
Jangan sampai sengketa mematikan yang telah menewaskan puluhan orang itu kemudian malah membesar dan menimbulkan konflik yang lebih luas. 
 
 

Pertemuan perwira militer India dan Cina di Lembah Galwan yang disengketakan pada Rabu (17/6) pun patut didukung. Pertemuan ini merupakan upaya untuk menemukan jalan keluar dari kebuntuan diplomasi kedua negara selama satu bulan terakhir.

Jangan sampai sengketa mematikan yang telah menewaskan puluhan orang itu kemudian malah membesar dan menimbulkan konflik yang lebih luas. Masyarakat dunia tentunya tidak menginginkan hal tersebut. Apalagi, saat ini kita juga tengah menghadapi pandemi Covid-19 yang belum kunjung usai.  

Seperti seruan Pemerintah Indonesia, kita tentu berharap, kedua negara dapat menahan diri dan menciptakan situasi yang kondusif bagi jalan dialog dan penyelesaian sengketa secara damai. Apalagi, India dan Cina merupakan mitra dekat Indonesia.

Kedua negara tersebut memiliki hubungan baik dan produktif sehingga menjadi kepentingan semua negara di kawasan Indo-Pasifik serta dunia internasional. Tak hanya itu, keduanya juga merupakan negara kunci untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan ini. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat