Ilustrasi karyawan salon merapikan rambut pelanggannya. | EPA-EFE/PIYAL ADHIKARY

Jakarta

Salon Buka, Kita Tetap Terapkan PSBB

Pebisnis salon berupaya untuk mendongkrak omzet di tengah pandemi covid-19.

OLEH MEILIZA LAVEDA

Suasana salah satu gang di kawasan Pulo Kalibata, Jakarta Selatan, terlihat sepi. Sepanjang jalan, tak banyak orang yang berlalu-lalang. Memasuki penghujung gang, di sebelah kanan terlihat papan “Sonaya Salon Pria dan Wanita”.

Sonaya (49 tahun), panggilan pemilik salon, sedang melayani pelanggan keduanya, anak sekolah. Sonaya terlihat antusias memotong rapi rambut anak itu yang kian panjang selama pandemi. Anak itu ditemani dengan teman sebayanya. 

Dia menuturkan, sejak Senin (15/6), salonnya sudah mulai buka kembali. Jam operasional berubah, yang tadinya bisa sampai malam, saat ini hanya membuka salonnya sekitar pukul 09.30 hingga 17.00 WIB. Sonaya juga telah menyiapkan sejumlah protokol kesehatan dengan mewajibkan pelanggan menggunakan masker, mencuci tangan, dan menerapkan jaga jarak. 

Ia berharap pengunjung salonnya kembali ramai. Hampir tiga bulan, salonnya tutup lantaran peraturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). “Sedih banget saat tutup selama tiga bulan kemarin. Sempat ngerasa down juga. Namanya nyari uang di Jakarta, saya sama keluarga masih ngontrak di sini,” tutur Sonaya, Selasa (16/6).

Perempuan kelahiran 1971 ini mengaku penghasilannya menurun drastis semenjak pandemi Covid-19 menyerang. Sebelumnya, Sonaya bisa melayani pelanggan hingga puluhan orang per hari. Namun, sejak baru dibuka, pelanggan yang datang bisa dihitung jari. 

Penurunan pelanggan juga terjadi pada salah satu salon Haircode yang terletak di Grand Metropolitan Bekasi. Pemilik salon, Astrid Maureen (43), mengatakan, terjadi penurunan pelanggan sejak pandemi.

Jika sebelumnya salon bisa melayani sekitar 20 orang saat weekdays dan 40 orang saat weekend, saat ini  pelanggan yang datang bisa kurang 15 orang. Salon miliknya pun terpaksa tutup sejak akhir Maret lalu. 

Walaupun begitu, ia tetap membayar upah karyawannya setengah dari upah biasanya, termasuk uang THR. Cara lain untuk mensiasati bisnisnya selama salon tutup, ia juga meminta dispensasi dengan pihak mal, seperti penundaan pembayaran sewa. Kendati dapat menunda pembayaran sewa, Astrid tidak bisa bebas dari iuran bulanan listrik dan air.  

Salonnya sudah mulai beroperasi kembali dengan jam operasional baru, yakni pukul 11.00 WIB hingga 19.00 WIB. Saat mulai dibuka, perempuan 43 tahun ini mengaku telah mempersiapkan beberapa protokol kesehatan yang ketat. 

Salon merupakan area wajib masker. Sebelum bisa mendapatkan layanan, pelanggan harus reservasi terlebih dahulu melalui telepon. Berlaku juga pada pelanggan yang sudah datang di tempat.

Setelah reservasi, pelanggan diharuskan mengisi formulir terkait informasi Covid-19. Seperti apakah pernah ke luar kota dan pernah kontak langsung dengan orang dalam pemantauan (ODP). Jika data pelanggan sudah diterima, pihak salon akan menjadwalkan. 

Pelanggan yang telah terjadwal dicek suhunya dahulu dengan maksimal 37,3 derajat Celcius. Kemudian pelanggan diarahkan untuk mencuci tangan. Sesudah itu, pelanggan baru bisa bertemu stylish sesuai kebutuhan mereka. 

Karyawan juga dilengkapi dengan face shield, masker, dan sarung tangan. Pembatasan pelanggan juga diterapkan agar tidak menimbulkan kerumunan. Di lantai atas, ruang khusus hijab yang biasa menampung empat orang kini hanya dua orang. Sedangkan lantai bawah kapasitasnya bisa mencangkup 15 orang, sekarang hanya enam orang.

“Alat salon yang digunakan pun sangat steril, sebelum dipakai sudah dibersihkan dengan alkohol dan melewati rangkaian proses pensterilan,” ujar Astrid. 

Salah satu pelanggan, Anastasia Anette (24), menyatakan kegembiraannya walaupun sempat takut untuk pergi ke salon. “Senang banget bisa ke salon lagi. Ini yang ditunggu-tungu kalau mal buka, mau potong rambut,” ujar Anastasia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat