Pembeli memilih telur ayam yang dijual di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu. Sejumlah pedagang di pasar Kramat Jati masih abai protokol kesehatan. | ANTARA

Jakarta

Pedagang Pasar Kramat Jati Abai Disiplin

Petugas protokol kesehatan Kramat Jati sangat terbatas lantaran luasnya wilayah pasar.

JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menetapkan status pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi menuju kenormalan baru. Kebijakan itu berdampak pada berlanjutnya penerapan protokol kesehatan di semua lini, termasuk di Pasar Induk Kramat Jati. Pengawasan di pasar tersebut dilakukan lantaran sebelumnya ditemukan 166 orang positif Covid-19.

Pantauan Republika, Jumat (12/6), pengelola Pasar Induk Kramat Jati memang menerapkan protokol kesehatan sejak masuk ke area pasar dengan menyemprotkan cairan desinfektan di setiap kendaraan. Setelahnya, petugas pasar memeriksa suhu tubuh pedagang dan pembeli, serta memakaian masker ketiap orang yang beraktivitas di dalam pasar.

Namun, terlihat petugas sangat terbatas lantaran luasnya wilayah pasar tak sebanding dengan jumlah yang disiagakan. Alhasil, petugas melakukan pemeriksaan secara acak. Terkecuali di gedung pengelola pasar, pengecekan suhu dan masker dilakukan kepada setiap orang.

Salah satu pedagang buah, Saefuddin, mengatakan, ia hampir setiap hari membawa masker. Dia memahami betapa berbahayanya virus korona yang punya daya penularan tinggi.

Meski begitu, ia kadang merasa repot bekerja kalau memakai masker karena kesulitan bernapas serta berbicara. "Ada kok masker kain, tapi ini lagi enggak pakai saja karena gerah di sini, susah ngobrol juga kalau pakai masker," kata Saefuddin, Jumat.

Memang sangat mudah mendapati orang yang tak mengenakan masker beraktivitas di dalam pasar. Sebagian lainnya mengenakan masker di bawah hidung yang berarti tak efektif.

Ahmad Juairi menjadi salah satu pedagang yang menggunakan masker kain. Dia mengatakan, berusaha menaati protokol kesehatan dari pemerintah karena ingin menjaga kesehatan diri dan keluarga. "Kasihan orang rumah kalau ketularan dan saya juga mau jaga diri makanya pakai masker ini beli sendiri, ada juga yang dikasih," ujar pedagang sayuran ini.

Para pembeli yang berbelanja di Pasar Induk Kramat Jati mengetahui bahayanya penularan corona di lingkungan pasar. Namun mereka harus mengambil risiko berbelanja di pasar karena kebutuhan. "Mau enggak mau ya ke sini, karena lengkap dan murah barangnya, sudah ada langganan juga," ucap Siska Anggraini, salah satu pembeli yang mengelola bisnis nasi kotak.

Pedagang sayur eceran, Hendra Gunawan, mengatakan, memang semua harga yang dijual di pasar induk pasti lebih murah dibandingkan tempat lain. Bahkan, tidak sedikit mereka yang mengambil belanja di pasar induk dijual lagi ke rumah-rumah. "Sudah pasti harga di sini lebih murah, apalagi kalau beli grosiran. Selisih harganya lumayan karena saya untuk dijual lagi," ucap Hendra.

Kepala Pasar Induk Kramat Jati, Agus Lamun, mengatakan, tidak mencoba menutupi fakta adanya keterbatasan personel gabungan dalam menjalankan protokol kesehatan. Sehingga, pihak pengelola pasar membutuhkan tambahan personel TNI-Polri dalam menegakkan protokol kesehatan.

Walau begitu, pihaknya selalu berupaya menjalankan Pergub Nomor 51 Tahun 2020. Caranya, dengan cara acak diadakan razia di dalam area pasar untuk menjaring mereka yang tak mengenakan masker. Tujuannya menjaga keselamatan dan kesehatan semua orang yang beraktivitas di lingkungan pasar. "Penggunaan masker wajib oleh semua orang di pasar. Kondisi ini bisa buat semua yang beraktivitas di pasar Kramat Jati tetap sehat," ujar Agus.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat