Pembeli memilih cabai merah di Pasar Induk Rau, Serang, Banten, Selasa (2/6/2020).Inflasi yang rendah turut disebabkan penerapan PSBB di sejumlah daerah. | ASEP FATHULRAHMAN/ANTARA FOTO

Ekonomi

Inflasi Lesu

Inflasi yang turun turut disebabkan penerapan PSBB di sejumlah daerah.

 

 

JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada Mei 2020 sebesar 0,07 persen (month to month/mtm). Meski terdapat momentum Ramadhan dan Idul Fitri, inflasi bulan lalu menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,08 persen. Apabila dibandingkan dengan tingkat inflasi pada momentum Idul Fitri tahun lalu, penurunan tercatat lebih tajam. Pada Juni 2019, inflasi mencapai 0,55 persen.

"Sangat jauh apabila dibandingkan Idul Fitri tahun lalu. Situasi tahun ini tidak biasa, Covid-19 banyak kejadian sehingga pola inflasi tidak biasa," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers, Selasa (2/6).

Suhariyanto mengatakan, penurunan inflasi termasuk disebabkan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan di berbagai daerah. Hal itu turut menyebabkan penurunan permintaan dan aktivitas ekonomi. "Dari sisi suplai, PSBB juga menyebabkan perlambatan produksi," katanya.

Meski begitu, menurut Suhariyanto, inflasi yang rendah pada Mei 2020 turut disebabkan harga bahan pangan yang terkendali. Dia mengatakan, berkat pasokan ataupun distribusi yang terjaga, kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau berhasil menyumbang deflasi sebesar 0,32 persen pada Mei 2020.

photo
Warga berbelanja berbagai macam kebutuhan pokok saat pasar murah Bulog di Kelurahan Tegalsari, Tegal, Jawa Tengah, Rabu (12/2/2020). Inflasi yang turun turut disebabkan adanya penerapan PSBB di sejumlah daerah - (Oky Lukmansyah/ANTARA FOTO)

Hampir seluruh kelompok pengeluaran masyarakat menunjukkan gerak landai kecuali sektor transportasi. Kelompok itu menyumbang inflasi tertinggi pada Mei 2020 sebesar 0,87 persen dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,10 persen. Suhariyanto memerinci, tarif angkutan udara memberikan andil inflasi sebesar 0,08 persen dan tarif kereta api memberikan andil 0,02 persen.

"Meskipun pemerintah sudah meminta masyarakat tidak mudik, ternyata ada masyarakat yang tetap melakukan perjalanan," ujarnya.

Kendati demikian, menurutnya, laju inflasi dari tarif angkutan selama periode Ramadhan dan Lebaran tahun ini masih jauh lebih rendah dibandingkan periode tahun sebelumnya. Menurut komponen inflasi, tingkat inflasi inti pada Mei 2020 menurun menjadi 0,06 persen dibandingkan inflasi inti pada April 2020 yang masih di level 0,17 persen. Inflasi inti merupakan salah satu indikator tingkat daya beli masyarakat.

Sementara, komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi sebesar 0,67 persen dan komponen harga bergejolak mengalami deflasi 0,5 persen. Suhariyanto menyampaikan, lesunya tingkat inflasi Indonesia juga dialami oleh negara tetangga ataupun negara yang setara atau peer countries. Pada April 2020, Filipina dan Singapura masing-masing mengalami deflasi sebesar 0,1 persen, Vietnam deflasi 1,5 persen, dan Cina 0,9 persen.

Menurut ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira, tingkat inflasi pada Mei 2020 menunjukkan sisi permintaan telah mengalami penurunan tajam. Menurut dia, inflasi rendah bukan karena harga kebutuhan pokok yang stabil, melainkan adanya daya beli yang berkurang.

 
Tingkat inflasi pada Mei 2020 menunjukkan sisi permintaan telah mengalami penurunan tajam.
BHIMA YUDHISTIRA, Ekonom Indef
 

"Inflasi yang rendah terjadi pada komponen pakaian jadi dan alas kaki. Tidak wajar apabila momen Lebaran harga pakaian jadi hanya naik 0,09 persen," ujarnya.

Menurut dia, faktor utama rendahnya permintaan bisa ditelusuri dari perilaku simpanan masyarakat. Hal ini terlihat dari kelompok berpendapatan tinggi yang cenderung menyimpan uangnya di bank.

"Terlihat dari kenaikan angka simpanan di atas Rp 5 miliar per April 2020 yang tumbuh lima persen secara year to date. Itu sudah pertanda adanya perilaku saving untuk mempersiapkan skenario ekonomi yang melambat," ujarnya.

Sementara, kelompok masyarakat kelas menengah ke bawah dengan maksimal simpanan Rp 100 juta mengalami penurunan sebesar dua persen pada periode yang sama. Menurut dia, kelompok itu menarik simpanan karena adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penurunan daya beli secara signifikan.

Dari sisi pasokan para petani dan pedagang mengeluh untuk menjual bahan makanan saat PSBB. "Daripada tidak bisa masuk ke Jakarta dan disuruh memutar balik akhirnya banyak yang urung menjual barangnya. Kemudian, terjadi kelebihan produksi sehingga pangan deflasi," kata Bhima. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat