Soto kerbau (soto kebo) khas Kudus. tidak menggunakan daging ayam atau daging sapi sebagai isian soto | Republika/Rakhmawaty La

Inovasi

Mengantar Kuliner Indonesia Melanglang Buana

Aplikasi bisa dimanfaatkan untuk memperkenalkan kuliner Tanah Air ke panggung dunia.

Saat ini, setidaknya ada empat jenis kuliner Asia yang paling mendominasi pasar internasional. Keempatnya adalah kuliner khas Jepang, Korea, Cina, dan Thailand.

Di sisi lain, survei yang dilakukan CNN menunjukkan, dua dari tiga makanan terenak di dunia berasal dari Indonesia. Kedua makanan tersebut adalah rendang dan nasi goreng. Akan tetapi, kuliner khas Indonesia masih belum dikenal luas di pasar Internasional.

Menyadari hal ini, Codafood hadir dengan visi memperkaya daya saing kuliner khas Indonesia di pasar internasional. Perusahaan rintisan ini hadir sebagai platform yang dapat mempertemukan pelaku bisnis di Indonesia dengan calon investor dari luar negeri. "Kami mempunya misi untuk membuka jaringan kuliner Indonesia seluas-luasnya di mancanegara," ujar CEO Codafood Albert Christo, di Jakarta, belum lama ini.

Menurut dia, dia dan timnya sudah merasa jenuh melihat besarnya ekspansi jenama luar negeri di Indonesia. Albert menilai, sudah saatnya Indonesia menjajah balik pasar internasional melalui kuliner Indonesia yang beragam dan lezat.

Codafood, ia melanjutkan, hadir untuk membuka pintu selebar-lebarnya bagi para pelaku bisnis kuliner Indonesia yang ingin melebarkan sayapnya ke luar negeri. Sebagai langkah awal, Codafood telah mengembangkan pilot project mereka, yaitu membuka cabang pertama Soto Betawi Bang Rojak di Tokyo, Jepang. Seperti namanya, Soto Betawi Bang Rojak memiliki kekhususan jenis makanan, yaitu soto. Rencananya cabang pertama Soto Betawi Bang Rojak di Jepang ini akan dibuka pada kuartal pertama 2020.

Pemilihan soto ini sejalan dengan visi Kemen terian Pariwisata Indonesia yang telah menetapkan lima ikon kuliner sebagai makanan nasional Indonesia. Kelima ikon kuliner tersebut adalah soto, rendang, nasi goreng, satai, dan gado-gado.

Jepang dipilih sebagai negara pertama karena tim Codafood sudah cukup mengenal baik negara tersebut, terutama wilayah Tokyo. Albert mengatakan, kuliner khas Indonesia masih tergolong minim di Tokyo sehingga sulit untuk dicari. Padahal, potensi wisata di Jepang sangat luar biasa dengan proyeksi jumlah wisata wan mencapai 40 jutaan pada akhir 2019.

Soto yang akan dibawa ke Jepang ini telah melalui berbagai proses penyesuaian agar sesuai dengan selera orang Jepang dan juga Indonesia. Codafood melakukan food testing yang melibatkan komunitas orang Jepang hingga dua kali untuk mendapatkan validasi tersebut. Tingkat penerimaan soto oleh orang-orang Jepang yang berpartisipasi dalam food testingini melebihi 80 persen.

Penyesuaian rasa ini penting dilakukan. Agar bisnis kuliner bisa terus berjalan, makanan yang ditawarkan perlu memiliki cita rasa yang sesuai dengan warga lokal di negara tujuan.

Akan tetapi, Codafood menjamin bahwa penyesuaian rasa ini tidak akan menghilangkan esensi dasar dan kekhasan Indonesia dalam sajian soto. "Membawa makanan Indonesia ke luar negeri, kami tidak berani berdasarkan bias `kayaknya ini enak'. Harus berani ngomongin data," ungkap aktor yang juga pendiri platform digital Berbagi Kultur (BRBGKLTR) sekaligus komisaris Codafood Herjunot Ali.

Codafood juga melakukan penyesuaian bahan baku untuk mengetahui ketersediaan bahan-bahan makanan yang diperlukan untuk membuat soto di negara tujuan. Uniknya, seluruh bahan yang diperlukan untuk mem buat soto tersedia di Jepang.

Di Jepang, Soto Betawi Bang Rojak akan dipasarkan dengan nama baru, yaitu Soto Betawi Miyamoto. Rebranding atau pergantian nama ini dilakukan untuk menciptakan kesan yang dekat bagi warga Jepang dan juga warga Indonesia yang bekerja atau berwisata di Jepang.

Mudahkan Ekspansi

photo
Rendang - (Prayogi/Republika)

Junot mengatakan, banyak pengusaha kuliner di Indonesia yang mungkin pernah bermimpi bisa mengembangkan bisnis mereka ke kancah internasional. Tetapi, realisasi mimpi besar ini sering terbentur beragam hal.

Mulai dari mengurus legalitas, mencari pihak lokal untuk menjalin kerja sama, mencari tempat di wilayah tersebut yang dapat memasok bahan-bahan makanan yang dibutuhkan, hingga melakukan survei lokasi yang strategis dan baik untuk bisnis. "Codafood hadir untuk memfasilitasi itu semua," ujar Junot.

Junot berharap akan ada semakin banyak pelaku bisnis yang bergabung dengan Codafood. Selain itu, Codafood juga diharapkan dapat membangkitkan optimisme pelaku bisnis kuliner khas Indonesia di luar negeri.

Kini, pelaku bisnis kuliner khas Indonesia juga bisa bermimpi lebih besar dan bersaing di arena yang lebih luas bersama Codafood. "Agar waralaba dalam negeri bisa lebih agresif menyasar pasar luar negeri guna meningkatkan daya saing nasional lewat kuliner," papar Junot.

Pelaku bisnis kuliner maupun pemilik modal yang berniat bergabung dan bekerja sama dengan Codafood bisa mengakses situs codafood.com. Selain itu, Junot mengatakan, pihak yang tertarik untuk bekerja sama bisa menghubunginya secara langsung melalui pesan pribadi atau mention di akun Instagram pribadinya.

 
Restoran Indonesia biasanya menjual makanan yang kadang membuat turis justru bingung.
ALBERT CHRISTO, CEO Codafood
 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat