Perahu motor melintasi Sungai Batanghari saat matahari terbenam di Kemingking Dalam, Muarojambi, Jambi, Selasa (21/4/2020). Destinasi wisata akan diujicoba standar baru.. | WAHDI SEPTIAWAN/ANTARA FOTO

Nasional

Destinasi Wisata Uji Coba Standar Baru

Uji coba kenormalan baru destinasi wisata harus dilakukan sangat matang.

JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mulai menyiapkan protokol kesehatan dasar untuk diujicobakan di sejumlah destinasi menyambut era kenormalan baru. Kebersihan lingkungan menjadi titik fokus utama.

Juru bicara Satgas Penanganan Dampak Covid-19 Kemenparekraf, Ari Juliano Gema, mengatakan, berdasarkan keputusan pemerintah, prosedur standar tatanan atau kenormalan baru di sarana publik akan diterapkan dan memberi kesempatan sektor parekraf untuk bangkit lebih cepat.

Kemenparekraf, kata Ari, sudah menyiapkan program clean linse, healt, and safety (CHS) yang akan diterapkan di berbagai destinai wisata Tanah Air. "Tujuannya, tidak hanya menyiapkan destinasi yang lebih baik sesuai dengan standardisasi kebutuhan wisatawan, tapi juga menerapkan disiplin bagi masyarakat," kata Ari dalam siaran pers, Rabu (27/5).

Pedoman penerapan CHS itu ditargetkan rampung pada Mei 2020 dan akan ditetapkan serta disimulasikan. Kemudian, dilanjutkan verifikasi CHS di destinasi mulai Juni hingga Juli 2020. Selanjutnya, penerapan skema dan program sertifikasi CHS ditargetkan berlangsung selama Agustus hingga Desember 2020.

Adapun, pedoman CHS itu rencananya lebih dulu akan dijalankan di Bali, Yogyakarta, dan Kepulauan Riau. Selanjutnya, secara bertahap di lima destinasi superprioritas untuk kemudian di seluruh daerah Tanah Air.

Beberapa faktor yang diperhatikan dalam CHS, di antaranya, kebersihan seperti pembersihan ruang dan barang publik dengan disinfektan, ketersediaan sarana cuci tangan dengan sabun, hingga tempat sampah bersih. Untuk kesehatan, adanya koordinasi antara destinasi dengan Satgas Covid-19 daerah dan rumah sakit, pemeriksaan suhu tubuh, gerakan memakai masker, menerapkan etika batuk dan bersin.

Kemudian, menghindari berjabatan tangan serta penanganan bagi pengunjung dengan gangguan kesehatan ketika beraktivitas di lokasi. "Faktor dalam keselamatan, di antaranya, pengelolaan pengunjung, pengaturan jumlah kerumunan, pengaturan jarak antarindividu, dan lainnya," kata Ari.

Harus sosialisasi

Ia menuturkan, pedoman CHS itu mengacu kepada protokol kesehatan yang sudah disusun oleh Kementerian Kesehatan. Protokol itu pun, kata dia, sudah disosialisasikan secara masif kepada masyarakat sehingga masyarakat tahu apa yang harus dikerjakan mengenai jaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, hingga larangan berkerumun dalam jumlah yang banyak.

"Ini merupakan bagian dari langkah untuk memastikan kesiapan masyarakat menjalankan kenormalan baru yang akan menggerakkan perekonomian nasional," katanya.

Pakar pariwisata Universitas Gadjah Mada (UGM), Muhammad Baiquni, meminta pemerintah merencanakan dengan sangat matang terkait uji coba pembukaan kembali destinasi pariwisata dengan protokol kesehatan kenormalan baru.

"Harus ada perencanaan, pemerintah tidak boleh gegabah karena bisa jadi malapetaka. Semua harus berdasarkan data akurat dan kesiap-siagaan destinasi," kata Baiquni kepada Republika, Rabu (27/5).

Pada Kamis (28/5) dalam rapat terbatas melalui konferensi video dengan topik "Tatanan Normal Baru di Sektor Pariwisata yang Produktif dan Aman Covid-19" dari Istana Merdeka Jakarta, Presiden Joko Widodo justru lebih menekankan pentingnya untuk patuh terhadap tahapan-tahapan terkait standar baru yang disusun bagi sektor pariwisata dalam menghadapi era normal baru.

Menurut dia, pengawasan dalam penerapan kebijakan normal baru di sektor pariwisata sangat penting sebelum destinasi dibuka kembali setelah pandemi Covid-19. "Tapi tahapan-tahapan yang saya sampaikan dilalui dan dikontrol dengan baik," katanya.

Oleh sebab itu, menurut Presiden, setelah pandemi, Indonesia harus melakukan terobosan pada sektor pariwisata. "Kita harus melakukan inovasi, melakukan perbaikan-perbaikan sehingga cepat beradaptasi dengan perubahan tren yang kemungkinan besar nanti akan terjadi di dunia pariwisata global," katanya.

Ia menekankan untuk saat ini terlebih dahulu Indonesia harus fokus menggarap sektor pariwisata domestik dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat dalam pelaksanaannya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat