Sejumlah model memakai busana karya sejumlah desainer tanah air pada gelaran Muslim Fashion Festival 2020 di Jakarta Convention Center, Jakarta, beberapa waktu lalu. | Republika/Thoudy Badai

Ekonomi

Ekonomi Syariah Perlu Tebar Nilai Baik

Kinerja ekonomi syariah tumbuh lebih tinggi dibandingkan PDB nasional 2019.

 

JAKARTA -- Pengamat ekonomi syariah dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Irfan Syauqi Beik, mengatakan, indikator nilai-nilai spiritual perlu menjadi bagian dalam pengembangan ekonomi syariah di Indonesia. Irfan mengatakan, pengembangan ekonomi syariah jangan sampai hanya berfokus pada indikator finansial atau angka. Menurut dia, nilai spiritual yang dibawa dalam ekonomi syariah bisa berdampak masif dan turut memperbesar ukuran ekonomi syariah itu sendiri.

"Sudah banyak kita saksikan pengembangan ekonomi hanya melahirkan kerusakan, ini karena kurangnya pengukuran indikator spiritual atau nilai dalam kebijakan pemerintah," kata Irfan ketika dihubungi Republika, Rabu (27/5).

 
Nilai konsumsi untuk industri halal secara global diperkirakan akan mencapai 3,2 triliun dolar AS pada 2024.
 

Irfan mencontohkan, salah satu kebijakan berbasis nilai yang bisa dikembangkan adalah menekankan narasi berbagi lewat zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ziswaf). Instrumen keuangan sosial Islam ini tidak bisa hanya dianggap sebagai sumber dana saja, tapi juga sebagai sumber nilai.

Ketika seseorang atau institusi berbagi melalui ziswaf, perlu ada perhitungan peningkatan nilai spiritual dari penerima manfaat. Institusi syariah seperti bank syariah bisa lebih semangat dalam berbagi melalui ziswaf. Ini menjadi salah satu contoh dari berbagai kebijakan yang bisa dilahirkan dengan basis yang menekankan pada nilai.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) telah menerbitkan Laporan Ekonomi dan Keuangan Syariah 2019 pada Rabu (20/5). Salah satu temuan dalam laporan itu, kinerja ekonomi syariah secara umum tumbuh lebih tinggi dibandingkan PDB nasional, yakni dengan pertumbuhan mencapai 5,72 persen.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menyampaikan, pangsa pasar syariah yang besar terus bertumbuh di lingkup domestik. Ini menjadi modal penting sekaligus peluang yang menjanjikan dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah nasional sebagai salah satu motor penggerak perekonomian.

Ekonomi syariah dapat menjadi sumber pertumbuhan baru yang inklusif, berkelanjutan, dan mengedepankan prinsip-prinsip keadilan. Hal ini bukan berarti tanpa alasan, terutama jika dilihat dari preferensi dan gaya hidup masyarakat dalam mengonsumsi barang dan jasa bersertifikat halal yang terus meningkat. "Semakin bertambahnya pula global player dalam ikut memasok rantai nilai halal dunia," katanya.

Di tengah perlambatan ekspor bahan makanan halal akibat melambatnya permintaan global, sektor makanan halal tetap tumbuh tinggi, yakni mencapai 7,8 persen. Namun, dari sisi eksternal, ekspor bahan makanan halal tercatat mengalami penurunan pada semester I 2019 sebelum akhirnya kembali mengalami perbaikan. 

Secara total, nilai ekspor bahan makanan halal pada tahun 2019 mencapai 29,8 miliar dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 7,6 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya. Secara total, kinerja sektor ini masih berdaya tahan, ditopang oleh permintaan domestik dan ekspor neto yang masih mencatat surplus sebesar 12,4 miliar dolar AS.

photo
Sejumlah pengunjung memadati stan makanan halal pada acara Festival Republik dan Dzikir Nasional 2019 di Masjid Agung At- Tin, Jakarta. - (Thoudy Badai_Republika)

Indonesia dinilai memiliki potensi dalam mendorong sektor industri halal menjadi market leader, bukan hanya sebagai target pasar. Bonus demografi membuka peluang besar bagi pelaku industri halal nasional untuk mendorong peningkatan produksi dan menjadi pemain utama dalam industri halal global. 

Peningkatan produksi tersebut selanjutnya berpotensi untuk memperbesar ekspor produk halal Indonesia. Nilai konsumsi untuk industri halal secara global diperkirakan akan mencapai 3,2 triliun dolar AS pada 2024. 

 
Selama ini, sektor riil halal ini bukan tidak berkembang, tapi memang kurang dukungan dari sisi keuangan atau pembiayaan.
Pengamat ekonomi syariah Yusuf Wibisono
 

Pengamat ekonomi syariah Yusuf Wibisono menilai BI bisa menjadi salah satu lembaga negara yang aktif mendukung pengembangan ekonomi syariah. "BI bisa punya regulasi atau aturan yang mendorong secara langsung," katanya kepada Republika, Rabu (27/5).

Selama ini, BI mendorong ekonomi syariah dengan basis halal value chain atau sektor riil. Ini secara tidak langsung berdampak pada pengendalian inflasi yang turut menjadi kewenangan BI. Yusuf melihat BI juga bisa mengeluarkan kebijakan yang punya dampak langsung.

Yusuf mencontohkan, kebijakan langsung untuk memberi pembiayaan atau bantuan likuiditas dengan basis bagi hasil langsung ke sektor riil atau perbankan syariah yang mendorong sektor riil. "Selama ini, sektor riil halal ini bukan tidak berkembang, tapi memang kurang dukungan dari sisi keuangan atau pembiayaan," katanya.

Peran BI selain di kebijakan moneter yang perlu didorong adalah peran di daerah sebagai mitra pemerintah daerah dalam mendorong industri halal.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat