Petugas kepolisian Los Angeles berpatroli menunggang kuda di Pantai Venice, Rabu (13/5) lalu. | AP/Mark J. Terrill

Kisah Mancanegara

Kisah Jizun tentang Ilmu Kuda dan Puasa di AS 

Pembatasan di Amerika Serikat berdampak pada mahasiswa asal Indonesia.

 

Oleh YEYEN ROSTIYANI

Ramadhan kini tak lagi sama seperti tahun-tahun lalu. Apalagi, bagi Ahmad Munjizun, putra asli Lombok yang biasa dipanggil Jizun. Ia tak saja menjalani Ramadhan jauh dari negerinya, tapi juga diadang pandemi virus korona.  

Jizun memang sedang menuntut ilmu di North Carolina State University untuk jenjang doktoral. Penerima beasiswa Fulbright ini mengambil jurusan ilmu kehewanan dengan spesifikasi equine science atau ilmu tentang kuda. 

Seiring kasus Covid-19 terus melonjak pada pertengahan Maret, gubernur North Carolina memberlakukan peraturan bagi masyarakat untuk tinggal di rumah saja atau stay-at-home order.  

“Peraturan untuk tinggal di rumah ini tidak sama dengan lockdown total karena setiap orang masih diberikan izin untuk keluar rumah terutama untuk keperluan sehari-hari,” tutur Jizun kepada Republika.

 
Ramadan kali ini menjadi satu-satunya bulan puasa dalam sejarah hidup saya, saat orang-orang Muslim yang berpuasa harus mematuhi peraturan dan harus menjauh secara fisik dari masjid
 
 

Pelaksanaan pembatasan di Kota Raleigh, sebagai ibu kota North Carolina ini berimbas pada penutupan berbagai bisnis, termasuk sekolah dan perguruan tinggi kecuali bisnis-bisnis vital seperti urusan pemerintahan, penyedia bahan makanan, restoran, layanan kesehatan, dan sebagainya. Pengelola restoran mendapatkan izin operasional hanya untuk dibungkus bawa pulang dan tidak ada yang boleh makan di restoran.

Kegiatan belajar juga semua menjadi daring. Setengah dari semester musim semi ini berjalan dengan sistem kuliah jarak jauh secara daring.

Pada musim semi ini, durasi puasa adalah kurang lebih 16 jam, dengan waktu Subuh pukul 04.31 waktu setempat. Walaupun begitu, Jizun tidak terasa terlalu susah karena kebanyakan aktivitas dilakukan di dalam rumah. Komunitas muslim di Kota Raleigh tergolong besar, yaitu mencapai ribuan orang. 

Imam masjid di Kota Raleigh sudah memfatwakan agar masjid ditutup sementara. Ini bahkan dilakukan sebelum keluar peraturan dari gubernur North Carolina untuk tinggal di rumah saja. Maka kegiatan berbuka, sahur hingga shalat Tarawih pun harus dilakukan di rumah masing-masing. 

“Ramadan kali ini menjadi satu-satunya bulan puasa dalam sejarah hidup saya, saat orang-orang Muslim yang berpuasa harus mematuhi peraturan dan harus menjauh secara fisik dari masjid,” kata Jizun.

“Saya sering memasak untuk makanan buka dan sahur. Menu wajib saya tentunya nasi putih sebagai sumber karbohidrat utama saya,” kata Jizun. 

Maka, rice cooker pasti selalu menemaninya. Untuk berbuka, ia sering menyiapkan jus dan kurma sebagai sajian awal. “Saya juga kerap memasak ayam goreng, telur ceplok, omelet, kari ayam, dan kadang-kadang rendang.”

photo
Lampu-lampu hias bertema Ramadhan terpasang di sebuah rumah di Dearborn, Michigan, Amerika Serikat. Komunitas Muslim di Dearborn pada tahun ini memulai tradisi baru yaitu mengadakan kompetisi lampu hias Ramadhan dengan harapan menyebarkan sukacita dan mengembalikan semangat selama pandemi coronavirus - (AP/Carlos Osorio)

Bumbu-bumbu makanan Indonesia, seperti bumbu nasi goreng, nasi kuning, rendang, dan kari, semua tersedia di toko makanan Asia yang di sini dinamakan Grand Asia Market. Maka mulai dari sambal dan kecap manis, hingga mi instan, dapat diperoleh Jizun dengan mudah.

Bahkan, ada beberapa toko daging halal di sekitaran pusat perbelanjaan. Daging yang mereka sediakan meliputi daging sapi segar, daging ayam, daging kambing, dan produk-produk olahan, seperti sosis dan lainnya. Untuk makanan siap saji seperti nasi ayam briyani dan ayam bakar ala Timur Tengah juga dengan mudah bisa didapatkan. 

“Namun, buat saya yang mengandalkan uang bulanan dari beasiswa, saya tidak bisa belanja makanan siap saji terlalu sering karena akan terbilang sangat mahal. Contohnya, harga satu nasi ayam Biryani bisa sekitar 12 dolar AS. Padahal uang ini bisa saya gunakan untuk makan dua sampai tiga hari bila saya memasak sendiri,” kaya Jizun.

Ilmu tentang kuda

Jizun dibesarkan sebagai peternak kuda sejak saya sekolah di bangku SD jadi menekuni kuda lebih dalam adalah niat saya sejak ia kecil. Ia menuturkan, Equine Science atau ilmu kuda ini mencakup nutrisi, reproduksi, maupun pembiakan. Kuda adalah hewan yang juga dijadikan hewan piaraan, atau pets. Maka orientasi pemeliharaan kuda belum tentu untuk memasok daging atau susu sebanyak-banyaknya, melainkan ke arah kesehatan atau fitnes. 

Ketika kuda dijadikan sebagai “hewan olahraga”, cabang ilmu kuda juga mencakup fisiologi olahraga. Itulah yang dipelajari Jizun saat berkuliah kuliah S2 di University of Queensland-Australia. 

“Untuk S-3 saya saat ini, fokus studi saya lebih mengarah pada nutrisi dan manajemen pemeliharaan kuda. Cita-cita saya ke depan adalah menjadi salah satu perintis pengembangan ilmu kuda di Indonesia,” harapnya.

Kuda sangat terkait dengan peradaban dan budaya di berbagai wilayah di Indonesia. Namun, Jizun mengakui sangat sulit menemukan akademisi yang keahliannya fokus pada kuda, bahkan di jurusan ilmu kehewanan di universitas-universitas di Indonesia. 

“Bagi saya, kenangan masa kecil mencari rumput, memberi makan hewan piaraan dan memandikannya, membersihkan kandang, hingga pengalaman ditendang kuda, kaki terinjak, digigit, dan ketiduran di atas tumpukan rumput, kesemuanya telah menuntun langkah saya menuju sebuah destiny atau takdir,” tuturnya.

Lantas, apa kaitan takdir dan pandemi Covid-19 menurut Jizun? 

“Mungkin selama ini kita lupa untuk menghargai hal-hal kecil seperti oksigen yang kita hirup. Setidaknya, pandemi ini bisa menjadi waktu untuk bersyukur, berterima kasih pada Tuhan, bukan untuk berkabung,” ujarnya. “Ramadhan Mubarak,” kata Jizun, menutup kisahnya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat