Seorang karyawan restoran cepat saji mulai bekerja selepas pelonggaran karantina di Singapura, Selasa (11/5). | EPA/WALLACE WOON

Internasional

Singapura Tolak Strategi Herd Immunity

Singapura menghadapi gelombang kedua penyebaran virus korona yang berasal dari klaster pekerja migran.

 

SINGAPURA -- Singapura menolak mengandalkan herd immunity atau kekebalan kelompok sebagai strategi dalam menghadapi pandemi virus korona. Otoritas setempat menegaskan bahwa mereka akan tetap berupaya memerangi virus korona hingga vaksin ditemukan dan disebarluaskan.

"Meskipun kami telah mengambil banyak langkah untuk mempersiapkan lonjakan dan memperluas kemampuan kami, tidak semudah itu kami mengambil strategi herd immunity," ujar Direktur Pelayanan Medis Kementerian Kesehatan Singapura, Kenneth Mark, dilansir Bloomberg. Herd immunity terbentuk jika mayoritas populasi dalam suatu komunitas memiliki kekebalan akibat penyakit atau vaksinasi sebelumnya. Dengan kekebalan ini, risiko penularan rendah sehingga orang lain yang rendah kekebalan tubuhnya akan terlindungi oleh populasi.

"Mencapai herd immunity melalui infeksi alami akan sangat sulit dan mengakibatkan sejumlah besar infeksi dan komplikasi. Kita harus menunggu keluarnya vaksin," ujar Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Vernon Lee. 

Singapura menghadapi gelombang kedua penyebaran virus korona yang berasal dari klaster pekerja migran. Singapura menerapkan strategi pengujian yang lebih agresif. Pemerintah berencana untuk meningkatkan kapasitas pengujian lima kali lipat, dari sekitar 8.000 menjadi sebanyak 40 ribu tes sehari pada akhir tahun ini.

Pemerintah memperluas pengujian sebagai upaya untuk membuka kembali aktivitas ekonomi. Beberapa pertokoan, seperti salon rambut, binatu, dan toko makanan hewan diizinkan beroperasi pada Selasa. Sementara sekolah akan dibuka kembali pada pekan depan. 

photo
kendaraan robotik beroperasi mengingatkanw arga Singapura tetap mematuhi jaga jarak, Senin (11/5)- (REUTERS / Edgar Su)

Antre pangkas rambut

Antrean panjang terbentuk di luar penata rambut di Singapura pada Selasa (12/5). Semua orang ingin memangkas atau sekedar merapikan rambut ketika pemerintah melonggarkan beberapa pembatasan lockdown. "Kami hanya bisa menyediakan jasa potong rambut. Pengeringan dan pengeritingan adalah terlarang," kata pengawas di Salon New Hairstory di daerah perumahan di pusat Singapura, Jervis Goh. 

"Rasanya sangat ringan sekarang karena saya memotongnya," kata pensiunan Pang Kaytee (85 tahun) yang pertama mengantre di salon. Pang mengaku, terakhir memotong rambutnya tiga bulan lalu. 

Staf di salon lain di seantero kota dapat terlihat mendisinfeksi peralatan dan kursi sebelum dibuka. Sementara plester menandai kursi yang tidak bisa digunakan pelanggan terlihat jelas untuk menegakkan jarak sosial. 

Untuk menjalankan usaha pemangkasan rambut, staf salon wajib menggunakan masker dengan menerapkan pembatasan jumlah pelanggan. Contoh saja, New Hairstory yang memiliki kapasitas 26 kursi hanya bisa mengoperasikan enam kursi. Setiap pelanggan yang masuk juga harus dicek suhu tubuhnya dan melakukan pendaftaran terlebih dahulu. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat